SELAMAT DATANG DIDUNIAKU, MARI BERJUANG UNTUK UMAT DAN BANGSA
PERJUANGAN KOE
Photobucket
Clock
Download Lagu
  • Slank
  • Boomerang
  • Naff
  • Comment
    Karl Marx
    Jumat, 26 November 2010
    Karl Marx


    Karl Max dilahirkan pada 5 Mei 1818 di Trier, yang merupakan sebuah kota kecil di bagian selatan Rhineland Jerman. Dia dibesarkan dikeluarga Yahudi kelas menengah yang telah pindah menganut protestan untuk keluar dari penderitaan hidup yang disebabkan oleh kaum Yahudi masyarakat Jerman. Ayah Marx adalah seorang pengacara yang memiliki peranan penting dalam hidupnya baik sebagai penasehat ataupun sebagai sahabat. Marx selalu berkirim surat secara teratur dengan beliau sampai beliau mati. Bertolak belakang dengan ayahnya, peran ibunya sangat tidak terlihat dalam sepanjang sejarah hidupnya. Pada tahun 1835, pada usia 17 tahun Marx memasuki perguruan tinggi di Bonn sebagai mahasiswa jurusan hukum dan setelah itu kemudian meninggalkan Bonn untuk bersekolah di Universitas di Berlin. Di Berlin lah Marx pertama kali membaca hasil kerja George Hegel, yang teorinya mempengaruhi seluruh kehidupan Marx. Pada april 1841 menerima gelar doktornya dan kembali  ke Bonn untuk mencari pekerjaan di kampus. Gagal mendapat pekerjaan disana, Marx mencari nafkah dengan menjadi seorang jurnalis yang kemudian membuatnya bertemu dengan Arnold Ruge, seorang editor terkenal dari “Deutsche Jahrbucher”. Ruge mengundang untuk terlibat dan pada tahun 1842 Marx menerbitkan hasil karyanya yang pertama pada “Jahrbucher” tersebut. Sesudah itu Ruge membantu Marx untuk menerbitkan beberapa artikel kritisnya. Selanjutnya 1843 Marx pindah ke Cologne dimana dia belajar hasil karya Ludwig Feuerbach. Selama kehidupannya hasil karya Marx terasah dengan kritikannya terhadap Hegel dan dominansi Hegel pada sejarah filosofi Jerman. Tahun 1843 Marx menghasilkan dua tulisan berupa kritikkan pada konsep Hegel yakni, “Sebuah kritikan pada filosofi Hegel terhadap hak dan pada masalah kaum Yahudi”. Selanjutnya secara tiba-tiba setelah menulis kritikan ini, dia mulai menghasilkan sebuah rancangan tulisan tentang teori dari sebuah sejarah dan kehidupan ekonomi – teori ini yang nantinya menjadi salah satu sumbangsih terpenting Marx.
                Pada Oktober 1843, Marx pindah ke Paris dimana dia mempelajari ekonomi politik dengan membaca hasil karya Adam Smith dan David Ricardo. Selama berada di Paris, masalah-masalah sosial dan politik menjadi perhatiannya dan dia mulai terlibat pada pergerakan sosial. Menjelang Mei 1844, Marx telah menorehkan beberapa catatan yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan pergerakan buruh yang berjudul “Naskah Ekonomi dan Filosofi”, merupakan salah satu tulisannya yang terkenal. Tulisan inilah yang kemudian membuatnya mengenyam pendidikan formal tentang ekonomi politik dan masalah-masalah ekonomi. Sejalan dengan perkembangannya, Eropa sedang bergulat dengan akibat dari industrialisasi yang menyebankan kemiskinan dan tekanan sosial pada masyarakat kelas bawah. Upah yang rendah, jam kerja yang panjang dan kondisi kerja yang menyedihkan yang kemudian menimbulkan kerusuhan dan revolusi sosial di Perancis pada tahun 1848. Sebagai hasilnya, Marx menjadi lebih terlibat pada masalah-masalah ekonomi dan kritikan-kritikan sosial. Sambil mempelajari masalah-masalah ini, Marx mempelajari hasil karya Frederick Engel, “Kondisi buruh di Inggris” dan hasilnya menjadi lebih memperhatikan kesengsaraan yang harus dipikul oleh para pekerja (buruh). Pada tahun yang sama, Engel pergi ke Paris untuk mengunjungi Marx dan hasilnya persahabatan dan kolaborasi mereka bertahan sepanjang hidup mereka.
                Pada tahun 1845, Mark meninggalkan Paris menuju Brussels dimana karyanya bersama Engel berkembang pesat. Salah satu hasil kolaborasi mereka adalah “Keluarga orang suci”, sebuah karya tulis yang kemudian menjadi polemik yang menyerang para generasi Hegelian terhadap pandangan konservatif mereka terhadap masyarakat dan Negara. Selanjutnya Marx dan Engels berkolaborasi menulis sebuah naskah karya berjudul “Ideologi Jerman” yang berkisah tentang kondisi yang disebabkan filosofi Jerman dan kemudian menuliskannya yang mana nantinya menjadi sebuah material teori sejarah, sumbangsih besar Marx yang lainnya.
                Diakhir keberadaannya di Brussel, Marx menjadi semakin terlibat pada pergerakan buruh dan kemudian dia memasukkan karyanya pada masalah-masalah ekonomi.  Perlawanan ini yang melatar belakangi, pada 1848, kaum komunis meminta Marx dan Engel untuk menulis piagam buruh. Hal ini yang akhirnya menyebabkan Komunis Manifestopada tahun 1848, yang kemudian memberikan dampak yang sangat luas pada pergerakan buruh seluruh Eropa. Pada tahun 1849 Marx meninggalkan Brussels untuk menetap di London dimana dia mulai mengikuti permasalahan ekonomi dan mulai bekerja pada analisa kapitalisme. Menjelang tahun 1859, dia menerbitkan “Kontribusi pada kritik ekonomi politik, naskah yang sangat terkenal sehingga banyak dikutip oleh banyak ahli dari tulisannya. Lebih dari sepuluh tahun berikutnya, Marx mempersiapkan dirinya untuk menulis dan mempersembahkan hasil karyanya yang terkenal, Permodalan volume 1, yang dipublikasikan pada tahun 1867, delapan belas tahun berikutnya Marx meninggal di London pada usia 65 tahun.
      
    Penolakan pada pendapat Hegel dan pergeseran pada Materialisme
                Tidak akan ada pemahaman yang menyeluruh pada hasil karya Marx tanpa membicarakan sejarah hidupnya terhadap hasil karya George Hegel. Secara filosofi, Hegel jauh dari kriteria pemikir yang dominan di Eropa. Menjelang tahun 1815, dia telah menulis beberapa buku berbobot dengan pengembangan teori yang menggabungkan eksistensi pada filosofi dan sejarah. Tanpa keraguan, Hegel merupakan seorang filosof yang dominan sepanjang waktu Marx berkarya dan meskipun Hegel meninggal ditahun 1831 warisan tulisannya sangat penting pada intelektual dan latar belakang sosial selama Marx hidup. Faktanya, pemahaman Marx diawal tulisannya hanya bisa dipahami jika dihubungkan dengan pemikiran Hegel.  Hegel merupakan pemula darisalah satu dari doktrin filosofis yang paling memiliki jangkauan luas abad yang ke sembilan belas dikenal sebagai idealisme filosofis. Idealisme dapat didefinisikan sebagai perspektif filosofi yang mana mengedepankan pemahaman bahwa kondisi terakhir keberadaan manusia dan perkembangannya dapat dimunculkan melaui pengujian dari kategori keabstrakan filosofi. Dikarenakan pemahaman filosofi, idealisme telah diklaim sebagai tugas dasar pada pemikiran filosofi dan sosial untuk memamahami keberadaan manusia dengan sebuah pengujian pada kategori yang tidak terlihat seperti keberadaan, alasan, sejarah dan semangat. Arti penting pada observasi Hegel adalah cara pandangnya pada dunia, keberadaan merupakan sebuah pemahaman dimana proses saling berhubungan lebih penting daripada hanya melihat individu dan sejarah secara terpisah, berdiri bebas merupakan kesatuan. Istilah Hegel menandakan adanya hubungan antara manusia dan sejarah dunia yakni dalam semangat, alasan, keberadaan dan sejarah.
                Ketika menjadi seorang siswa di Universitas Berlin, Marx sudah membaca berbagai karya Hegel dan menandai titik balik pada karir intelektualnya sebagaimana dimiliki semua mahasiswa. Hegel membingungkan beberapa generasi pemikir dikarenakan bentuknya yang radikal pada filosofinya dan metode yang diadopsinya untuk menjelaskan secara luas aspek pada sejarah dan perkembangan manusia. Intinya, Hegel mengasumsikan bahwa kategori pada abstrak pada “sejarah”, “semangat” dan “alasan” merupakan perihal terakhir pada investigasi filosofi. Hal ini membimbing pada pandangan bahwa pengalaman sehari-hari didunia bukanlah merupakan objek renungan filosofi. Penolakan Marx pada pandangan filosofi Hegel pada pusat pemikirannya dikarenakan ini disebutkan pada berbagai masalah dasar pada filosofi dan aturannya dalam penjelasan eksistensi manusia. Marx menentang pernyataan Hegel dengan datanya pada permulaan karyanyan – keluarga orang-orang suci – dimana, membicarakan sistem Hegel, dia menuliskan:
                Hasil karya yang menyesatkan pada sebagian besar filosofi konservatif karena pemikirannya hanya untuk menghadapi berbagai sasaran didunia hanya dengan memindahkannya pada “buah pikiran” (Hegel selanjutnya) memposisikan dunia dalam kepalanya dan selanjutnya dapat memecahkan masalah dikepala dengan segala keterbatasannya yang bermuara pada keberadaan. Jika dari buah apel, buah pir, dan arbei yang nyata, aku membentuk sebuah pendapat secara umum yakni ' buah', jika aku berpikir lebih lanjut dari sebuah gambaran abstrakku mengenai istilah ' buah', berasal dari sesuatu yanga nyata, adalah suatu kesatuan yang ada (di) luar aku, tentu saja inti sari yang benar buah per, buah apel dll., selanjutnya, di dalam bahasa filosofi Hegelian, aku mengungkapkan bahwa ' buah' adalah ' unsur' dari buah per, buah apel dan lain lain Saya berkata selanjutnya, oleh karena itu, bahwa untuk menjadi buah per tidaklah penting menjadi buah peruntuk;menjadi suatu buah apel tidaklah penting kepada buah apelnya; bahwa apa yang adalah penting ke berbagai hal ini bukanlah yang nyata dari mereka, lebih kepada pikiran sehat, tetapi intinya dari mereka dan  kemudian melebihi segalanya dari apa yang sudah dituturkan, intinya kesemuanya adalah gagasan ku tentang - ' buah'
                Pada karyanya, Marx lebih memusatkan pada petunjuk pada pengembangaan pemahaman pada kenyataan dan sejarah. Ini menuntunnya lebih fokus pada tujuannya pada masalah eksistensi sosial dan keperluan ekonomi dan dalam rangka mengembangkan konsistensi kerangka pemikiran, Marx beranjak pada kerangka karangan tentang kondisi pada pemecahan idealisme filosofi dengan memberikan empat teori yang berisi penolakan pada teori Hegel. Pertama, Marx menolak aturan Hegel tentang teori filosofi dan sosial. Herrel menyatakan bahwa tugas yang mendasar pada filosofi adalah untuk menguji aturan main dengan kategori abstrak pada perkembangan sejarah dan semangat manusia. Marx meletakkan posisi idealisme kerangka kerja Hegel hanya menuntun pada pemahaman yang salah pada eksistensi manusia karena hal itu menuntun pada kesimpulan bahwa hanya kategori filosofilah yang benar. Marx merasakan bahwa, ini merupakan suatu kekeliruan besar dikarenakan adanya sebuah kenyataan untuk memisahkan kekuatan dibanding/bukannya agen manusia. Jika, seperti Hegel telah berasalan, hanya sejarahlah yang nyata dan individualah yang abstrak, selanjutnya tugas para filosofsebuah prose dibandingkan pada individual. Marx merasa bahwa ini adalah merupakan sebuah penyimpangan, dikarenakan adanya pemahaman pada sejarah yang hanya merupakan rentetan berbagai kategori yang disamakan dengan pemisahan untuk menurunkan pengalaman manusia pada sutau proses yang tidak nyata. Faktanya, Marx berpandangan bahwa kategori diletakan terdepan oleh ahli filsafat yang idealis menunjuk tidak pada aktivitas manusia maupun pada kenyataan fisik, tetapi hanya untuk proses yang abstrak untuk menggenggam sebuah ide. Ini merupakan penyimpangan terakhir ini, Marx berpikir, terdiri dari meningkat kategori kepada tingkatan keberadaan, seolah-olah mereka mempunyai ' alam,' ' proses' dan, ' kebutuhan’ terakhir yang merupakan milik mereka sendiri. Sebagai tambahan, Marx percaya bahwa untuk menempatkan sesuatu sebagai konsep yang abstrak (tidak nyata) pada pemahaman tentang sejarah hanyalah merupakan merupakan sebuah pengalaman manusia yang menakjubkan dan dalam pelaksanaannya itu membuat pertanyaan yang jelas tentang kehidupan manusia adalah merupakan sesuatu yang abstrak juga. Marx percaya bahwa disaat keberadaan manusia bisa dipahami hanya sebagai sebuah ' gagasan dan pemikiran,' yang paling nyata dan permasalahan yang paling praktis tentang kehidupan  individu menjadi terabaikan.
                Kedua, Marx tidak setuju dengan pendapat Hegel tentang aturan dalam sejarah. Hegel telah menyatakan bahwa ide adalah merupakan puncak pada pemahaman perkembangan sosial dan sejarah karena mereka berdasarkan pada sebuah sebab. Marx memandang bahwa penekanan terakhir dari Hegel pada kenyataan pada ide yang tidak jelas menuntunnya pada penghadiran esensialisasi pada kehidupan dasar manusia seperti halnya tekanan yang dimunculkan. Sedangkan Hegel percaya bahwa alasan manusia merupakan hal terbaik, Marx berpikir bahwa setiap individual memilki kebutuhan fisik dan kebutuhan lainnya yang akan digunakan untuk melanjutkan hidup mereka dan untuk kesejahteraan dan kebutuhan ini muncul sebelum kebutuhan akan intelektual dan hanya bisa diisi dengan aktifitas produktifitas di dunia. Selanjutnya di berpikir bahwa kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang sangat utama dalam kehidupan manusia yang faktanya, mereka lebih mendahulukan kebutuhan intelektual dan yang lebih besar daripada apa yang telah ditandai Hegel didalam kategori filosofi. Hegel memposisikan bahwa didalam diri manusia, ide tidak dibutuhkan maupun membutuhkan – hanya manusia biasa yang membutuhkannya. Marx beralasan bahwa fakta yang paling terlihat adalah fakta bahwa manusia biasa haruslah bisa memuaskan kebutuhan berupa materi untuk menunjang kehidupan dan kebutuhan materi ini harus bias dijumpai sehari-hari dan tiap jam. Selanjutnya dimana Hegel telah menekankan pusat dari alasan sejarah manusia dan telah menempatkan penekanan secara teori tentang sesuatu yang ‘ideal’ dan menempatkannya menjadi sesuatu yang abstrak, Marx berpikir bahwa aspek utama dalam kehidupan manusia adalah kenyataan tentang kesejahteraan, yang hanya bisa ditempatkan dengan pemuasan kebutuhan material. Dikarenakan materialisme, bagi Marx, lebih memilih kebalikannya yakni idealisme.
