SELAMAT DATANG DIDUNIAKU, MARI BERJUANG UNTUK UMAT DAN BANGSA
PERJUANGAN KOE
Photobucket
Clock
Download Lagu
  • Slank
  • Boomerang
  • Naff
  • Comment
    Sengkarut Jelang Bulan Ramadan
    Sabtu, 10 September 2011
    Sengkarut Jelang Bulan Ramadan
    Oleh
    Reno Fernandes
    (Aktivis HMI Sumatera Barat)

    Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat dan karunia sang illahi. Bulan suci ini secara ekonomis adalah bulan yang sangat dinanti-nanti oleh para pedagang karena hampir dipastikan harga bahan pokok menjelang bulan puasa akan naik. Moment ini bagi para pedagang adalah sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu. Selain harga sedikit naik,  penjulan juga semakin banyak. Inilah indahnya bulan suci, kenaikan rutinan ini dipandang biasa bagi masyarakat. Hal ini terlihat hampir tidak ada aksi protes tiap tahunnya tentang kenaikan harga ini. Masyrakat memandang persoalan harga memang hukum pasar, dimana disaat permintaan tinggi harga tentunya akan naik. tingginya permintaan bahan pokok memang disebabkan kosumsi masyarakat meningkat dari bulan-bulan biasanya.
    Bulan suci ramadhan yang selalu ditunggu masyarakat pada tahun ini jatuh pada tanggal 1 Agustus 2011. Idealnya bulan penuh rahmat ini selalu dinanti oleh setiap umat muslim di Indonesia dan begitupun umat muslim di Sumatera Barat. Namun menjelang bulan suci tahun ini agak sedikit berbeda dari biasanya, ada sedikit kecemasan bagi masyarakat diranah minang ini. kecemasan ini terlihat jelas bagi sebagian besar raut wajah para pedagang di Pasar Raya Padang.
    Tidak dapat dipungkiri sampai saat ini Pasar Raya Padang masih mejadi pasar sentral bagi masayrakat Kota Padang dan Sumatera Barat. Pasar ini bisa dikatakan pasar induknya Sumatera Barat. Interaksi jula beli dipasar ini sudah terjadi selama berpuluh tahun lamanya. Bahkan pedagang dipasar raya ini sudah dua sampai tiga generasi, maksudnya toko-toko yang ada sudah diwariskan dari ibu ataupun nenek mereka. Salah satu bagian pertokoan di Pasar Raya Padang ini diberi nama dengan Inpres I. barang dagangan yang digelar di Inpres I ini 99% adalah bahan-bahan Pokok, seperti beras, gula, minyak, bumbu dll. Dari pasar inpres I sedikit banyaknya dapat mencukupi pasokan bahan pokok untuk masyarakat Kota Padang.
    Dari tahun ketahun proses di pasar ini berjalan lancar, namun sangat disayangkan semenjak gempa bumi memporak - porandakan bangunan inpres I, aktivitas jual beli bagi pedagang semakin berkurang. bahkan sebagian besar dari pedagang ada yang gulung tikar. Dalam menyikapi persoalan ini Pemko Padang mencarikan solusi yaitu sembari menunggu Inpres I dibangun kembali pedagang dibuatkan kios darurat. Kebijakan pemko ini sedikitnya dapat membantu para pedagang tersebut. Namun sangat disayangkan Pemko Padang saat ini sangat gegabah mengambil kebijakan, jelang bulan Ramadhan tahun ini kios darurat yang dibangunkan untuk pedagang ini buru-buru di bongkar. Sementara, meskipun pasar Inpres I telah dibangunkan secara permanen oleh Pemko, tapi belum dapat dimanfaatkan untuk berdagang oleh pedagang lama karena belum ada kesepakatan tentang penempatan antara pedagang dengan pihak pemko selaku penanggung jawab pegelolaan asset daerah.
    Sampai saat ini pasca pembongkaran kios darurat belum ada solusi yang diberi Pemko Padang untuk mencari jalan keluar atas nasib para pedagang. Berbagai macam usaha telah disampaikan oleh pedagang pada pemerintah. Terkait dengan derita para pedagang mereka hanya meminta pemerintah memperlakukan mereka sebagai korban bencana (gempa) yang diberi perlakuan sesuai dengan amanah Undang Undang  bencana. Namun Pemerintah seolah-olah tak mendengar jeritan mereka. Para pedagang tetap dipandang sebagai kelompok yang membebani pemerintah.
    Jelang Bulan Ramadhan tanpa Pasar
    Coba bayangkan permintaan barang yang pasti meningkat saat jelang dan bulan Ramadhan. Tapi ketersedian barang tidak ada, apakah gerangan yang akan terjadi. Pasar yang dulunya tempat berjualan bahan pokok sekarang tidak ada lagi dipasar sentral Sumatera Barat ini. dengan keadaan yang seperti ini tentunya harga bahan pokok semakin meroket tinggi. Kenaikan harga jelang bulan Ramadahan tidak lagi sesuatu yang ditunggu para pedagang Inpres I. tetapi bulan suci ini dapat membuat beban mental para pedagang ini semakin tinggi, Kondisi mereka semakin memprihatinkan karena sampai hari ini sudah lebih dua minggu mereka tidak berjualan. Tidak ada harapan bagi mereka untuk dapat menikmati bulan suci dengan indah.
    Derita para pedagang Inpres I ini tentunya tidak hanya derita bagi para pedagang. Derita ini akan mengalir kepada semua komponen masyarakat. Kenaikan harga bahan pokok jelang Ramadhan yang dipandang biasa dulunya sekarang pasti akan terasa sangat luar biasa bagi masyarakat. Berarti persoalan Pasar Raya Padang hari ini tidak hanya masalah efek buruk bagi pedagang, tetapi tentunya akan berdampak kepada seluruh element masyarakat yang ada di Kota Padang.
    Tidak hanya sampai disitu, masalah yang kita perbincangkan diatas baru bagian kecil dari persoalan pasar raya.  jika kita kaji lebih luas Pasar Raya secara keseluruhan, pasar raya adalah pasar tradisional yang mana tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunannya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. hari ini keberadaan pasar ini tidak tau bagaimana statusnya. Pembangunan yang dilakukan Pemerintah terlihat seakan-akan jauh dari konsep pasar tradisonal.
    Jadi dalam persoalan pasar raya Padang sangat banyak persolan yang akan berdampak luas bagi masyarakat luas. Belum selesai persoalan pasar Inpres I, jelang bulan puasa ini pasar inpres II,III,IV sebentar lagi akan di robohkan dan dipindahkan ke kios darurat, proses ini sedikit banyaknya akan mengurangi aktivitas jual beli di Pasar Raya Padang. Tidak terbayangkan memang apa yang akan terjadi jika hal ini terjadi jelang bulan Ramdhan ini. pasar Raya lumpuh akibatnya penganguran semakin banyak, harga melambung tinggi. Masyarakat semakin terjepit. dan pimpinan daerah ini sibuk mempersiapkan argument yang menguntungkan dirinya sendiri tidak peduli dampak buruk terjadi pada masyarakat.


