Belakangan ini Sumatera Barat dihebohkan dengan kegiatan
Internasional yang harus dijalankan oleh ranah Minang dalam rangka mencapai
target nasional. kegiatan tersebut adalah MDGs (Millennium
(Millennium Development Goals).
MDGs adalah hasil dari Deklarasi pada saat KTT Millennium di
New York pada bulan September 2000.MDGs
ini diadopsi oleh 189 negara dan telah ditandatangani oleh 147 kepala
pemerintahan dan kepala negara, termasuk Indonesia.
Dalam rangka evaluasi MDGs pemerintah Provinsi
Sumatera Barat menggelar acara Pekan MDGs. Acara ini diselenggarakan dari
tanggal 13–19 April 2012 dengan berbagai kegiatan lomba seperti, penyuluhan,
imunisasi TB, HIV dan malaria, lomba fotografi, lomba menulis non fiksi tentang
MDGs, lomba poster, juga pagelaran seni, seminar, pameran dan pemutaran film.
Deklarasi yang sudah dilakukan 12 tahun yang lalu
mempunyai Targetnya tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan 2015.
Sedikitnya, ada delapan program menjadi tujuan MDGs. Lima di antaranya menjadi tanggung
jawab sektor kesehatan. Lima sektor
tersebut di antaranya, memberantas gizi buruk pada anak-anak dan balita,
menurunkan angka kematian bayi, angka kematian ibu, memerangi HIV/AIDS dan
penyakit menular lainnya, serta memastikan kelestarian lingkungan.
Dalam rangka ketercapaian deklarasi
Para pemimpin dunia ini berkomitmen
untuk mengurangi separuh lebih jumlah orang-orang yang menderita kemiskinan dan
kelaparan, Pertanyaan
kritis yang harus kita berikan terhadap ketercapaian ini. Pertama, berapa persenkah ketecapaian MDGs ini selama 12 tahun
belakangan ini. Kedua, apa usaha yang
telah dilakukan dan yang akan dilakukan untuk mencapai MDGs tersebut.
Untuk mencapai target Indonesia tersebut tentunya
dibutuhkan kerja keras 3 tahun kedepan dan untuk mencapai target tersebut
tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Dalam konteks indonesia
tampaknya upaya Pemerintah Indonesia untuk merealisasikan MDGs pada 2015
tersebut akan cukup sulit, karena pada saat yang sama pemerintah juga harus
menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar.
Program-program MDGs di bidang pendidikan, kemiskinan,
kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan
perempuan itu membutuhkan biaya yang cukup besar. Merujuk pada data Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, per 31 Agustus 2008 saja beban
pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015 dengan
jumlah berkisar antara Rp 97,7 triliun (2009) hingga Rp 81,54 triliun (2015),
dan itu merupakan rentang waktu yang sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah
pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis pada 2016, yaitu sekitar Rp 66,7
triliun.
Bagaimana mungkin target-target yang direncanakan ini
akan tercapai jika utangIndonesia
sangat banyak. Dari fakta ini muncul berbagai pertayaan apa upaya yang
dilakukan secara bersama mencapi tujuan tersebut. Apakah pemerintah Indonesia
akan menambah utangnya untuk mencapai MDGs ini.
Dalam konteks Sumatera Barat misalnyauntuk mencapai perbaikan kesehatan masyarakat
sumatera barat tentu perlu dilakukan pemberantasan kemiskinan. Selain itu fakor
yang lebih menentukan perbaikan kesehatan masayrakat tentunya terkait dengan
sarana dan prasarana penunjang kesehatan tersebut.Dalam contoh yang lebih kecil
misalnya pemberantasan penyakit HIV/AIDS
Untuk melihat apakah MDGs ini akan tercapai dalam 3
tahun kedepan menggunakan salah satu contoh kasus penyakit menular dan
berbahaya yaitu HIV/AIDS. Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat,
dari temuan 624 kasus HIV/AIDS dan dinyatakan terdiri dari 552 kasus AIDS dan
72 Kasus HIV. Pada 19 kabupaten/kota persentase penderita HIV/AIDS didominasi
oleh kelompok umur 20-29, dengan persentase 53,36 persen. Sedangkan
perbandingan penderita perempuan dan laki-laki mencapai4:1. Dan proporsi kasus AIDS yang dilaporkan meninggal mencapai 12,8 persen.