    Dasar ketidaksetujuan yang ketiga berkaitan dengan pendapat Hegel tentang peran dan status masyarakat. Perspektif filosofi Hegel mengambil suatu pandangan masyarakat dan sejarah yang konservatif. Hegel berpikir bahwa masyarakat dan status telah berkembang melampaui apa yang dia sebut tekanan akan semangat didalam sejarah dan ‘aktualisasi etnis’. Ini berarti bahwa status sama dengan dengan sebuahb proses pengembangan berdasar pada etis dan yang kategori moral yang disadari melalui proses historis bukannya melalui tindakan individu. Ini menuntun ke arah sebuah pandangan bahwa status itu, intinya, suatu perwujudan yang mengenai agama roh manusia. Dengan cara ini, Hegel telah menguasakan sebuah status itu dengan semacam kualitas yang ‘abadi’ yang berarti bahwa aktivitas nya tidak dapat diubah. Marx menolak pandangan ini dengan menyatakan bahwa Hegel menciptakan ilusi bahwa ketidaksamaan dan penderitaan manusia adalah hasil alami (atau keadaan yang sebenarnya) tentang sejarah dibanding sebagai hasil kerugian sosial dan ketidaksamaan sosial historis masyarakat. Ilusi ini didukung oleh hasil Filosofi Hegel, pada sebagian, dari pandangan nya yang manusia sejarah hanya dapat dilihat sebagai bagian dari suatu keseluruhan proses yang kekal dan abadi.
    Poin keempat dari ketidaksetujuan berhubungan dengan Pemahaman penderitaan manusia menurut Hegel dan ketidaksamaan sosial itu sendiri. Hegel telah mengakui bahwa kesukaran dan penderitaan itu berasal dari semacam kesadaran ada pikiran individu bukannya pada wujud rintangan material ada pada kenyataannya dan merintangi kebebasan individu. Penyajian yang klasik tentang proses ini adalah Diskusi Hegel tentang hubungan majikan dan budak didalam‘Fenomenologi Pikiran’, yang diterbitkan pada tahun 1870. Di dalamnya, Hegel pada dasarnya memahami budak sebagai subjek kepada majikan sebagai suatu percakapan yang menempatkan langsung kesadaran budak. Hegel percaya bahwa kondisi perbudakan pada dasarnya menempatkan kapasitas para budak untuk melihat diri mereka sebagai subejek dari yang lain. Kebebasan hanya dapat datang, Hegel membantah, pada saat para budak melihat diri mereka di dalam pandangan lain dan ketika mereka merubah kesadaran mereka. Dia selanjutnya memberikan alasan bahwa, di dalam berhubungan dengan orang lain dan masyarakat, bentuk tekanan yang utama adalah pemaksaan diri. Sebagai contoh klasik dari teori Hegel adalah hubungan antara majikan dan budak adalah prototipe yang filosofis dari perjuangan golongan ini, Marx tidak bisa lebih tidak setuju. Bagi Marx, jawaban bagi ketidaksamaan sosial dan penderitaan manusia tidak diletakkan di dalam kekuatan abstrak pada pengembangan kesadaran, tetapi lebih pada kondisi-kondisi material yang nyata yang membuatnya menjadi penting bagi satu kelas dari orang-orang untuk menjadi dominan pada orang-orang yang lain. Di dalam pandangan Marx, itu adalah merupakan tuntutan ekonomi, yang tidak memisahkan hubungan kesadaran, yang mengikat budak kepada majikannya. Selagi Hegel percaya bahwa kebebasan dari tekanan ada ketika individu merubah kesadaran mereka, Marx menyatakan bahwa penindasan berasal dari sistem antara hubungan sosial yang memunculkan ketidaksamaan ekonomi dibandingkan cara yang lain yang mengelilingi. Marx percaya oleh karena itu, filosofi idealis itu yang dengan sembarangan berasumsi bahwa penderitaan individu adalah suatu produk kesadaran, ketika sesungguhnya berasal dari yang kondisi-kondisi material memberi kenaikan atas kesenjangan secara ekonomi. Selagi Hegel telah menyatakan bahwa kebebasan individu itu datang dari perubahan kesadaran individu, Marx membuat segalanya jelas bahwa adanya pandangan seperti demikian guna meminta individu untuk menginterpretasikan kenyataan kedalam berbagai cara yang berbeda, ketika, sesungguhnya, mereka hanya bisa terbebaskan hanya dengan cara mengubah kondisi-kondisi sosial mereka.


    Paham materialisme (kebendaan sebagai Perspektif Teoritis)
    Apa yang menentukan kritikan Marx tentang idealisme Jermana dalah bahwa mengedepankan suatu interpretasi kerangka baru ke arah pemahaman sejarah – perspektif materialis. Marx memperkenalkan paham materialisme (kebendaan) dalam rangka menghadapi permasalahan yang disebabkan filosofi idealis dan keabstrakannya masyarakat dan hidup bersosial. Tetapi apa yang dimaksud oleh Marx dengan ' paham materialisme (kebendaan)' di dalam konteks ini? Sederhananya, paham materialisme (kebendaan) adalah suatu perspektif teoritis yang meneliti permasalahan manusia dengan mempelajari kondisi keberadaan manusia yang nyata, terutama yang berhubungan dengan kepuasan tentang kebutuhan ekonomi sederhana. Hal adalah masalah paling mendasar pada pendapat paham materialisme (kebendaan) bahwa hal yang sangat awal harus dilakukan manusia adalah memuaskan kebutuhan akan kebutuhan akan makanan mereka, tempat perlindungan dan pakaian. Hal ini terus dilakukan untuk berasumsi bahwa masyarakat dan sejarah yang diciptakan dari tindakan yang produktif yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan ini. Paham materialisme (kebendaan), selanjutnya, bias digambarkan sebagai perspektif teoritis yang mengambilnya sebagai permulaan pandangan bahwa, sebelum yang lain-lain, manusia harus mencukupi kebutuhan ekonomi sehari-hari mereka melalui bekerja keras dengan menggunakan fisik dan melakukan aktivitas produktif praktis. Apa yang penting mengenai perspektif ini adalah usahanya untuk memikirkan sebuah teori sosial masyarakat dan keberadaannya mulai dari titik awal dari kebutuhan manusia praktis dan produksi ekonomi.
    Pembedaan Marx itu membuat antara ' material' dan ' yang ideal' kemudian berpusat kepada pemikirannya pada beberapa penilaian. Pertama, dengan penyesuaian aktivitas teoritis di dalam kenyataan material, Marx menaruh teori di dalam pelayanan pada pengalaman manusia dan membuat persyaratan kebutuhan formal pada pekerjaan secara teori. Sampai pada waktu ini, semua pemikiran filosofis hanya selalu menginterpretasikan sejarah dalam berbagai jalan, sedangkan Marx percaya bahwa ini merupakan tujuan teori untuk merubah sejarah. Kedua, dengan memulai dengan pengalaman nyata dan aktivitas praktis bukannya perwakilannya pada kategori filosofis, Marx memisahkan tujuan filosofi dari teori sosial materialis, menguraikan kondisi-kondisi retakan tentang filosofi bersifat untung-untungan. Apa yang membuat posisi yang sangat unik ini adalah bahwa adanya hal yang menandai titik balik di dalam pemikiran secara sosial itu sendiri. Sedangkan hampir semua filosofi telah berdasarkan pada gagasan di mana pokok permasalahan dari penyelidikan filosofis adalah untuk menemukan apa yang terhampar di atas dunia yang berisi pengalaman sehari-hari, paham materialisme (kebendaan) telah mengambilnya sebagai titik awal terhadap hal-hal paling mendasar tindakan manusia – produksi ekonomi.

    Ideologi Jerman
                Ideology Jerman ditulis antara 1845 dan 1846 ketika Marx tinggal di Brussels. Diselesaikan pada musim panas 1846, tapi kemudian dimunculkan sebagai naskah dikarenakan kritikan yang ditujukan atas polemik yang terjadi. Pada format asli nya, ideologi Jerman kemudian dibagi menjadi tiga volume yang jumlah keseluruhanya lebih dari 500 halaman. Hal yang betul-betul bagian terpenting pada karya yang berjudul “feurbach” yang berisikan pemahaman terpenting dari teori sejarah dari Marx dan Engel. Dibuat sampai dengan 70 halaman, bagian pertama dimulai dengan kritikan pada feurbach. Setelah memberikan kritikan pada filosofi saat itu, Marx dan Engel kembali pada tujuan mereka untuk membuat kerangka kerja pada materi teori sejarah dan format benar-benar menjadi hal yang utama pada karya ini.
                Tulisan yang merupakan hasil kolaborasi Marx dan Engel,ideology Jerman memilki dua tujuan utama. Pertama untuk menguraikan secara singkat kondisi-kondisi yang rusak dengan Filosofi Jerman yang bersifat untung-untungan dan untuk “ketetapan keuangan” dengan yang muda Hegelians. Di dalam mengedepankan kondisi-kondisi yang rusak dengan filosofi, Marx dan Engel mengkritik Hegelians muda akan kegagalan mereka ambil bagian pada reformasi poltik dan social dan untuk mempromosikan ilusi bahwa pergantian politik akan terjadi ketika ide yang benar telah bisa menggantikan yang sebelumnya. Tujuan kedua dari ideology Jerman adalah untuk mengembangkan dan menjelaskan secara rinci konsepsi material pada sejarah dengan membentuk pandangan pada materialisme pada oposisi filosofi Helegian. Dikarenakan pandangan historikal secara luas dan pemahaman penafsiran berjangkauan luas pada sejarah, bagian ini memperlihatkan bahwa karya tersebut memilki dampak lebih luas secara teoritikal.
                Untuk memulainya, Marx dan Engels memulai dengan memberikan kritikan pada spekulasi filosofi Jerman and kemudian pindah pada memberikan kritikan pada Feuerbach. Inti dari kritikan mereka adalah bahwa Feuerbach tidak pernah memberikan kritikan pada pemikiran Hegelian dan dia mengedepankan pada teori keagamaan. Menurut Marx, perlakuan Feuerbach pada keagamaan berakar pada filosofi Hegel dan ini berarti bahwa, seperti Hegel, Feuerbach memunculkan ide keagamaan seolah-olah mereka memiliki keberadaan kebebasan. Marx mengatakan bahwa filosofi kritikan Hegel – dan selanjutnya pada Feuerbach – pada dasarnya kesalahpahaman keberadaan manusia karena ini bermula dari pendapat yang tidak jelas, mengumpamakan bahwa “ide” lebih merupakan hasil sejarah daripada tingkah laku manusia. Berdasarkan pandangan ini, keterbatasan  dan kesukaran  manusia bukanlah merupakan apa-apa tapi hasil dari kesadaran dan daripada mengganti keadaan social, perobahan diri direkomendasikan. Marx menangkap kecendrungan terhadap keabstakan ketika dia menulis:
    Hegelian muda mempercayai bahwa konsep, pemikiran, ide, faktanya adalah merupakan semua hasil kesadaran, terhadap  masukan mereka yang menunjukan suatu keberadaan yang mandiri, seperti halnya rantai manusia yang nyata. Dikarenakan, menurut khayalan mereka, hubungan manusia, semua yang mereka lakukan, hubungan mereka dan keterbatasan mereka merupakan hasil dari kesadaran mereka, Hegelians muda secara logika meletakkan pada mereka mendalilkan moral untuk menukarkan kesadaran mereka untuk kemanusian, kesadaran egois atau kritis, dan dengan begitu memindahkan pembatasan mereka. Permintaan ini menuntut untuk merubah sejumlah kesadaran kepada suatu permintaan untuk menginterpretasikan kenyataan di dalam cara lain.
    Hegelian muda selanjutnya percaya bahwa kesukaran dapat terselesaikan dengan menafsirkan kenyataan dengan cara lainnya, dan dengan menggantikan satu bentuk konsep pada yang lainnya. Disini, berdasarkan pendapat Marx, menunjukkan bahwa filosofi Jerman berhubungan dengan “ilusi” dan “konsep yang abstrak”.

    Teori materialis sejarah
                Setelah mempersiapkan kondisi-kondisi yang rusak dengan spekulasi filosofi, Marx dan Engels mengembalikan perhatian mereka pada perkembangan kerangka kerja pada material teori sejarah. Mungkin elemen terpenting pada pemikiran social Marx, teori materialis sejarah merupakan tujuan sosial dan pemikiran politik dan mengingatkan salah satu perspektif yang sempurna pada proses sejarah dan ekonomik yang pernah dipikirkan. Perkembangan pertama pada bentuk pemahamannya secara menyeluruh pada ideologi Jerman, Marx mengarisbawahi pada teori materialis sejarah dari Engel. Mari kita mulai dengan melihat pada tiga pendapat yang mempertajam pemahaman kemasyarakatkan dan sejarah.
    Sebagai yang kita katakan diawal, Marx menempatkan tiga dalil dasar yang telah membimbing pemikiran mereka sendiri dalam mengidentifikasi pemahaman materialis. Pertama, Marx percaya bahwa, sebelum yang lainnya, manusia biasa harus dalam posisinya dalam memperoleh makanan, tempat perlindungan dan pakaian untuk menyokong kehidupan. Selanjutnya, yang pertama dan yang paling terpenting pada tindakan sejarah, adalah merupakan tindakan produksi pada rata-rata untuk mencukupi kebutuhan ekonomi manusia. Dalam semangat ini, manusia berbeda dari binatang karena mereka harus memberikan makna pada penghidupan mereka dan sebab mereka masuk ke suatu hubungan tentang kesadaran bahwa mereka tergantung pada alam dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka. Ketiga, cara yang ditempuh oleh manusia tergantung pada apa yang mereka temukan secara alami dan apa yang  mereka harus menghasilkan untuk bertahan. Bagaimana mereka ada, dan bagaimana mereka bertahan begitu cenderung pada 'dengan apa yang mereka hasilkan dan bagaimana mereka menghasilkan hal tersebut, dan sifat alami individu tergantung pada kondisi-kondisi material itu untuk menentukan apa yang akan mereka hasilkan mereka. Atas dasar pendapat ini, pandangan materialis mengaitkan tugas pemahaman yang historis dan proses sosial dari perspektif kegiatan ekonomi manusia.