    posted by RENO FERNANDES @ 14.49   0 comments
    Korba Gempa dan Korban Kebijakan
    Korba Gempa dan Korban Kebijakan
    Reno Fernandes
    (Aktivis HMI Sumatera Barat)

    “Sudah jatuh tertimpa tangga pula, inilah pepatah yang dirasakan oleh sebagaian besar masyarakat korban bencana”

    Gempa Sumatera Barat  tanggal 30 September 2009, telah menyebabkan ratusan pedagang  Pasar Raya kehilangan mata pencaharian dan kehilangan saudara, sahabat, dan orang tua mereka. Berbagai masalah sosial bermunculan semenjak Gempa ini mulai dari masalah penyelesaian korban jiwa, sampai kepada korban materil.. Salah satu sub permasalahan yang ada adalah pasar raya Inpres I. Gedung yang luluh lantak akibat gempa dan kebakaran pada 30 September 2009 ini, mengharuskan pihak Pemerintahan harus melakukan Rekontruksi bangunan ini.
    Dalam hal rekontruksi Inpres I agar Pedangang bisa terus mendapatkan nafkah halal mereka Pemko Padang membuatkan kios-kios darurat. Niat mulia ini disambut baik oleh masyarakat. Namun kenyataan tak seperti harapan pedagang. Pembangunan kios darurat ini melebihi dari jumlah pedagang korban bencana yakni 1000 unit, padahal jumlah pedagang korban bencana tidak lebih dari 300 orang. Pembangunan yang over kapasitas ini menutupi akses ke pasar dan mengganggu jual beli pedagang hingga mengalami kemerosotan penjualan mencapai 75% dari hari-hari biasa. Tidak pelak, keberadaan kios darurat yang dibangun oleh pamko Padang dengan  dalih penanggulangan bencana- menuai protes dari pedagang pasar.
    Tidak hanya sampai disitu,  Pembanguann kembali Pasar Inpres I masih terus menyisakan pilu bagi para pedagang. Meskipun sudah diresmikan oleh pemerintah bangunan ini belum bisa dimanfaatkan oleh pedagang.  Sampai hari ini belum satu pun pedagang yang menghuni bangunan baru tersebut. Pedagang belum mau menempati karena belum adanya titik temu kesepakatan tentang syarat-syarat untuk menempati bangunan tersebut. Tuntutan mereka adalah  Pertama, pedagang meminta mereka ditempatkan pada tempat semula yakni kalau mereka dulu dilantai I tempatkan mereka di lantai satu dan begitu selanjutnya tetapi Pemko menempatkan mereka sekehendak hatinya. Kedua, mereka sangat keberatan untuk pindah karena ada pungutan biaya yang harus dibayar, menurut mereka harga kios yang berkisar 9.000.000 – 27.575.000 Juta/M2 adalah harga yang sangat mahal. Jika di kalkulasikan setiap pedagang harus membayar sampai  Rp 110.300.000 dan Rp137.875.000 perkiosnya. Harga yang cukup murah bagi kaum berduit tapi tidak bagi kaum pedagang.
    Belum selesai kesepakatan pedagang dengan pihak Pemko untuk menempati bangunan baru Inpres I. Terjadi kembali insiden yang sangat memilikukan bagi pedagang pasar Inpres I ini. yaitu kios darurat yang mereka tempati dibongkar paksa oleh Pemko dengan alasan kenyamanan pasar. Pembongkaran atas dasar surat hibah Pemko dengan no.01/BAH/DPKA/2011 ini dirasakan sangat memilikukan hati pedangang karena mereka tidak bisa berjualan lagi sementara tahun ajaran baru sedang berlangsung dan kurang lebih satu bulan lagi adalah bulan suci Ramadhan, yang mana dibulan ini pedagang mendapat sedikit kelebihan rejeki dari biasanya. Sampai saat ini sudah lebih adari 10 hari mereka tidak berdagang sementara tantangan hidup semakin berat.
    Kembali ke bencana. Sesuai dengan UU No, 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, pasal 60 ayat (1) Dana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah. Dan ayat (2) Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong partisipasi masyarakat dalam penyediaan dana yang bersumber dari masyarakat. Pasar Raya Padang inpres I adalah bagian dari korban keganasan bencana itu. Dia merupakan bagian dari fasilitas publik yang harus direhabilitasi dan direkonstruksi sesuai dengan UU ini. Sebagai korban bencana, pembangunan kembali inpres I merupakan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dan harus dibangun dengan partisipasi penuh dari masyarakat. Namun, sejak awal pembangunan pasar kembali tidak melibatkan masyarakat pasar yang notabene adalah orang-orang yang menggantungkan kehidupan mereka di sana. Pembangunan dilakukan tidak sesuai dengan apa yang mestinya dilakukan. Berdasarkan UUD bencana diatas berarti dapat disimpulkan Pemko telah mengangkangi Konstitusi dinegara ini. bagi pedagang Inpres I hari ini tiada lagi harapan ketika hak mereka direnggut sang penguasa. Kemana lagi nasib akan diadukan.