Data diatas baru yang terditeksi dan dilaporkan,
sementara diprediksi masih banyak, disamping masyarakat kita juga tertutup
masalah penyakit seperti ini dan daerah juga belum menghimpun datanya dengan
baik. mengingat Sumbar berada pada peringkat 12 untuk jumlah kasus HIV/AIDS
dari 33 provinsi."Fenomena HIV/AIDS ini juga mesti disosialisasikan,
terutama tentang penularan dan resiko tertular. Agar Masyarakat memahami bahwa
penularan HIV/AIDS bukan selalu karena seks bebas namun bisa juga penyebab lain
seperti melalui jarum suntik.
Jika seperti yang disampaikan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno ketika memberikan sambutan
dalam Acara Puncak Pekan MDGs Provinsi Sumatera Barat, di Taman Budaya Padang,
(16/4). Bahwa terdapat sebanyak 21 unit Rumah sakit pemerintah, 4 unit Rumah
sakit TNI/Polri, dan 34 Unit Rumah sakit Swasta. Berarti dalam hal ini ada
59unit rumah sakit di Sumatera Barat.
Sebaran Rumah sakit.
Dari jumlah Rumah sakit tersebut daerah sebaran paling
banyak berada di kota Padang. Sementara untuk kosentrasi penanganan penyakit
HIV/AIDS, dari 59 rumah sakit hanya 3 unit rumah sakit yang Daftar Rumah
Sakit yang Memberikan Layanan Bagi Odhadiantaranya RSU
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, RSUD Pariaman Padang Pariaman, RSU Dr M Jamil
Padang.(http://spiritia.or.id/rsrujukan.php)
Masalahnya akan muncul ketika sampai saat ini belum
ada upaya yang serius penanganan penyakit tersebut. Usaha yang dilakukan baru
sebatas sosialisasi akan bahaya penyakit tersebut. Namun pendataan dan upaya
menghambat penularan belum dilakukan secara maksimal oleh pemprov. Kalaupun
sudah ada perdanya namun pelaksanaan dilapangan membutuhkan usaha yang lebih
serius.
Pemaparan diatas baru satu contoh kasus penanganan
penyakit menular. apalagi jika ditambah dengan permasalahan kesehatan lainnya
seperti keadilan kesehatan bagi masyarakat miskin, penyakit kaki gajah, TBC,
Busung lapar. dan masih banyak penyakit lain yang ada ditengah-tengah
masyarakat.
Dengan sedemikian banyaknya masalah kemiskinan dan
kesehatan. Kelihatannya memang sangat lucu ketika pemerintahan provinsi
Sumatera Barat baru melakukan evaluasi program MDGs ini mengingat programnya
sudah jalan12 tahun dan tinggal 3 tahun
lagi. Ditambah dengan evaluasi yang dilakukan hanya berupa kegiatan lomba seperti,
penyuluhan, imunisasi TB, HIV dan malaria, lomba fotografi, lomba menulis non
fiksi tentang MDGs, lomba poster, juga pagelaran seni, seminar, pameran dan
pemutaran film.
Kesimpulan yang kita ambil dari kegiatan kemaren baru
pada tahap sosialisasi dan deklarasi diatas kertas. sementara pelaksanaannya
masih jauh diatas langit ketujuh, dialam mimpi nun jauh disana. Mungkinkah
program ini terlaksana atau target kegiatan kemaren hanya ABS (Asal Bapak
Senang).
rumah murah sidoarjo perumahan murah berlokasi strategis di sidoarjo