    Seperti yang telah didiskusikan tadi, paham materialisme kebendaan histories adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perspektif dari teori utama Marx untuk memahami kemasyarakatan dan sejarah. Dalam rangka melihat lebih lekat pada pendapat dan ruang lingkup teori akan jadi berguna untuk mengutip dari tahun 1859 dari kata pengantar tulisan Marx “sebuah kontribusi pada kritikan politik ekonomi; ini adalah salah satu tulisan yang paling tajam dari semua teori yang pernah dia tulis. Marx menulis:
    Di dalam produksi sosial dimana manusia melanjutkan mereka masukkan ke hubungan terbatas yang adalah sangat dibutuhkan ada dan tidak terikat pada kehendak mereka. Hubungan produksi ini sesuai dengan suatu keterbatasan langkah dalam pengembangan mengenai kekuatan material produksi mereka. Keseluruhan dari hubungan produksi ini mendasari pembuatan struktur masyarakat yang ekonomis, yang mana pondasi yang nyata di atas sekali tentang kemunculan suatu kalangan bagian atas yang berhubungan dengan politis dan tentang undang-undang yang sah pada format terbatas yang disesuaikan dengan kesadaran sosial. Hal ini bukanlah merupakan kesadaran manusia, oleh karena itu, hal itu menentukan keberadaan mereka, tetapi sebagai gantinya keberadaan sosial mereka menentukan kesadaran mereka. Pada suatu langkah tertentu dari perkembangan mereka, kekuatan material produksi di dala) masyarakat berada dalam konflik dengan hubungan produksi yang ada atau – apa yang  tidak lain dari suatu ungkapan yang akan hal yang sama – dengan hubungan kepemilikan di dalam dimana tempat kerja mereka sebelumnya. Dari bentuk pengembangan kekuatan produksi hubungan ini berubah menjadi belenggu bagi mereka. Yang kemudian periode revolusi sosial pun muncul. Dengan perubahan dasar ekonomi keseluruhan bagian atas hal yang tak terukur jadilah sedikit banyak berubah.
    Dari pemahaman ini kita dapat memperoleh empat konsep pokok yang berpusat kepada teori materialis sejarah produksi, (i) penandaan produksi (ii) hubungan produksi, (iii) gaya produksi dan (iv) kekuatan produksi. Mengambil bersama-sama untuk menyusun hal ini; penukaran hal pokok ini terhadap teori materialist sejarah dan, dalam rangka untuk melihat bagaimana mereka berhubungan secara teori, mari kita memulainya dengan memandang pada konsep penandaan produksi.
    Makna produksi. Marx menyatakan bahwa di dalam setiap langkah sejarah, manusia mempunyai pada penjualan mereka yang tertentu kekuatan produktif seperti daratan, binatang, perkakas, permesinan, yang adalah diperlukan untuk menghasilkan rata-rata cara bertahan mereka: makanan, tempat perlindungan, dan pakaian. Hal ini adalah disebut rata-rata produksi. Menurut Marx, rata-rata produksi mengacu pada apapun di dalam dunia yang bersifat eksternal yang adalah digunakan untuk menghasilkan kebutuhan akan material dan guna mempertahankan keberadaan. Sebagai contoh, pekerjaan adalah sebuah cara yang digunakan untuk menghasilkan gaji dan tanah guna menghasilkan makanan dan bahan bakar yang merupakan penandaan makna produksi. Sangatlah penting untuk mencatat bahwa kebutuhan akan material dan tuntutan ekonomi tidak bisa dihasilkan secara pribadi atas diri sendiri, tetapi lebih hanya ketika kita mempekerjakan rata-rata produksi. Semua manusia, menurut Marx, harus menghasilkan sesuatu yang bermakna dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar perekonomian mereka. Tetapi Marx menyatakan, apa yang kita amati menurut sejarah bahwa hanya beberapa kelas manusia saja yang telah mempunyai kekuasaan atau memonopoli tujuan berproduksi. Kondisi yang melampaui kepemilikan atas sebuah produksi menjadi satu-satunya fakta yang pokok dalam teori materialis sejarah karena hal itu yang kemudian menuntun ke arah terjadinya pengelompokkan masyarakat ke dalam kelas ekonomi. Kunci pengelompokkan ini, Marx beralasan, adalah antara yang majikan dan budak dalam alat produksi. Ini merupakan suatu pembeda yang penting, dikarenakan keberadaan kelas ini menandakan bahwa hanya ada satu kelas saja sebagai pemilik alat sumber produksi, sedangkan yang lainnya merupakan subjek yang harus mematuhi perintah yang diberikan pada mereka.  Marx mengacu pada kelas yang merupakan budak sebagai penghasil tenaga kerja phisik langsung, dan karakteristik yang paling menjadi pembeda dari kelas ini adalah ketidakmampuan mereka untuk memperoleh akses terakhir kepada alat produksi untuk tujuan memuaskan kebutuhan material mereka.

    Hubungan Produksi. Konsep yang kedua di dalam teori materialis sejarah di (dalam) keberadaan hubungan produksi. Ini merupakan hal penting pada pusat karena hubungan produksi yang secara ekonomis mengikat satu kelas kepada lain. Salah satu dari jalan yang paling jelas, barangkali, tentang pemahaman hubungan produksi adalah untuk mengingatkan bahwa Marx menggunakan istilah ' hubungan' yang berulang-kali digunakan dalam penulisannya untuk menandai adanya hubungan antar cara suatu masyarakat menghasilkan dan dalam peranan sosial membagikan ke individu di dalam produksi. Marx percaya bahwa peranan tiap individu dapat diasumsikan dalam produksi secara langsung berhubungan dengan sistem kelas sosial yang timbul dari fakta bahwa kepemilikan cendrung untuk berpusat hanya di dalam satu kelas masyarakat. Marx berpikir bahwa kecenderungan untuk kepemilikan untuk berada pada satu kelas untuk menciptakan dua peranan sosial yang berbeda di dalam produksi: produsen dan untuk  non-produsen buruh kasar.
    Pemain peranan oleh hubungan produksi, oleh karena itu, menjadi jelas bahwa ketika kita melihat hasil hubungan kelas di dalam terminologi historis. Marx berpikir bahwa hal ini dapat diuraikan secara singkat dengan mencatat dua karakteristik penting. Pertama,  kalangan budak (pekerja)  dipaksa untuk masuk ke hubungan produksi dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan ekonomi mereka sendiri dan, sebagai hasilnya, mereka adalah bawahan dari kelas yang merupakan kelas yang lebih dominan daripada kelas mereka. Kedua, dikarenakan secara historical kalangan budak (pekerja) lebih cendrung untuk menjadi bawahan bagi suatu kelas lainnya, yang kemudian mereka harus mematuhi aturan yang diberikan oleh kelas diatas, mereka yang kemudian dipaksa untuk melaksanakan dan melaksanakan pemeliharaan terhadap perekonomi kelas yang dominan tersebut. Pengabdian selaku bawahan ini di dalam peranan produktif memberi kenaikan kepada beberapa konsekwensi kunci pada hubungan produksi seperti yang digaris bawahi oleh Cohen di dalam buku yang sangat bermanfaat pada karya yang dihasilkan Marx. Pertama, yang tidak berpunya (budak /pekerja) menghasilkan sesuatu bagi yang lainnya, yakni golongan yang tidak menghasilkan apa-apa untuk mereka. Kedua, kehidupan kalangan yang  tidak berpunya (budak /pekerja) tergantung pada hubungan mereka dengan majikan mereka (kalangan berpunya); ketiga, kelas yang dominan mempunyai hak langsung untuk memberikan pengarahkan atas produk ekonomi yang dihasilkan produsen; keempat, pemilik alat-alat produksi selalu menerima lebih daripada orang yang melakukan proses produksi itu; dan ke lima,  kalangan  tidak berpunya (budak /pekerja)adalah merupakan subjek pada kebijakan/otoritas yang diberikan oleh atasan mereka.
    Ciri utama yang kedua dalam proses produksi adalah kecenderungan mereka untuk memerintah cara tidak berpunya (budak /pekerja) dalam menggunakan alat-alat produksi untuk  mencukupi kebutuhan material mereka dan menciptakan suatu lingkungan tenpat tinggal. Dalam hal ini, tidak berpunya (budak /pekerja) tidak bias secara bebas untuk menghasilkan alat-alat produksi dalam keberadaan mereka karena mereka tidak mempunyai akses untuk itu menghalangi alat-alat produksi. Hal ini dapat diterangkan jika kita memperhatikan masyarakat feodal. Di dalam suatu sistem produksi feodal, hubungan produksi adalah antara majikan (tuan tanah) dan budak yang sama halnya dengantuan tanah (berpunya) dan tidak berpunya (budak /pekerja) pada produksi. Marx memberi alasan bahwa dalam rangka budak untuk terlibat dalam pekerjaan dalam menghasilkan alat-alat produksi dalam bekerja, mereka dipaksa untuk masuk ke suatu hubungan produksi dengan tuan tanah, memberi tuan tanah hak atas tenaga kerja budak dan juga hak atas produksi perkebunan yang yang dihasilkan para budak. Marx berpikir bahwa hubungan dalam berproduksi menghasilkan tiga elemen utama yang membuat mereka secara secara konseptual mengarah kepada teori materialis sejarah. Pertama adalah kemampuan mereka untuk menjelmakan dalam hubungan dominasi; kedua adalah kemampuan mereka  untuk menjadikan belenggu phisik dan ekonomi untuk satu kelas dan menjadi suatu keberuntungan ekonomi bagi yang lainnya, dan yang ketiga, adalah kemampuan mereka untuk kembali atas oleh sanksi memaksa, yang disahkan oleh politisi dan dilegalkan oleh struktur masyarakat yang sah.
    Ciri ketiga hubungan produksi adalah kecenderungan mereka untuk muncul dalam semua masyarakat. Marx mempertahankan bahwa perbedaan hubungan produksi menjelma diri mereka pada langkah-langkah pembangunan ekonomi yang terbatas dan ini selalu nampak dalam kebersamaan dengan cara produksi masyarakat. Nama ini diberikan kepada berbagai hubungan produksi, pada setiap tahapan ini, sejalan dengan langkah pembangunan ekonomi. Sebagai contoh, kaum ningrat (tuan tanah) dan budak adalah merupakan pemberian nama yang diberikan kepada hubungan produksi di dalam masyarakat masa lampau, berdasar pada suatu sistem produksi di mana suatu kelas dibawah sebuah penguasa diperbudak untuk menghasilkan sesuatu secara langsung bagi penguasa dan juga langsung mematuhi semua perintah majikan mereka. Raja (tuan tanah) dan budak, pada sisi lain, adalah merupakan nama yang diberikan kepada sebuah hubungan produksi di dalam masyarakat feodal, di mana jika produksi ekonomi adalah berdasarkan pada suatu kelas yang merupakan aristokratis pemilik tanah yang bersandar pada suatu perbudakan oleh kaum tani untuk menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan. Terakhir, masyarakat kapitalis dan pekerja upahan adalah nama yang diberikan berdasarkan hubungan menghasilakan alat produksi dalam masyarakat kapitalis, dimana produksi adalah berdasarkan pada suatu jumlah besar pekerja upahan yang nantinya menghasilkan nilai surplus (laba) untuk/karena yang kelas yang memeberikan aturan pada mereka (tuan tanah)

    Gaya produksi, kekuatan produksi.
    Konsep ketiga di dalam teori materialis sejarah adalah gaya produksi. Selagi Marx tidak pernah dengan sepenuhnya menerangkan istilah, ia meninggalkan berbagai acuan sejumlah tulisannya. Di salah satunya dia menyatakan bahwa ‘hubungan sosial sangat dekat berhubungan dengan kekuatan secara produksi’. Di dalam memperoleh kekuatan manusia yang produktif baru memaksa manusia untuk merubah gaya produksi mereka; dan di dalam mengubah gaya produksi mereka akan merubah cara mereka dalam mendapat penghasilan untuk kehidupan mereka dan semua hubungan sosial mereka. Handmill memberi anda sebuah masyarakat dengan raja yang feodal; penggilingan uap air, suatu masyarakat dengan kapitalis industri tersebut. Secara garis besar, Marx menulis, kita dapat mendisain Asiatic, masa lampau, feodal dan gaya borjuis produksi yang modern sebagaimana sangat banyaknya jangka waktu didalam proses pembentukan ekonomi didalam masyarakat.
    Pada awalnya, istilah ' gaya produksi' adalah merupakan penggunaan kata oleh Marx untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang utama atau langkah histories yang ditentukan oleh produksi guna mengungkapkan bagaimana bentuk dasar antara hubungan  ekonomi dengan hubungan sosialnya. Dalam hal ini, cara orang-orang akan benar-benar menghasilkan dan masuk kedalam hubungan sosial satu sama lain adalah disebut suatu gaya produksi dan ini meliputi suatu jalan hidup masyarakat secara keseluruhan, aktivitas sosial nya dan institusi sosial nya. Tetapi, di dalam dan tentang dirinya sendiri, hal ini tidak memberikan kita suatu pemahaman yang jelas tentang istilah dan dengan demikian kita harus melihat lebih dekat.
    Dalam rangka menjangkau suatu pemahaman lebih jelas dari apa yang dimaksud oleh Marx dengan arti suatu gaya produksi, kita harus membedakan antara ' kekuatan produksi' dan ' hubungan produksi' dikarenakan hal ini sama-sama menggambarkan gaya produksi. Seperti yang dibicarakan sebelumnya, kekuatan produksi mungkin bias dimasukkan kedalam hal yang bermaksud instrumen, peralatan, daratan, alat, yang kemudian dimaksudkan sebagai sebuah usaha untuk melakukansesuatu untuk menopang kehidupan. Seperti, kekuatan produksi hanya memiliki kapasitas untuk dilakukan, tetapi kekuatan ini hanya dapat dimaksudkan pada tindakan, jadi bisa dikatakan, ketika orang-orang di dalam masyarakat masuk ke  dalam hubungan produksi. Hubungan produksi, oleh karena itu, selalu dikatakan sebagai bagaiman kekuatan produksi digunakan dalam rangka untuk menghasilkan, dan salah satu gagasan kunci yang terbentuk dari hubungan produksi adalah bahwa satu kelas adalah pemilik beberapa property dan yang lainnya menjadi kelas/kaum yang tunduk kepada mereka.
    Yang menjadikan ini kasus, dua kondisi-kondisi kunci pada hubungan produksi dapat disoroti: pertama, hak pemilik hotel (toko) untuk mengendalikan tenaga kerja yang akan memproduksi; kedua, hak pemilik hotel (toko) untuk mengendalikan produk dari para pekerja tersebut. Hal ini bisa ditunjukkan langsung saat kita melihat gaya produksi. Sebagai contoh, di dalam suatu gaya produksi di masa lampau, kelas yang dominan yang memimpin kekuatan produksi sedemikian, sehingga hubungan produksi masuk dengan cara produser (penghasil) dijelmakan sebagai para budak. Kenyataan ini memberi kendali langsung kepada kelas yang dominan untuk mengontrol langsung terhadap semua tenaga kerja dan melakukan kendali atak produksi yang dihasilkan tersebut. Didalam gaya produksi feodal, pada sisi lain, pemilik tanah yang secara langsung memimpin kekuatan produksi dan mempunyai hak-hak untuk mengendalikan sebagian besar dari tenaga kerja budak seperti halnya hak mereka atas budak produksi agrikultur. Di dalam suatu gaya produksi kapitalis, sebagai pembanding, yang kapitalis mempunyai hak untuk mengarahkan kepemilikan di atas kekuatan produksi yang mencakup lahan tersebut, permesinan dan material, dan kendali langsung latihan atas pekerja, seperti di kasus perbudakan. Melainkan, kaum kapitalis mempunyai kendali hanya  atas pembagian penjualan waktu tenaga kerja kepada dia oleh pekerja sepanjang hari kerja tersebut. Di dalam kapitalisme, hal ini harus dicatat bahwa kendali tersebut ada pada kelas yang dominan untuk melatih hak-hak buruh dan melampaui perpindahan produk untuk menentukan format upah dimana kaum kapitalis membayar upah yang mencukupi kurang dari jumlah kekayaan yang telah dihasilkan oleh pekerja bagi mereka (kaum kapitalis).