    Permasalahan Inpres II,III,IV
    Belum lagi selesai permsalahan Inpres I, kini berdengung kembali hal yang membuat jantung pedagang pasar Inpres II,III,IV copot yaitu  Keinginan Pemko untuk merekontruksi Pasar ini. keinginan ini menurut pedagang tidak beralasan, menurut pedagang pasar mereka tidak harus di rekontruksi tapi hanya direhap. Keinginan inipun mempunyai alasan yang rasional.  Inpres II lantai 1 misalnya, dalam kebijakan rekonstruksi akan dirobohkan dan akan dibangun ulang, padahal yang rusak adalah lantai 2, bukan lantai 1. tidak hanya itu, Inpres III lantai 1 dan 2 dan juga inpres IV yang bukan korban bencana, dalam kebijakan pemko juga direkonstruksi dengan pola yang sama. Dirobohkan dan dibangun baru. Padahal hasil pemeriksaan Gapeksindo dengan surat No. 50/GAPEKSINDO/2009 bangunan tersebut layak huni.
    Keinginan Pemko seperti itu tentunya mendapat tentangan dari pedagang dan masyarakat. Berbagai upaya dilakukan masayrakat telah dilakukan mulai dari meminta perlindungan Hukum kepada LSM yang bergerak di bidang Hukum. Tidak hanya sampai disana, mahasiswa sebagai kaum intelektual dan kontrol sosial, juga telah melakukan demonstrasi menuntut hak-hak pedagang, dan meminta pemko mengambil kebijakan berdasarkan amanah konstitusi di negara Hukum ini. namun apa yang dilakukan Pedangang dan mahasiswa ini tidak ada artinya. Pemko Padang kelihatan semakin memaksakan kehendaknya. Hal ini terlihat dari beberapa kali gagal pelelangan pembongkaran Inpres II,II,IV Tidak sedikipun membuat Pemko gentar untuk bersikukuh membongkar Pasar tersebut. Ada apa sebenarnya, itulah pertanyaan yang pantas kita berikan kepada Pemko Padang. Ingat Pemerintahan adalah komunitas yang di legitimasi rakyat untuk mengurus rakyat dan tentunya harus mengurus rakyat dengan baik. bukan menyusahkan rakyat dengan segala kebijakannya. Satu lagi  pedagang adalah kaum lemah yang harus dilindungi, mereka korban bencana. Kemana lagi mereka mengadu, Semoga Pemko Arif dalam menyikapi permasalahan ini.
     




    posted by RENO FERNANDES @ 14.45   0 comments
    TENTANG KOE

    Name: RENO FERNANDES
    Home: Padang, Sumatera Barat, Indonesia
    About Me:
    See my complete profile
    JANTUNG KOE
    Photobucket
    KARYA KOE
    Archives
    Links
    Powered by

    BLOGGER

    © RENO FERNANDES Blogger Templates by FUAD NARI