    Karakteristik yang lain dari gaya produksi adalah kemampuan nya  untuk menentukan sistem hubungan sosial yang timbul dari hal itu. Sebagai contoh, cara yang utama dalam pemenuhan tuntutan ekonomi di dalam masyarakat feodal adalah dengan cara penanaman. Kegiatan ini akan menghasilkan tanaman untuk makanan, binatang ternak, tempat perlindungan dan pakaian. Dengan cara memproduksi kebutuhan akan material ini akan memunculkan suatu sistem hubungan sosial ( antara raja (tuan tanah) dan buruh) yang cenderung untuk mengurus bagaimana kegiatan berproduksi digunakan. Dikarenakan  tuan tanah dan budak menjadi pusat institusi  ekonomi dari masyarakat feodal, Marx akan membantah bahwa mereka melakukannya hanya sebab mereka mencerminkan hubungan produksi yang berbeda sebagai akibat dari fakta bahwa satu kelas kumpulan orang cenderung untuk memimpin kekuatan produksi. Konsep gaya produksi membuat Marx untuk mengidentifikasi unsur-unsur ekonomi yang utama suatu periode historis dengan mengungkapkan bagaimana ekonominya berdasarkan  secara langsung dalam membentuk sistem hubungan sosial nya.
    Marx percaya bahwa bagian dari sebuah masyarakat ke dalamtuan tanah (berpunya) dan tidak berpunya (budak /pekerja) untuk kegiatan berproduksi adalah merupakan suatu hukum tentang pengembangan historis. Untuk membuktikan hal ini ia membagi sejarah ke dalam tiga bagian penting; masa kuno, kapitalis dan feodal. Masing-masing bagian ini mempunyai tiga tendensi (acuan); ( i) mereka mengabadikan kelompok masyarakat ke dalam berbagaikelas, di mana satu kelas adalah merupakan kelas yang dominan pada yang lainnya ( ii) mereka mengabadikan ketidaksamaan ekonomi, sosial dan politis; dan ( iii) pada setiap masyarakat, hubungan sosial yang berbeda adalah didukung oleh agama, hukum dan struktur yang politis.

    Hukum tentang perkembangan historis: bentuk kepemilikan masa lampau (kuno), kapitalis dan feodal.
    Sejauh ini kita telah melihat bahwa perspektif materialis adalah, di atas semuanya, suatu teori tentang pengembangan historis yang menjelaskan keberadaan manusia dalam kaitannya dengan rangkaian tantang tahapan-tahapan ekonomi. Setelah mempersiapkan tahapan kerangka untuk materialsit konsepsi dasar  sejarah tersebut, Marx mulai untuk mengalihkan perhatiannya ke arah bukti yang akan dikonfirmasikan kedalam disertasinya bahwa pengembangan masyarakat yang historis cendrung untuk menjadikan ekonomi secara alami. Ia terus untuk mengerti sejarah sebagai format kepemilikan yang berbeda dari yang ia pikirkan dapat dinyatakan dalam empat tahapan dalam jangka waktu yang terpisah: gaya produksi mengenai suku, masa lampau, kapitalis dan feodal. Peluasan konseptualisasi sejarah dalam kaitannya dengan tahapan pembangunan ekonomi adalah merupakan dua kunci pada pengakuan sebelumnya. Pertama, hal ini yang mendasari para sarjana mempercayai untuk menjadi ' re-periodisasi' tentang sejarah kedalam halnya untuk menggantikan pandangan yang dominan tentang penandaan waktu historis oleh kaum religius, dengan suatu pengembangan tentang tahapan-tahapan ekonomi. Kedua, memusatkan pada urutan tahapan-tahapan ekonomi, hal ini kemudian mengonsep ulang tentang pengembangan historis dengan berkonsentrasi pada ' sistem produksi' yang merupakan karakteristik dari semua masyarakat. Sebagai tambahan, Marx mengarah pada petunjuk bahwa masing-masing tahapan tentang pengembangan historis mempunyai tiga karakteristik: ( i) suatu sistem produksi dan pembagian  tenaga kerja; ( ii) bentuk kepemilikan properti dan ( iii) suatu sistem hubungan antar kelas.
    Seperti yang telah dicatat dari awal, Marx melihat sejarah dunia dalam kaitan dengan ' bentuk kepemilikan yang berbeda,' dan utamanya ia berpikir bahwa ada empat tahapan-tahapan atau format yang berbeda: persukuan, masa lampau, kapitalis dan feodal. Jenis kepemilikan tanah yang pertama disebut Marx sebagai suku. Hal ini meliputi suatu sistem produksi yang bersifat elementer di mana orang-orang tinggal dan hidup bersama-sama terutama dengan berburu dan mengumpulkan bahan makanan. Pembagian kerja adalah bersifat elementer, tidak ada pengembangan akan hak milik pribadi dan struktur sosial merupakan struktur yang berasal dari kekerabatan dan kekeluargaan. Hal ini disebabkan bahwa properti hak milik adalah merupakan properti kelompok, tidak ada perkembangan system hubungan kelas, walaupun ada penghitungan dengan sistem kekeluargaand yang disepakati sejak dimulainya kegiatan. Format asosiasi yang mengenai suku ini memulai suatu sistem produktif yang mana sebagian besar berdasarkan pada kekerabatan dan atas suatu orientasi berkelompok ke dalam kegiatan produksi. Hal ini menuntun ke arah suatu masyarakat yang merupakan masyarakat tanpa perbedaan golongan, dan paham sistem produksi yang digunakan merupakan paham persamaan dan pengertian antar anggota kelompok yang dengan cara kerja sama mereka menghasilkan penghidupan. Sebagai hasilnya, tidak ada hubungan penghitungan
    Format kepemilikan yang kedua dapat ditemukan pada masyarakat masa lampau. Bentuk kepemilikan ini merupakan organisasi sosial dikembangkan dari suatu kumpulan suku bangsa yang membentuk suatu organisasi negara kota besar, menimbulkan suatu struktur politik dan sipil. Sistem produktif yang sebagian besar berbentuk agraris dengan industri bersifat elementer dengan suatu sistem perdagangan dan perdagangan. Berlawanan dengan masyarakat yang bersuku-suku, bentuk kepemilikan jenis ini mengenal adanya hak milik pribadi dan sistem hubungan antar kelas dikembangkan dari kepemilikan properti. Hubungan antara pemilik properti dan penghasil tenaga kerja telah terbentuk dengan sendirinya ke dalam suatu kelas yang telah dikristalisasi dan format tenaga kerja yang utama adalah budak. Masyarakat dan jenis ini menduduki wilayah luas dan sistem yang produktif mempunyai suatu pembagian kerja yang luas. Sebagai tambahan, sipil, politis, dan otoritas militer dimunculkan hanya sebagai suatu tambahan yang berarti kepada sistem yang produktif tersebut. Dunia Graeco-Romawi kuno merupakan suatu contoh yang historis tentang sistem produktif di mana tenaga kerja adalah diwujudkan dalam bentuk perbudakan.
    Sebagai tambahan terhadap karakteristik ini, suatu kepemilikan status muncul dari perserikatan beberapa suku bangsa ke dalam suatu kota besar dengan persetujuan atau oleh penaklukan. Kepemilikan alat-alat produksi adalah berada di dalam tangan suatu kelas yang merupakan pilihan militer yang hidup dari menaklukkan wilayah negeri yang kemudian melakukan penangkapan dan penduduk asli negara yang ditaklukan menjadi para budak. Kelas yang dominan memelihara keberadaan ekonomi mereka dengan mencari pelebaran alat produksi, hasil dari suatu organisasi politis yang]mengkombinasikan negri yang ditaklukkan untuk membentuk wilayah politis baru. Gerakan Roma ke dalam Brittany pada abad yang pertama adalah merupakan suatu contoh pengembangan dari jenis ini. Pembagian masyarakat ke dalam kelas ningrat dan para budak tumbuh secara langsung dan membentuk sebuah sistem produktif. Dikarekan populasi para budak mati satu per satu, mereka kemudian menggantikannya dengan budak baru yang diperoleh dari budak yang berasal dari wilayah lainnya. Hubungan yang berlaku dalam hubungan produksi antara kalangan elit dan para budak dan kalangan elit menggambarkan kekayaan mereka dari jumlah budak yang mereka miliki yang kemudia bertindak sebagai produsen langsung.
    Bentuk kepemilikan ketiga yang diidentifikasi oleh Marx adalah merupakan masyarakat feodal. Sistem produksi ini adalah agrikultur aslinya dan hal yang utama dilakukan adalah memproduksi makanan yang berkonsentrasi pada daratan. Pusat produksi dikembangkan pada daerah pinggiran, pertanian sangat tersebar luas, tidak ada industri dan kehidupan kota tidak begitu berkembang. Tidak sama dengan masyarakat masa lampau atau masyarakat bersuku, hak milik dipusatkan padasuatu kelas aristokratis yang bertindak sebagai pemilik hotel (toko) di wilayah tersebut. Melalui kemilikan properti pribadi tidaklah dikembangkan sedemikian rupa, ada sebuah sistem yang mana kelas aristokratis dan kelas petani penggarap menggunakan daratan ' bersama-sama'. Pemilik properti merupakan pemilik lahan, dengan suatu sistem yang dikembangkan untuk penggolongan yang muncul antara buruh tani yang melaksanakan tenaga kerja phisik dan kelas aristokratis yang mempunyai hak sosial dan politik istimewa yang kemudian memberikan mereka kekuatan atas buruh tani (budak). Masyarakat feodal telah mendominasi di seluruh Eropa dan Inggris antara abad kesembilan sampat abad ketujuh belas. Kekuatan social dan politik yang dimiliki tuan tanah (pemilik tanah) dilindungi oleh intitusi yang lega dan sah yang akan membuat pemilik tanah (tuan tanah) memiliki kekuasan penuh terhadap kelas budak-budak (buruh tani)
    Bentuk kepemilikan yang keempat adalah masyarakat kapitalis. Perkembangan masyarakat kapitalis mensyaratkan pembinasaan suatu gaya produksi yang feodal dan suatu perubahan bentuk produksi dan suatu perubahan bentuk produksi dari desa kepada kota. Sepanjang penghapusan masyarakat feodal, kelas budak petani secara memaksa berpisah dari tanah garapan sebagai alat kehidupan dan, sebagai hasilnya, adalah berubah menjadi kelas pekerja upah yang harus menjual tenaga kerja mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Sistem yang produktif adalah berdasarkan pada suatu pembagian kerja tingkat lanjut, dengan mengembangkan perdagangan dan aktivitas komersil. Di dalam gaya produksi kapitalis, kota menjadi pusat dari kehidupan ekonomi, sistem produktif telah bergeser dari agrikultur (pertanian) ke industri, dan di sana secara penuh dikembangkan kehidupan politik dan sipil. Adanya kemunculan property yang merupakan hak milik pribadi yang tersebar luas dan suatu perkembangan kelas dengan sistem kapitalis, yang merupakan pemilik dari alat produksi, dan pekerja upah, adalah orang yang mengandalkan tenaga dalam bekerja. Hasil produksi menjadi mengalami penganeka-ragaman dan sebagian besar terdiri dari permesinan, teknologi dan sistem produksi pabrik. Kepemilikan berbagai sumber kekuatan ekonomi seperti mesin, pabrik, perkakas dan material produktif lainnya. Kelas kapitalis menggambarkan kekayaan mereka dari kelas pekerja upah yang berfungsi sebagai tenaga kerja upahan dan produsen yang utama adalah memberlakukan bentuk eksploitasi.
    Setelah suatu gaya produksi kapitalis, langkah yang berikutnyapun dimulai, menurut Marx, ketika pertentangan ekonomi yang tidak bisa dipisahkan dari sistem pengelompokkan menjadi sangat besar yang mayoritas para pekerja membentuk suatu kelas yang berpotensi secara konstitusi untuk menghasilkan perubahan revolusi – dan memulai transisi tersebut dari kapitalisme ke sosialisme. Sebagaimana yang dituli oleh Marx, 'pada suatu tahapan tertentu pada pengembangan, kekuatan material produksi di dalam sebuah masyarakat datang tidak sesuai dengan hubungan produksi yang ada, atau – apa yang tidak lain dari suatu ungkapan yang sah pada hal yang sama – dengan hubungan kepemilikan di dalam yang mana mereka telah lakukan pada pekerjaan sebelumnya. Dari format pengembangan kekuatan produksi sebelumnya hubungan ini kemudian berubah menjadi belenggu mereka. Kemudian masa revolusi social terjadi. Dengan perubahan dasar ekonomi secara keseluruhan seluruh struktur bidang ekonomi lainnya sedikit banyak mengalami perubahan. Sama halnya dengan ketegangan yang muncul di dalam sistem penggolongan dari masyarakat feodal dalam menyempurnakan perubahan dari suatu sistem ekonomi feodal kepada suatu gaya produksi kapitalis, sehingga ketegangan di dalam sistem penggolongan yang kapitalis menuju pada penyempurnakan transisi tersebut kepada langkah pengembangan yang berikutnya.

    Teori ideologi Marx's
    Sejarah istilah Hegel dan Marx.
    Marx mengembangkan teori ideologi yang umumnya dilakukan bersama-sama dengan Frederick Engels antara tahun 1845 dan 1846. Teori ideologi mengikuti secara langsung dari konsepsi materialis sejarah dan diskusi berlangsung pada bagian yang pertama Idelogy Jerman, diberi judul ' Feuerbach'. Ketika kita lihat lebih awal, judul karyanyan itu pada awalnya berniat sebagai sebuah serangan yang kritis melawan suatu lingkaran pemikiran Marx dan Engels yang disebut sebagai pusat penganut ‘ideologi' tentang Masyarakat Jerman yang mempromosikan konsepsi kekeliruan terhadap kenyataan dalam penyertaan filosofi kedalam pandangan sejarah. Siklus Hegelians muda, mencakup figur seperti David Strauss, Marx Stirner dan Bruno Bauer, menarik perhatian berbagai kelompok di dalam negara Jerman sepanjang 1840an dengan kritis menyerang kekristenan, status dan pusat otoritas tersebut. Sebagai seorang Hegelians, mereka mengemukakan kritik agama dan masyarakat mereka dengan menggambarkan beberapa persepsi (pendapat) mereka tentang filosofi idealis yang membujuk meraka terhadap sebuah pandangan bahwa kenyataan sasaran bukanlah apa-apa dibandingkan tak lain hanyalah merupakan penjelmaan internal dari sebuah wasiat individu, diwujudkan menurut sejarah di dalam Hegel apa yang disebut 'roh'. Di dalam kritikan bengis tentang semua otoritas mereka, Hegelian muda percaya bahwa sejarah tidak mengalami perubahan tak lain hanya suatu penjelmaan  dari 'roh' di dalam kemajuan histories dunia, dan ini akhirnya menuntun kearah pandangan bahwa asal dari semua pemikiran dan gagasan harus  ditemukan di dalam pengembangan semangat dalam sejarah..
    Hal ini berada dalam konteks bahwa Marx dan Engels menulis ' Ideologi Jerman' dan mengarahkan pada polemik dalam perlawanan terhadap pandangan filosofis Hegelians muda. Hal utama pada serangan Engels dan Marx adalah tekanan dimana Hegelians telah menempatkan pada filosofi sebagai cara dalam meneliti permasalahan politis dan histories (sejarah). Sebagai akar dari pandangan ini adalah kepercayaan Hegel's pada hal bahwasanya 'gagasan' adalah penjelmaan ' roh', dan sosial itu dan permasalahan historis dapat diteliti dengan memandang pada gagasan peran main sosial dan kehidupan berpolitik. Bagi Hegel, gagasan (ide) bukanlah apa-apa dibandingkan dari kekuatan yang efektif di dalam sejarah, suatu pandangan yang dibuktikan dengan penghitungannya terhadap Revolusi Perancis yang, ia berpikir, merupakan suatu penjelmaan dari 'kebebasan gagasan (ide)’  di dalam sejarah.
    Marx mengkritik pendekatan ini untuk konsepsi abstrak kekuatan sejarah, dan datang untuk menyerang Hegel dan Hegelian Muda dalam beberapa cara. Pertama, ia menolak peran Hegel telah ditugaskan untuk gagasan-gagasan. Bagi Hegel, tidak hanya merupakan gagasan pertama, tetapi mereka dilihat sebagai penyebab sejarah nyata. Marx merasa ini adalah sebuah kesalahan mendasar karena disimpulkan bahwa abstraksi adalah kekuatan nyata dan sehingga memiliki eksistensi material. Kedua, Marx merasa bahwa posisi Hegel menyebabkan distorsi utama dari realitas yang disebabkan oleh karena filsafat. Ini kekhilafan menunjuk dalam pemahaman filosofis tentang realitas yang menunjukkan bahwa ia cenderung untuk membalikkan realitas empiris dengan ‘memutar membalikkannya,' yang mengatakan, itu merupakan realitas dari abstrak daripada sisi praktis. Jika, seperti Hegel telah beralasan, hanya ide-ide (gagasan) yang nyata dan individu yang abstrak, maka filsafat itu sendiri hanya bisa menjadi penyimpangan terhadap kenyataan dikarenakan pengaktifan kesalahan dalam mengartikannya dengan ‘memutar balikkan realita’.
    Marx berpandangan bahwa filsafat itu sendiri harus menjadi penyimpangan utama dari sebuah kenyataan dikarenakan kecenderungan untuk mengangkat 'ide' ke tingkat eksistensi (keberadaan), seolah-olah mereka memiliki 'kekuatan' dan 'karakteristik' mereka sendiri. Marx berpikir bahwa untuk menempatkan seperti penekanan pada sisi abstrak sebuah ide hanya diabstraksikan pemahaman kehidupan sosial dan, dengan berbuat demikian, membuat pertanyaan nyata dari eksistensi manusia merupakan hal yang abstrak juga. Marx melanjutkan untuk mendesak bahwa ketika eksistensi nyata manusia dapat dipahami hanya sebagai sebuah 'ide dan pemikiran' – sebagaimana banyaknya kategori filosofis begitu banyak – maka masalah yang lebih nyata dan praktis dalam kehidupan individu jadi terabaikan.

    Empat Blocks Membangun dari Teori Ideologi
    Setidaknya ada dua alasan utama Marx dalam mengajukan sebuah teori ideologi. Yang pertama adalah untuk menunjukkan bahwa ide-ide memiliki asal material dan timbul dari kegiatan praktis, bukan sebaliknya. Dalam hal ini, Marx ingin menunjukkan bahwa ide-ide tersebut dalam ekspresi fakta hubungan material dan, dengan demikian, menunjukkan sekali dan untuk semua yang telah salah dimengerti Hegel mengenai asal-usul sebuah ide. Kedua, Marx ingin menunjukkan bahwa ia mampu menyediakan hubungan yang terpadu antara ide-ide dan aktivitas materialnya, sehingga dia bisa memecahkan masalah bahwa dengan tradisi filosofis ideologi sebagai sebuah representasi abstrak dari gagasan. Pentingnya hal ini tidak bisa dibesar-besarkan. Berbeda dengan pemikiran Hegel bahwa ide-ide datang pertama berasalkan dari historis (sejarah pengalaman), Marx memiliki pandangan bahwa ide-ide adalah merupakanhasil historis (pengalaman) dari kegiatan ekonomi. Dari sudut pandang ini, kita dapat melihat lebih dekat pada teori ideologi, tetapi untuk memahami bagaimana Marx mengembangkan argumen (pendapat), empat blok pembangunan ideologi akan dibahas: (i) hubungan antara ide-ide dan aktivitas material dalam masyarakat; ( ii) hubungan antara konsep ideologi dan teori persepsi, (iii) hubungan antara ideologi dan kelas-kelas dominan, dan (iv) fungsi ideologi.
    Blok pembangunan pertama dari teori ideologi merupakan hubungan antara ide-ide dan material berlandasan kemasyarakatan. Seperti kita nyatakan, Marx berpikir bahwa ide-ide memiliki asal dalam sebuah material berlandaskan kemasyarakatan dan bahwa 'produksi gagasan secara langsung terjalin dengan aktivitas materi. Dalam rangka untuk menunjukkan penalaran Marx di sini, kita kembali sebentar ke tempat dasar materialis teori sejarah yang adalah sebagai berikut. Hal pertama yang manusia lakukan adalah menghasilkan materi yang berarti bagi keberadaan mereka. Produksi ini sangat penting bagi kesejahteraan mereka bahwa bentuk selanjutnya masyarakat selalu bertepatan dengan apa yang mereka hasilkan. Cara di mana produksi ini dilakukan menentukan sistem hubungan sosial yang cenderung timbul dari itu, begitu banyaknya sehingga menciptakan pembagian masyarakat ke dalam beberapa kelas-kelas, salah satunya merupakan kelas yang dominan dikarenakan memimpin alat-alat produksi (hasil produksi), bawahan-bawahan lainnya, karena tunduk kepada kehendak orang-orang yang berkuasa atas mereka. Pernyataan bahwa bentuk masyarakat selalu bertepatan dengan cara individu menghasilkan kekuatan yang berasal dari fakta sederhana bahwa tindakan pertama individu selalu ekonomi, karena manusia harus menghasilkan sesuatu untuk menopang kehidupan. Dari tempat mulai yang sederhana, kita dapat melihat bahwa sistem hubungan sosial yang selalu mencerminkan hubungan sosial produksi. Dua kesimpulan penting dapat ditarik dari ini: (i) tindakan produksi ekonomi bentuk hubungan sosial dan, selanjutnya adalah struktur masyarakat, dan (ii) produksi ekonomi menimbulkan suatu sistem dari ide dan keyakinan yang datang untuk mewakili produktif hubungan yang berdiri sebagai 'gambaran kesadaran dalam hidup mental’. Oleh karena itu Marx beralasan bahwa ide-ide individu yang telah memilki keterkaitan dengan cara mereka memproduksi dan hubungan kelas mereka membentuk dalam sebuah sistem produksi.
    Blok pembangunan yang kedua dari teori mengenai ideologi kekhawatiran terhadap ide-ide cara mengubah persepsi internal individu dari dunia luar. Hal ini membawa kita ke langkah berikutnya, yang merupakan definisi Marx tentang konsep ideologi. Ada dua definisi yang akan kita tangani. Pertama menyatakan: 'jika dalam ideologi semua manusia dan hubungan mereka muncul terbalik seperti pada kamera obscura, fenomena yang muncul hanya sama seperti banyak dari proses kehidupan sejarah mereka sebagai inversi benda pada retina tidak dari proses fisik mereka hidup. Definisi kedua menyatakan: 'jika dalam imajinasi mereka [orang] dapat memutar balikan realitas, maka ini pada gilirannya merupakan hasil dari keterbatasan modus bahan aktivitas mereka dan keterbatasa hubungan sosial akan timbul dari hal tersebut”. Dari kedua kutipan kita bisa menarik keluar kesimpulan dua titik kunci tentang ideologi. Pertama dan yang terpenting, ideologi merupakan sebuah sistem sikap, konsepsi, ide-ide dan keyakinan yang mampu untuk: (i) membuat keadaan 'muncul terbalik', dan (ii) 'membalik' persepsi kita tentang realitas. Kedua fitur penting dari ideologi yang paling penting dikarena mereka memiliki kekuatan untuk mengubah persepsi kita tentang dunia luar, atau realitas sosial objektif. Namun, sesungguhnya apa yang Marx maksudkan dengan hal ini? Pada dasarnya hal itu merupakan poin dari teori Marx tentang ideologi menjadi teori persepsi, yang berkaitan dengan bagaimana ide-ide mempengaruhi pemahaman kita atau penangkapan dari dunia luar. Untuk meletakkan ini dalam perspektif, kita harus melihat lebih dekat.
    Untuk memulainya, Marx percaya bahwa kita tidak memandang realitas secara langsung melainkan melalui ide dan konsep-konsep yang berlaku. Sejauh ini, ide-ide dan konsep-konsep yang berlaku bertindak sebagai distorsi lensa atau filter melalui mana kita datang untuk melihat kenyataan, dan ini menimbulkan dua pertanyaan utama:pertama, bagaimana masyarakat mendistorsi persepsi kita tentang realitas dengan membuat hubungan sosial yang muncul terbalik, dan kedua, dengan cara apa tidak menipu masyarakat individu ke dalam pemikiran bahwa persepsi pengganti diterima untuk kenyataan? Dalam rangka mengembangkan dua titik, akan diperlukan untuk mendiskusikan bagaimana Marx memahami hubungan individu untuk masyarakat yang lebih umum.
    Salah satu ajaran utama teori Marx tentang ideologi adalah gagasan bahwa individu menghasilkan hubungan antara sejarah dan sosial, dan bahwa, bagi Marx, masyarakat selalu dianggap sebagai produk historis dari peran manusia. Dalam istilah-istilah ini, dunia sosial selalu berhubungan dengan individu-individu yang merupakan obyek produksi itu sendiri. Ini berarti bahwa masyarakat dan hubungan sosial - dan dengan realitas ekstensi - adalah merupakan produk manusia begitu jauh sebagai individu menghasilkan keadaan materi mereka sendiri dalam tindakan produksi. Dalam bahwa individu secara aktif berkaitan dengan sejarah melalui kegiatan material mereka, kesadaran, menurut Marx, harus menjadi produk sosial. referensi Marx berulang-ulang untuk kesadaran, terutama dalam frase-nya 'eksistensi sosial menentukan kesadaran,' upaya untuk menyampaikan pemikiran bahwa cara kita datang untuk memandang realitas pada akhirnya tergantung pada konsep dan ide-ide mereka yang menguasai alat-alat produksi. Jika hanya satu kelas dominan sepanjang sejarah, ini berarti bahwa ide-ide mereka menjadi ide-ide dominan dalam arti bahwa, sebagai kelas, mereka memerintah atas mereka yang tunduk kepada mereka. Premis metodologis pusat yang bekerja di sini adalah bahwa persepsi individu tentang realitas tidak hanya terikat pada kondisi-kondisi material tetapi untuk kesadaran juga.
    Teori Marx tentang sebuah persepsi pada pernyataan bahwa, dalam ideologi, semuanya tampak terbalik dan keaktifan hal-hal ternyata berbanding terbalik dengan imajinasi. Dalam pandangan ini, ideologi memiliki kekuatan yang luar biasa untuk (i) membentuk realitas dan (ii) mengubah persepsi dari sebuah realitas . Tapi bagaimana ini mungkin? Marx berpikir bahwa individu memandang realitas secara tidak langsung, melalui penyaringan konsepsi yang berlaku, ide, dan sikap dari kelas-kelas yang dominan. Aktifitas ini membalikkan realitas yang berbeda didalam persepsi yang secara langsung berkaitan dengan fakta bahwa konsep-konsep yang dominan selalu mencerminkan hubungan material yang dominan, dan ini terjadi, Marx berpikir, ketika ide-ide dan keyakinan hanya mencerminkan kehendak, tujuan dan kepentingan kelas yang dominan.
    Sejauh ini, kita telah mampu menunjukkan bahwa: 'ide' (i) memiliki basis materi sejauh mereka mencerminkan kehendak dan kepentingan kelas dominan, dan (ii) ide berasal dari hubungan material yang dominan dalam masyarakat, karena "kelas yang memiliki alat-alat produksi material pada pembuangan, memiliki kontrol atas alat produksi mental, sehingga, secara umum, ide-ide mereka yang tidak memiliki alat-alat produksi mental merupakan subjek dari kebijakan ini yang harus tunduk pada apa yang disebutkan diatas.
     Cara lain untuk memahami bagaimana ide-ide bisa menyimpang dari realitas adalah dengan cara melihat perbedaan yang cukup sering digunakan Marx dalam karyanya sendiri, antara penampilan dan kenyataan. Secara historis, pembedaan antara realitas dan penampilan kembali ke zaman awal pemikiran sosial dan politik dan yang digunakan oleh Plato untuk menarik perhatian pada perbedaan antara cara hal-hal 'muncul' di permukaan dan esensi yang mendasari atau sebuah realitas. Seperti yang telah kami katakan, salah satu sila pertama dan paling dasar dari ideologi adalah bahwa kita tidak melihat dunia secara langsung, melainkan melihatnya melalui lensa pada konsepsi kita, tingkah laku dan ide yang ditimbulkan dari hubungan material. Hal ini sudah cukup jelas. Tapi, Marx percaya bahwa ide-ide ini memiliki kekuatan untuk mengubah kondisi empiris nyata dari realitas ke dalam apa yang disebutnya sebagai ‘bentuk-bentuk penampilan mereka '. Dengan cara ini, kenyataan menampilkan dirinya dalam cara yang menyimpang dan tampil menjadi lain daripada sebenarnya.
    Pada skala yang lebih besar, pembedaan antara realitas dan penampilan menekankan ide bahwa dunia tampak sering bertentangan dengan beberapa kebenaran, pola dasar atau realitas dan ini menandakan perpecahan antara apa sesuatu yang tampak dan yang berada dalam realitas. Sementara Marx percaya bahwa penampilan dan kenyataan tidak pernah benar-benar bertepatan, dia menekankan pandangan bahwa realitas tidak disimpangkan dengan sendirinya, melainkan menyimpang karena ide-ide dan keyakinan kita tumbuh dari hubungan sosial kita, yang pada gilirannya timbul dari produksi ekonomi. Ini adalah hubungan bahan ini yang bertindak sebagai lensa mendistorsi melalui dimana kita memandang sebuah realitas.
    Pandangan Immanuel Kant tentang bagaimana kita mengenal dunia luar yang akan berguna dalam menggambarkan poin Marx. Kant menulis sebuah risalah filosofis penting dalam abad kedelapan belas, yakni Critique of Pure Reason, yang mengemukakan sebuah teori tentang bagaimana pikiran manusia mampu menangkap realitas eksternal. Kant menyatakan bahwa kita tidak pernah tahu dunia luar seperti dalam kenyataan karena selalu memberikan kontribusi yang tahu sesuatu dengan persepsi tentang realitas. Dalam pandangan Kant, apa yang merupakan pengetahuan kontribusi adalah merupakan kategori persepsi yang utama pada ruang dan waktu, dan inilah subjektifitas yang akan mengubah kenyataan. Menurut Kant, kita selalu dipaksa untuk mengubah realitas dalam tindakan menahan itu. Posisi Kant adalah bahwa kita tidak mempercayai kenyataan karena kita mengubahnya melalui kategori ruang dan waktu, akal dan kesadaran. Marx, bagaimanapun, melaju satu langkah lebih jauh dengan menunjukkan bahwa produksi ekonomi kita, pada kenyataannya, merupakan bentuk cara kita memahami realitas itu sendiri. Tapi, bagaimana mungkin ini menjadi mungkin? Jawaban singkat untuk pertanyaan ini adalah: karena kita melihat dunia melalui posisi yang diberikan kepada kami dalam waktu kelas sosial. Menurut alasan ini, ketakutan kita tentang dunia dibentuk oleh keanggotaan kita dalam kelas sosial dan bagaimana – melalui keanggotaan kelas kami dalam masyarakat - kami datang untuk menggunakan alat-alat produksi. Bagi Marx, persepsi realitas mengubah sistem produksi sejak hubungan sosial yang ada dalam; realitas gilirannya terbalik dalam imajinasi kita. Hal ini mungkin tampak tidak jelas, tetapi proses ini mengacu kepada sesuatu yang sederhana. Marx percaya bahwa ketakutan kita tentang dunia nyata selalu dikondisikan oleh syarat-syarat yang kami hasilkan dan peranan yang kami mainkan dalam produksi ekonomi. Lebih khusus, istilah yang memungkinkan kami bekerja untuk kondisi kehidupan kita persepsi kita tentang dunia, dan ini berarti bahwa ketakutan kita tentang realitas dikondisikan oleh lokasi kami di kelas sosial. Aspek kehidupan dari realitas membuat ketakutan kita akan hidup selalu nyata dan konsekuensial. Sementara hubungan-hubungan ini harus mencerminkan kualitas manusia, mereka sering tidak dan malah muncul sebagai hubungan antara banyak hal. Tapi, tepatnya, mengapa? Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu melihat blok ketiga Marx tentang teori ideologi yang merupakan dasar dalam hubungan kelas.
    Blok bangunan ketiga dalam teori ideologi adalah hubungan antara ideologi dan kepentingan kelas dominan. Marx menulis:
    Ide-ide dari kelas yang berkuasa di setiap zaman ide-ide yang berkuasa: yaitu, kelas, yang merupakan bahan berkuasa kekuatan masyarakat, adalah pada saat yang sama berkuasa kekuatan intelektualnya. Kelas yang memiliki alat-alat produksi material pada pembuangannya, memiliki kontrol pada saat yang sama atas alat-alat produksi mental, sehingga dengan demikian secara umum, ide-ide mereka yang tidak memiliki alat-alat produksi mental tunduk pada pemilik alat-alat produksi itu sendiringnya. Ide-ide yang berkuasa tidak lebih daripada sekedar ekspresi ideal darpada hubungan material yang dominan, hubungan material yang dominan dipahami sebagai ide-ide, maka hubungan yang membuat kelas satu penguasa satu, sehingga ide-ide mendominasinya
    Kapasitas ide ini untuk membalikkan sebuah realitas, Marx percaya, dari kenyataan bahwa mereka mewakili kepentingan ekonomi dan dominasi satu kelas orang di atas yang lainnya. Dua pertanyaan spesifik tetap: (i) apa hubungan tertentu antara kelas dominan dan ide-ide yang berkuasa, dan (ii) bagaimana ide-ide datang untuk mengubah realitas yang kacau balau dan memerintah atas persepsi kita? Ada banyak petunjuk dalam kutipan di atas: pertama, kelas yang memimpin alat bantu dalam pengendalian bahan produksi 'kendali alat-alat produksi mental’. Ini berarti bahwa disetiap periode sejarah, dominasi satu kelas mengarah ke sekelompok orang yang bertindak sebagai 'ideologis,' karena itu adalah orang atau penyalur yang menyebarkan ide-ide dan keyakinan yang mewakili kepentingan ekonomi dominan dari kelas penguasa. Sebagai contoh, pada saat aristokrasi dominan, konsepsi kehormatan, kesetiaan dan kesetiaan yang dominan dan begitu pula kategori penyerahan dan keyakinan yang pergi bersama mereka. Sebaliknya, selama ini kapitalisme dominan, konsepsi dari 'kebebasan' dan 'kesetaraan' yang lazim. Apa yang terjadi selama periode dominasi ini?, Marx percaya, adalah bahwa konsep dan ide-ide 'mengambil bentuk universalitas,’ yang berarti bahwa mereka menyebarkan seluruh masyarakat yang lebih luas dan mengambil hidup mereka sendiri. Kemudian, kelas-kelas dominan mewakili kepentingan mereka sebagai kepentingan umum dan ketertarikan ini mengambil karakter dari bentuk ideal: dan mewakili mereka sebagai ide-ide yang hanya berlaku secara universal. Langkah terakhir. menurut Marx, terjadi ketika para ideolog gilirannya bertolak belakang. Secara sederhana, ini berarti bahwa hubungan nyata yang diwakili oleh konsep yang ‘menganggap keberadaan kemerdekaan terhadap dan berlawanan’ terhadap individu dan muncul kepada mereka untuk sebuah sistem yang sah dari ide-ide dan hubungan sosial. Hal ini terjadi ketika ide-ide dan keyakinan hanya mencerminkan kehendak dan kepentingan kelas yang dominan - khususnya ide-ide ekonomi dan hukum dari kelas sosial yang dominan. Dalam mewujudkan kepentingan hanya satu kelas, hubungan-hubungan sosial yang berdiri dalam hubungan yang bertentangan dengan kelas pekerja. Dalam hal ini, ideologi mensyahkan dan membenarkan atas kenyataan atas satu kelas. Teori ideologi, oleh karena itu, adalah tentang bagaimana sebuah kenyataan datang untuk dibentuk didalam bertentangan dengan individu yang secara ekonomi berada diluar ide-ide yang dominan.
    Setelah mengatakan bahwa teori titik balik ideologi pada kapasitasnya untuk mengubah persepsi kita tentang apa itu realitas (kenyataan) – untuk memutar balikkannya dalam imajinasi – penyimpangan ideologis ini dapat langsung digambarkan dengan mengambil gambaran dari contoh yang dihasilkan Marx sendiri. Sebuah hambatan pertama terjadi di tingkat penilaian. Marx menunjukkan bahwa dalam sebuah masyarakat yang mana pertukaran merupakan sesuatu yang dominan dalam hubungan sosial, nilai tampaknya menjadi bagian dari substansi komoditas fisik. Hal ini membuat komoditas tampak seolah-olah memiliki nilai intrinsik dan kekuasaan ketika pada kenyataannya mereka hanya memiliki nilai guna. Penyimpangan ini mengarah pada fetisisme komoditas, dimana komoditas tampak memiliki kekuatan yang pada kenyataannya tidak memiliki. Marx akan mengatakan bahwa dalam kenyataannya objek tidak pernah memiliki kekuatan, hanya individu yang mempunyainya. Sebuah penyimpanga kedua terjadi pada tingkat hubungan sosial. Dalam komoditi ekonomi, menurut Marx, masyarakat itu sendiri hadir untuk mengambil bentuk yang mencerminkan transaksi ekonomi, dengan segala sesuatu yang dikenakan untuk membeli dan menjual. Ini berarti bahwa dalam hubungan sosial kita, kita berhadapan satu sama lainnya sebagai pemilik komoditasnya, sebagai pembeli dan penjual, ketika dalam masyarakat kenyataannya adalah serangkaian hubungan antara manusia. Dalam keadaan ini, masyarakat direduksi menjadi hubungan pertukaran antara hal-hal yang mempunyai nilai ekonomi bila pada kenyataannya itu adalah hubungan antara manusia yang sangat berharga dalam diri mereka sendiri.
    Fungsi ideologi
    Blok membangun keempat dari teori ideologi memperhatikan fungsi yang dilakukan oleh pengaturan ideologis dalam masyarakat. Sejauh ini, kami telah mengatakan bahwa ideologi dapat didefinisikan sebagai setiap seperangkat keyakinan, ide, konsepsi dan sikap yang fungsi utamanya adalah untuk menyembunyikan perbedaan kelas dengan membuat ada hubungan sosial yang memunculkan sesuatu yang sah. Dalam keadaan ini, ideologi memiliki fungsi beberapa eksplisit yang bisa dihitung sebagai berikut. Pertama, ideologi berfungsi untuk menyembunyikan kontradiksi sosial yang berasal dari perbedaan kelas. Kedua, ideologi bekerja untuk menyelesaikan kontradiksi dalam mendukung kelas yang dominan dan kepentingan mereka. Ketiga, ideologi berfungsi untuk mengesahkan sistem dominasi dengan membuat kontradiksi muncul seolah-olah mereka didasarkan pada perbedaan sosial secara alamiah. Keempat, ideologi membuat penampilan menjadi bentuk yang berlawanan seraca langsung dengan hubungan yang sebenarnya dengan membuat seolah-olah pertukaran ekonomi adalah objek tunggal dan tujuan hubungan sosial.
    Menjelaskan Kontradiksi. Tidak ada diskusi tentang ideologi akan lengkap tanpa memberikan pemahaman yang jelas tentang konsep kontradiksi, sebuah kontradiksi dapat dianggap sebagai cara yang dipakai untuk menunjukkan perbedaan sosial, ekonomi dan politik antara setiap kelas-kelas sosial. Marx menyatakan: "Masyarakat yang sampai saat ini selalu dikembangkan dalam rangka pertentangan antara orang bebas dan budak, pada Abad Pertengahan, bahwa antara bangsawan dan budak, dan di zaman modern antara kaum borjuis (kaya) dan miskin. Bagi Marx jelas bahwa pertentangan muncul pertama kali pada perbedaan kelas dan, karenanya, kelas merupakan sumber asli pertentangan. Sejauh ini, salah satu fungsi utama ideologi adalah untuk membuat perbedaan kelas, khususnya materi perbedaan antara kelas, tampak sah dan bukan bertentangan. Sebuah pertentangan, dalam pengertian ini, adalah konsep yang digunakan oleh Marx untuk memahami bagaimana perbedaan sosial terjadi karena adanya kelas sosial dan bagaimana mereka ada, berdampingan, dalam masyarakat. Pertentangan karena itu memiliki akar dalam ketidaksetaraan kelas dan, dengan demikian, selalu mencerminkan fakta bahwa hubungan sosial berdasarkan pada pembagian kelas yang tidak setara. Tugas ideologi adalah untuk mengelola pertentangan dengan: (i) membuat mereka muncul sebagai sesuatu yang sah, dan (ii) dengan menjelaskan pertentangan dengan menetapkan menyebabkan mereka untuk sumber selain kesenjangan sosial dan perbedaan kelas.
    Tahapan-tahapan Pengembangan Kapitalis: Pergeseran dari Perekonomian Pedesaan kepada Ekonomi perkotaan
    Dalam Ideologi Jerman Marx mengalihkan perhatiannya untuk menguraikan dua tahap perkembangan kapitalis secara luas. Meskipun hampir tidak mungkin untuk mengisolasi kondisi spesifik yang mengarah kepada pengembangan kapitalisme, beberapa keadaan sejarah dan ekonomi yang memfasilitasi kemunculannya dapat ditunjukkan. Dalam diskusinya, Marx membatasi dirinya dengan penentuan perkembangan kapitalisme di Inggris antara tahun 1475 dan 1850. Kerajaan Inggris adalah tempat kelahiran revolusi ekonomi dan pada 1830 telah menjadi 'workshop (ajang kerja) dunia’. "Marx percaya bahwa awal perkembangan kapitalis bertepatan dengan sejumlah perpindahan kunci sosial yang berakar pada sejumlah proses sosial. Hal penting dari perkembangan ini adalah perpindahan dari feodalisme ke kapitalisme yang Marx percaya dimainkan dalam pertumbuhan konflik antara apa yang disebutnya ekonomi pedesaan dan ekonomi perkotaan.
    Dengan perkembangan kapitalis, Marx mengacu pada perubahan yang terjadi dari ekonomi pedesaan ke ekonomi perkotaan. Secara sederhana, pergeseran ini menandai permulaan dari masyarakat kapitalis. Proses pembangunan dimulai, Marx menunjukkan, pada abad kelima belas dengan pembubaran cara hidup yang bersifat feodal. 'Pembagian terbesar pada material dan mental tenaga kerja, "tulis Marx," adalah pemisahan antara kota dan desa Pada dasarnya, Marx mengidentifikasi dua tahap perkembangan kapitalis. Yang pertama tergolong terhadap pertumbuhan dan perluasan kota dan ekonomi kota; yang kedua, dengan hilangnya kontrol oleh serikat atas perluasan kapitalis. Untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang perubahan, maka perlu mengembangkan pemahaman tentang kondisi yang ada sebelum kapitalisme.
    Pada tahap awal masyarakat feodal, cara hidup pedesaan sangat mendominasi. Tidak ada perkotaan, ekonomi sepenuhnya agraria dan sistem produktif diarahkan untuk menciptakan pasokan makanan. Dalam keadaan ini, industri terutama terbatas pada penenunan di mana produsen kecil bergantung pada pelanggan secara turun-temurun. Pada tahap ini, kekayaan terutama dalam pemilikan tanah dan sumber daya turun-temurun. Sebagai kota pertama yang mulai berkembang, mereka tetap berada di bawah hukum feodal dan hampir tidak ada kehidupan komersial independen berkembang di luar ekonomi pertanian. Kehidupan lebih banyak dilakukan di daerah pedesaan, perdagangan antara kota-kota dibatasi, pekerjaan diatur oleh serikat pekerja, populasi minimum dan komunikasi sangat terbatas.
    Kemudian, menurut Marx, pembagian kerja mulai berkembang untuk menciptakan sebuah 'pemisahan antara produksi dan perdagangan’. Hal ini menyebabkan pembentukan kelas pedagang baru yang mandiri dari ekonomi feodal dan yang mulai mengambil perusahaan komersial baru yang, untuk pertama kalinya, meningkat di atas pertimbangan feodal dan pembatasan tarif dan lama perjalanan yang ada antara yurisdiksi feodal. Kota mulai tumbuh dan menjadi kurang bergantung pada ekonomi pedesaan. Komunikasi antara kota mulai meningkat, memicu pengembangan baru, akses yang lebih besar dan keadaan ketertiban dan keamanan antara daerah.
    Sebagaimana perubahan ini terjadi, ada mulai periode perdagangan di luar batas kota, menciptakan interaksi lebih lanjut antara 'produksi dan perdagangan. Sebagai akibatnya, kota-kota memiliki hubungan baru satu dengan yang lainnya, dan bertukar informasi dan metode produksi. Setelah beberapa waktu, hal ini menimbulkan peningkatan pembagian kerja yang menyebabkan beberapa kota menjadi dominan atas orang lain di cabang-cabang khusus industri. Menjelang tahun 1750, pembatasan feodal yang tersisa pada perdagangan mulai menghilang dan kepentingan umum dari kelas komersial mulai menegaskan diri mereka sendiri, sehingga menimbulkan kondisi umum di antara daerah-daerah. Karena kota yang memperoleh keunggulan atas ekonomi pedesaan, produksi berskala kecil di tekstil, tenun dan tembikar mulai beroperasi sepenuhnya secara bebas (mandiri) dari ekonomi feodal. Meskipun ini bukan perusahaan kapitalis seperti, pengembangan teknis produksi baru dan tingkat dan intensitas pembagian kerja yang cukup untuk mendorong produktifitas untuk membangun tempat kerja dan industri di kota-kota. Akibatnya, kota dengan keterampilan perdagangan dan kerajinan yang terkonsentrasi mulai memperoleh otonomi ekonomi dan politik menjelang abad kelima belas dan keenam belas.
    Tahapan kedua dari perkembangan kapitalis ditunjukkan oleh Marx adalah berhubungan dengan peran yang dimainkan oleh sistem guild dalam kehidupan ekonomi, dan konsekuensi dari hilangnya kontrol serikat pekerja lebih dari perdagangan dan kerajinan. Selama abad kelima belas dan keenam belas, serikat pekerja yang dominan dalam kehidupan ekonomi. Mereka berfungsi sebagai perkumpulan profesional yang dirancang untuk melindungi dan mengatur pekerjaan yang berkaitan dengan perdagangan. Pimpinan di antara fungsi mereka adalah pembatasan kompetisi di antara tempat-tempat kerja dan peraturan perluasan dan pasar. Dengan membatasi jumlah karyawan dan jenis tenaga kerja yang dapat dimasukkan ke dalam toko, serikat pekerja mencegah lingkungan kerja yang sudah ada dari perusahaan berubah menjadi kapitalis. Akibatnya, serikat pekerja menentang perkembangan kapitalis dengan menghalangi spesialisasi dan pembagian kerja yang diperlukan untuk produksi kapitalis skala penuh dan pembuatan. Secara bertahap, bagaimanapun, kekuatan yang diberikan oleh serikat pekerja mulai terkikis dan sebagai akibatnya berbagai cabang produksi dimulai untuk menghindari peraturan pembatasan yang dilakukan serikat pekerja. Segera setelah serikat kehilangan kontrol atas perdagangan, peraturan mulai rileks dan ekspansi kapitalis mulai meningkat. Awalnya industri tekstil diatur oleh serikat pekerja, merupakan salah satu cabang pertama dari industri untuk dikembangkan. Pada awalnya, industry tekstil telah dijalankan di pedesaan dengan petani sebagai pekerjaan sekunder, tetapi, dikarenakan kegiatan komersial mulai tumbuh dan permintaan untuk bahan wol meningkat, pertumbuhan populasi dan mobilisasi sumber daya modal menciptakan perluasan lebih lanjut dari perdagangan dan mengambil ' tekstil merupakan tahapan pertama dari produksi di mana dia berada’. Dikarenakan tekstil sudah mulai terkonsentrasi di kota, hal itu menjadi subjek pada pembagian tenaga kerja – pengaturan kekuatan diferensiasi sosial mendorong tekstil dari daerah pedesaan ke industri-industri kota. Dalam keadaan ini, adat dan tradisi yang berhubungan dengan ekonomi pedesaan mulai memberi jalan pada praktik komersial kota, mengarah kepada penghilangan cara hidup feodal.
    Tambahan pada perkembangan ini, ada perobahan dalam hubungan properti. Pada awalnya adanya kemunculan milik pribadi yang tidak ada pada zaman feodal. Dengan penciptaan milik pribadi, ada harga uang tanah dan ini mempercepat jual beli tanah sebagai komoditas. Sebagai hasil dari pertumbuhan milik pribadi, pemilik tanah mampu mengusir petani penggarap dari tanahnya, membuat lebih besar dan lebih umum produktifitas peternakan. Produksi wol menjadi subjek pada perusahaan kapitalis dan ini menyebabkan masa penutupan  tanah garapan, teknik pertanian yang maju dan produksi meningkat terkait dengan perdagangan wol. Dikarenakan tekanan antara kota dan desa meningkat, hal ini menempatkan petani di bawah kekuatan baru dari perbedaan sosial. Dikarenakan mudah dan cepatnya pengurusan kepemilikan tanah, perampasan kemilikan tanah menjadi sangat biasa dan umum terjadi, dan menyebabkan petani kehilangan tanah garapan yang menjadi alat mata pencaharian ekonomi. Akhirnya, petani tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar perekonomi mereka dan ditempatkan dibagian penjualan dari kegiatan-kegiatan produksi yang baru, membuat mereka menjadi kelas yang tidak memiliki lahan sehingga mereka harus berpindah-pindah dari satu kota ke kota-kota industri lainya untuk menjual tenaga mereka dengan imbalan upah. Pada saat ini, perekonomian kota itu telah menjadi dominan dibandingkan ekonomi pedesaan.
    Tahap utama kedua dari perkembangan kapitalis yang digariskan oleh Marx dimulai pada akhir abad ketujuh belas dan berlanjut sampai diakhir abad kedelapan belas. Selama ini, pengembangan ditandai dengan pemusatan kekuatan perdagangan, kelautan dan kolonisasi. Hal ini menyebabkan universalisasi pada praktek komersial dan tatanan ekonomi dunia berdasarkan produksi dan pertukaran. Keberadaan koloni mengarah pada pembukaan pasar baru, yang meningkatkan perdagangan, penyempurnakan keuangan dan mempromosikan produksi. Sebagai akibatnya, kota-kota komersial mulai membentuk kota-kota besar yang memiliki standar kehidupan merupakan hasil dari tujuan komersial perusahaan. Hal ini menyebabkan adanya ketetapan sistem perbankan, uang kertas, saham dan spekulasi dikarenakan permintaan di seluruh dunia untuk produk yang dihasilkan.
    Marx percaya bahwa konsentrasi baru pada kekuatan produksi - termasuk pabrik, modal, tenaga kerja bebas, pasar dunia dan pembagian kerja yang berkembang melampaui kekuatan produktif lama terikat dengan tanah. usaha industri besar dan kompetisi universal meningkatkan komunikasi, melahirkan pasar dunia modern dan hal ini mengubah seluruh modal alam menjadi modal industri. Hal ini menimbulkan persaingan secara universal memaksa 'semua individu untuk ketegangan energi mereka secara maksimal’. Untuk pertama kalinya, ini menghasilkan sejarah dunia dan membuat semua bangsa beradab dan setiap anggota individu mereka bergantung pada pemenuhan keinginan mereka pada perdagangan dan komersial sehingga mampu menghancurkan eksklusivitas alami dari bangsa yang terpisah. Di mana kota alami dulu, di mana di sana terdapat kota industri besar. Pada tahapan ini, Marx percaya bahwa kemenangan kota komersial terhadap pedesaan telah terselesaikan. Pengembangan dan konsentrasi kekuatan produktif membawa pengembangan terhadap satu kelas dengan keuntungan bunga yang bersifat universal. Pada tahapan ini, 'aktivitas kehidupan dimulai bertepatan dengan akuisisi material dan membentuk semua hubungan secara alamiah. Sehubungan dengan hal ini, Marx menuliskan bahwa, "sebuah kelas yang disebut sebagai kelas yang mengalami kemajuan adalah sebuah kelas yang harus menanggung semua beban masyarakat tanpa menikmati salah satu keuntungan’. Kelas ini digulingkan dari masyarakat dan berlawanan untuk melakukan pertentangan pada hal ini.

    Tulisan Ekonomi Marx
    Tulisan ekonomi Marx membentuk salah satu kontribusi yang paling komprehensif pada pemikiran sosial-nya. Karya pertama ekonominya utama berjudul Sebuah kontribusi kritik politik ekonomiditulis pada tahun 1859. Meskipun pekerjaan ini dikatakan sebagai garis besar studi utama ekonominya tentang kapitalisme, kontribusi paling komprehensif adalah tiga volume hasil karyanya tentang asal-usul dan sejarah masyarakat kapitalis berjudul Permodalan. Di pusat kontribusi ekonomi Marx, oleh karena itu, merupakan penelitiannya tentang masyarakat kapitalis. Sementara itu Marx telah menangani beberapa elemen utama dari perkembangan kapitalis di Ideologi Jerman (ditulis bersama Engels), ada tiga macam masalah yang berbeda dari Marx ingin menggaris besarkan dalam penelitiannya tentang kapitalisme. Pertama, ia ingin melihat sejarah munculnya perdagangan sebagai cara hidup yang dominan. Kedua, ia ingin menguraikan kerangka perubahan historis yang terjadi dalam kondisi kepemilikan dan penggunaan lahan dan tenaga kerja yang menyertai kapitalisme. Ketiga, Marx ingin menggambarkan perubahan mendasar yang terjadi dalam sistem hubungan sosial dikarenakan kapitalisme mulai menjadi mapan.

    Modal dan Kritik Ekonomi Politik Marx
    Hal ini hampir mustahil untuk ditangani secara substantif dengan tulisan-tulisan ekonomi Marx tanpa melihat ke dalam sejarah ekonomi politik dan kritik Marx dilontarkan terhadap para ahli ekonomi politik dan metode yang digunakannya untuk menggambarkan masyarakat kapitalis. Pertama dan paling utama, 'ekonomi politik' istilah yang digunakan oleh Marx untuk merujuk kepada tubuh kerja yang dikembangkan oleh dua pemikir terkemuka, Adam Smith dan David Ricardo. Lebih tersurat lagi, ekonomi politik adalah nama yang diberikan ke sekolah pemikir yang pemikirnya mengedepankan cabang teori ekonomi yang berusaha untuk menjelaskan karakteristik struktural dari ekonomi kapitalis. Karena ekonomi itu yang belum mapan secara disiplin, ekonomi politik adalah istilah yang diberikan kepada teori ekonomi abad kesembilan belas.
    Baik Smith dan Ricardo telah menulis sebuah buku yang kuat. Untuk bagian ini, Smith merupakan salah satu yang pertama dalam menggariskan hukum-hukum dasar pembangunan kapitalis dalam sebuah karya berjudul The Wealth of Nations (Kekayaan Negara-Negara), yang diterbitkan dalam - sebuah karya yang menjadi salah satu dokumen ekonomi yang paling penting yang pernah ditulis. Seiring dengan Smith, David Ricardo Prinsip-Prinsip Ekonomi Politik, diterbitkan pada tahun 1817, menjadi teori ekonomi yang standar sepanjang tahun. Kritik Marx tentang Smith dan Ricardo mengambil sejumlah pertanyaan penting yang terkait dengan teori kapitalisme. Mari kita melakukan penelitian lebih dekat.
    Dalam Volume 1 dari Capital (modal), Marx melibatkan para ekonom politik hampir sama kuat seperti dia memiliki Hegel. Bahkan, seperti sisi filosofis Marx dapat dipahami dalam kaitannya dengan Hegel, sehingga aspek ekonominya dapat dipahami dalam kaitannya dengan ekonomi politik klasik. Kritik Marx tentang ekonomi politik yang ditujukan pada Smith dan Ricardo ats ketidakmampuan mereka untuk melihat bagaimana undang-undang ekonomi merupakan efek dari proses sejarah dan sosial yang lebih luas.
    Marx menyerang ekonomi politik pada lima bidang yang terpisah. Pertama dia tidak setuju dengan Smith dan Ricardo mengenai konsepsi tentang masyarakat kapitalis sebagaimana diatur oleh undang-undang yang sah dan fungsi ekonomi. Kedua, ia mengkritik kecenderungan mereka untuk memahami kepentingan bersama masyarakat yang terdiri dari pengejaran keuntungan ekonomi pribadi dan konsepsi mereka tentang masyarakat sebagai sebuah pertukaran antara perdagangan bebas yang melakukan pertukaran tenaga kerja dan upah di pasar. Ketiga, ia mengkritik pekerjaan mereka untuk menjadi benar-benar acuh tak acuh terhadap ketimpangan ekonomi yang melekat dalam tindakan pertukaran. Keempat, ia menolak pernyataan yang dikeluarkan oleh Smith dan Ricardo bahwa nilai adalah 'substansi' yang melekat didalam sebuah komoditas. Kelima, Marx mengkritik para ekonom politik mengenai metode teoritis dan penggunaan kategori abstrak, yang cenderung untuk melihat kegiatan ekonomi seperti yang ada di atas tindakan praktis dari individu. Mari kita lihat apa yang dikatakan Marx pada empat poin pokok.
     (i) Pertama adalah kritik Marx tentang Smith dan Ricardo konsepsi masyarakat sebagai satu set hukum ketetapan ekonomi. Smith telah mengedepankan sebuah teori elegan tentang perkembangan kapitalis di mana dia menyatakan bahwa sifat kapitalis, kompetisi produksi dan pertukaran yang diatur dengan cara merubah undang-undang kegiatan ekonomi. Smith berpendapat bahwa hubungan antara komoditas, harga, upah dan keuntungan paralel hukum-hukum alam yang akan mengatur dirinya sendiri. Jika hukum ekonomi yang tak dapat diubah, seperti Smith yang disarankan, ini berarti bahwa upah rendah dan kemiskinan dari kelas pekerja yang tidak dapat diubah juga. Marx mengkritik pandangan ini dengan beberapa cara. Pertama, ia berpikir bahwa uang dan komoditas sendiri tidak membuat kapitalisme. Sebaliknya, uang dan komoditas harus dirubah menjadi suatu sistem hubungan sosial berdasarkan pembagian antara kelas-kelas sosial. Kedua, Marx berpendapat bahwa kapitalisme bukanlah sebuah sistem hukum yang abadi dan tetap yang akan ada untuk selama-lamanya, melainkan muncul menjadi tahapan tertentu pada perkembangan sejarah dan dengan demikian harus dia dipandang sebagai sebuah fenomena sejarah. Ketiga, sementara para ekonom politik pada dasarnya menggambarkan kapitalisme dari sudut pandang fungsi ilmiah, Marx melihat masyarakat kapitalis sebagai suatu sistem hubungan sosial berdasarkan dominasi satu kelas atas kelas yang lainnya dan ketimpangan kelas dikritik dari perspektif fungsi sejarah. Keempat, Marx mengkritik Smith yang telah mengklaim bahwa kategori-kategori ekonomi utama kapitalisme seperti komoditas, upah, produksi dan tenaga kerja secara universal berlaku untuk semua masyarakat. Marx berpikir bahwa mereka hanyalah merupakan validitas historis dalam keadaan tertentu dan dengan demikian terikat ke mode tertentu sebuah produksi. Dalam pandangannya, ekonomi politik telah gagal untuk melihat faktor sosial dan sejarah yang berada dibelakang transisi dari satu cara produksi yang lain dan dengan demikian telah gagal untuk melihat bagaimana transisi ini mengubah kategori ekonomi. Dalam hal ini, Marx mampu menunjukkan bahwa kategori-kategori ekonomi berasal dari keadaan historis dan tidak mengungkapkan ketetapan hukum. Dia menunjukkan hal ini dengan cara melihat perubahan dari feodalisme ke kapitalisme, dan dengan menunjukkan bahwa kategori 'tenaga kerja' telah berubah dari tenaga kerja buruh kepada tenaga kerja upahan. Sejauh ini Marx prihatin, ini berarti bahwa kategori-kategori ekonomi yang akhirnya berasal dari hubungan sosial historis daripada yang ada sebagai atribut tetap dari sebuah sistem ekonomi tertentu.
    Menanggapi pernyataan Smith bahwa ekonomi kapitalis adalah otonom dan mengatur diri sendiri, Marx berpikir bahwa Smith telah gagal untuk melihat keterkaitan antara aktivitas manusia dan kehidupan ekonomi. Karena itu ia mengkritik tesis Smith yang mengatakan bahwa tatanan ekonomi merupakan kebebasan dari aktivitas manusia. Kekayaan, bagi Marx, bukan sesuatu yang diproduksi secara bebas di luar dari mode produksi, tapi agak melekat dalam kegiatan kerja manusia. Dengan menunjukkan bahwa kekayaan bukanlah merupakan produk yang abstrak pada hukum ekonomi, Marx menarik perhatian terhadap hubungan sosial antara tenaga kerja dan modal. Sedangkan Smith berpikir bahwa tenaga kerja dan modal terpisah, Marx menyatakan bahwa mereka saling berhubungan dan bahwa, untuk memahami kapitalisme, kami pertama kali memahami dasar yang mendasari interkoneksi antara keduanya dan hubungan mereka dalam mode produksi.
    (ii) Marx mengkritik Smith dan Ricardo untuk kecenderungan mereka untuk memahami kepentingan bersama masyarakat sebagai kepentingan yang hanya terdiri dari kegiatan yang hanya mengejar keuntungan ekonomi pribadi dan untuk konsepsi mereka individu sebagai pedagang bebas yang terlibat dalam tindakan pembelian dan penjualan. Smith telah menyatakan bahwa dalam mengejar kepentingan dirinya sendiri, individu berkontribusi untuk kebaikan masyarakat secara keseluruhan dengan meningkatkan kemakmuran nasional. "bukanlah hal ini," tulis Smith. Melalui kebaikan dari tukang daging, bir atau tukang roti yang kita harapkan menyediakan makan malam kita, tetapi sebenarnya mereka menganggap kegiatan itu untuk kepentingan diri mereka. Dalam pandangan Smith. setiap individu memiliki tugas untuk mengejar keuntungan keuangan karena hal ini merupakan ketertarikan sendiri untuk berkontribusi pada kesejahteraan umum masyarakat. Smith melanjutkan untuk alasan itu, dan dari dalam dirinya sendiri, ini membuat setiap 'pedagang' individu sejauh ini harus menyadari bahwa mereka hidup dengan cara melakukan pertukaran dan bertemu di pasar sebagai pembeli dan penjual dari sebuah komoditas.
    Menanggapi hal ini, Marx mengkritik Smith untuk menjadi benar-benar acuh tak acuh terhadap ketimpangan ekonomi yang melekat dalam tindakan pertukaran. Menanggapi pernyataan Smith yang modal dan tenaga kerja bertemu di pasar sebagai pedagang sama yang dengan bebas tukar komoditas berbeda (satu tenaga kerja, upah lainnya), Marx berpikir bahwa Smith gagal untuk mengakui bahwa 'tukar' mereka ternyata dikondisikan oleh kelas sosial mereka . Dilihat dari sudut pandang ini, drama antara 'agen bebas' yang pembeli dan penjual tenaga kerja mengambil cahaya yang sama sekali berbeda. Tulis Marx, 'dia yang merupakan langkah-langkah uang-pemilik di depan sebagai seorang kapitalis, para pemilik tenaga kerja berikut sebagai pekerja nya. Yang penting smirks diri dan bertekad untuk bisnis; yang lain takut dan memegang kembali, seperti orang yang telah membawa sendiri bersembunyi ke pasar dan sekarang tidak ada lagi untuk berharap tapi penyamakan '.
    (Iii) Ketiga adalah kritik Marx tentang cara ekonom politik memahami nilai. Smith telah mengajukan pandangan bahwa tenaga kerja menambah nilai komoditas dan nilai ini merupakan bagian dari substansi komoditas. Dalam hal ini, Smith berpendapat nilai yang meningkatkan kekayaan masyarakat dan muncul sebagai pertukaran komoditas dengan harga di pasar. Tapi dalam pandangan ini, nilai adalah atribut komoditas dan melekat di dalamnya sebagai substansi. Posisi ini telah datang dikenal sebagai teori nilai kerja, karena ini membutuhkan pandangan bahwa nilai diberikan pada komoditas b tindakan kerja.
    Menanggapi gugatan Smith bahwa nilai muncul dari interaksi komoditi, Marx percaya bahwa Smith telah gagal untuk melihat nilai yang merupakan bagian dari kerangka kerja sosial dan dikarena hal itu merupakan fenomena sejarah. Marx menolak pandangan ini dengan menyatakan, di tempat pertama, bahwa nilai bukanlah fenomena ekonomi yang bebas, namun sebenarnya berkaitan dengan urutan hubungan sosial yang terjadi hanya dalam masyarakat kapitalis. Dalam menunjukkan nilai yang merupakan ciptaan yang historis, bukan dalam fenomena ekonomi yang bebas, Marx mampu menggeser sengketa dari argumen kuantitatif yang berfokus pada harga, untuk sebuah argumen kualitatif yang berfokus pada hubungan sosial. Salah satu caranya ia menunjukkan bahwa hal ini diakukan adalah untuk menunjukkan bahwa konsep nilai sebagai sesuatu yang melekat dalam sebuah komoditi hanya muncul dalam masyarakat yang sistem produksinya didasarkan pada pertukaran dan komoditas yang diproduksi untuk pertukaran. Dengan cara ini, Marx mampu menunjukkan bahwa nilai tukar adalah historis. Dalam menunjukkan bahwa sistem aktif produksi komoditas hanya datang untuk menjadi ada dalam masyarakat kapitalis, konsep nilai menjadi terkait dengan modus produksi bukannya ketetapan hukum dalam kegiatan ekonomi. Hal ini dapat langsung ditunjukkan dengan mencontohkan masyarakat feodal di mana produk kerja secara langsung dikonsumsi, tidak masuk ke dalam alat tukar dan, oleh karena itu, hanya menggunakan nilai.
    (iv) Marx mengkritik Smith dan Ricardo untuk pernyataan mereka bahwa kegiatan ekonomi produksi, konsumsi dan pertukaran dapat dipelajari seolah-olah mereka merupakan kategori-kategori ekonomi yang bebas, diberlakukan di dalam kehidupan sosial dan politik. Dia berargumen bahwa ekonomi politik telah gagal mempertimbangkan hubungan mendasar antara kehidupan sosial manusia dan kategori-kategori ekonomi. Hal ini terlihat dalam perkiraan langsung dari Smith bahwa produksi dan konsumsi adalah tindakan ekonomi bebas. Marx, di sisi lain, mengira mereka pada dasarnya berhubungan satu sama lain dan merasa bahwa mereka hanya bisa dipahami sebagai suatu sistem hubungan sosial. Ini merupakan penempatan yang lebih jelas mengenai apa yang di contohkan tentang produksi dan konsumsi. Marx menyatakan bahwa kita tidak dapat berpikir bahwa produk sebagai objek yang samar-samar yang tak tentu tanpa konsep konsumsi, dan konsumsi tidak dapat dianggap tanpa memvisualisasikan subyek yang aktif. 'sebuah gaun, Marx menulis,' menjadi benar-benar gaun hanya jika ‘dipakai' dan dengan demikian,' produk adalah produk, bukanlah karena perwujudan sebuah aktivitas, tetapi hanya sejauh itu adalah objek bagi subyek yang aktif.
    Marx melanjutkan dengan menyatakan bahwa kategori-kategori ekonomi dari Smith dan Ricardo merupakan produk dari perspektif teoretis dari satu sisi. Fakta bahwa metode mereka hanya melihat satu pihak dalam hubungan kategori ekonomi fundamental bagi Marx, karena ia melihat kategori ini dari sudut pandang yang keterkaitan dengan mereka. Menggambarkan pada konsep hubungan sosial, Marx berpendapat bahwa kategori-kategori ekonomi tidak bisa terpisahkan tetapi saling berhubungan dan, dengan demikian, selalu ada dua sisi dalam setiap hubungan sosial. Selain itu, ketika ekonomi politik dianggap sebagai sebuah fenomena ekonomi, hal itu hanya dari apa yang Marx sebut sebagai 'sisi nonactive' dalam hubungan – dari sisi modal daripada tenaga kerja. Untuk menggambarkan, hal ini Marx menggunakan contoh kekayaan. Dia mempertahankan bahwa kekayaan itu bukan sesuatu yang diproduksi secara sendiri, di luar dari mode produksi, tetapi melekat dalam kegiatan kerja manusia. Dengan menunjukkan bahwa kekayaan bukanlah merupakan produk abstrak dari sebuah hukum ekonomi, Marx menggambarkan perhatian terhadap hubungan sosial antara tenaga kerja dan modal. Dalam keadaan ini, Marx berpikir bahwa ekonomi politik merupakan ilmu borjuis dalam dua hal utama: (i) karena tidak terlihat di bawah penampilan hubungan sosial yang mendasari, dan (ii) karena mengira produksi, konsumsi dan pertukaran realitas ekonomi hidup ketika, sejauh Marx prihatin, esensi kapitalisme merupakan sistem hubungan sosial di mana setiap orang saling berhubungan. ekonomi politik, di rasa, merupakan ilmu penampilan.

    Penelitian Mark pada permodalan: Modal
    Tiga-volume tulisan Marx tentang Modal merupakan pusat dari tulisan-tulisan ekonominya. Dia menulis volume pertama Modal antara tahun 1855 dan 1867, dan itu membuat penampilan pertamanya di musim dingin tahun 1867. Sebuah penelitian yang luas yang terdiri dari 33 bab, Modal merupakan karya ilmiah yang didasarkan pada sejarah abad kesembilan belas. Terlepas dari analisis ekonomi, politik dan sosial, penetian tersebut merupakan gambaran yang jelas tentang Inggris pada abad kesembilan belas. Hal ini ditulis dalam istilah ekonomi, sejarah dan politik yang menyampaikan, langkah demi langkah, perkembangan kapitalisme industri. Sedangkan Modal tidak ada bandingannya sebagai karya teori sosial, juga sebuah karya yang sangat rumit karena cakupan besar sejarah dan ruang lingkup teoritis.
    Sebagai studi sejarah dan teoritis, Modal Vol. 1, dapat dibagi menjadi tiga bagian utama: (i) analisis ekonomi kapitalisme, (ii) analisis historis kapitalisme, dan (iii) konsekuensi sosial dari kapitalisme. Sembilan bab pertama merupakan inti dari analisis ekonomi dan bagian ini cenderung sulit. Bila dibaca dalam konteks dengan bab-bab sejarah'kerjasama,' hari kerja, 'pembagian kerja,' dan 'akumulasi primitif,'menjadi teori ekonomi yang jelas dalam hal cara yang cocok dimasukkan ke dalam seluruh rencana kerja secara keseluruhan. Sementara itu hal ini dipakai untuk melampaui ruang lingkup penelitian ini guna untuk menutupi seluruh teks Modal, adalah mungkin untuk menutup dua bagian substantif utama: (i) yang berkaitan dengan teori ekonomi pada khususnya, seperti bab tentang komoditas, teori nilai , proses pertukaran, proses kerja dan nilai surplus, dan (ii) orang-orang yang menelusuri asal-usul sejarah kapitalisme, seperti bab mengenai hari kerja, pembagian tenaga kerja, permesinan, industri dalam skala besar, perupahan dan perhitungan yang bersifat primitif.




    Capital, Vol. 1, Bagian A: Elemen Sosial Ekonomi dan Kapitalisme
    Komoditas: Gunakan Nilai dan Nilai Tukar
    Marx memulai analisis tentang kapitalisme dengan melihat komoditas. Sebuah komoditas , menurut Marx, merupakan hal yang berkualitas yang mampu memuaskan kebutuhan manusia. Contoh dari komoditas berupa roti, sepatu, bensin, minyak pemanas, dll. Selain itu, komoditas yang dapat dilihat dari dua titik yang berbeda pandangan: penggunaan nilai dan nilai tukar nya. Karena perbedaan antara 'menggunakan' dan 'pertukaran' merupakan pusat teori Marx tentang kapitalisme, mari kita melihat lebih dekat pada arti istilah.
    Pertama dan yang paling utama, nilai penggunaan komoditi dapat didefinisikan sebagai kualitas komoditas tertentu telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Nilai Penggunaan komoditas memiliki beberapa karakteristik. Pertama, mengacu pada fungsi sosial sebuah komoditi tertentu yang harus dilakukan dalam memenuhi kebutuhan manusia, dan sebagainya, dipahami dalam sebuah pengertian bahwa, nilai pakai adalah kemampuan suatu komoditi untuk memberikan layanan tertentu untuk individu. Sebagai contoh, mantel memberikan kehangatan, roti mengurangi kelaparan dan bensin memfasilitasi transportasi. Karakteristik kedua dari nilai penggunaan komoditi adalah kemampuannya untuk mengisi hanya satu kebutuhan tertentu atau fungsi. Misalnya, kemampuan mantel untuk membuat kehangatan tidak dapat diberikan oleh komoditas lain seperti roti atau batubara. Yang harus dimengerti dalam pengertian ini, bahwa setiap komoditas hanya dapat mengisi satu kebutuhan tertentu saja, kebutuhan yang tidak dapat dialihkan untuk komoditas lain. Ini kapasitas komoditas untuk memenuhi hanya satu kebutuhan dijelaskan oleh Marx ketika dia berbicara tentang hubungan antara karakteristik fisik komoditi dan fungsi spesifik yang dilayaninya. Misalnya, roti dan batu bara merupakan komoditas yang menggunakan nilai diikat dengan sifat fisik dari komoditas itu sendiri. Karakteristik ketiga adalah nilai pakai karena hal itu berfungsi langsung sebagai alat eksistensi, sebagai sesuatu yang menopang kehidupan. Marx berpikir bahwa karena nilai guna melakukan kebutuhan manusia yang spesifik dan mempertahankan hidup, artinya mereka selalu konkrit dan khusus karena melayani suatu tujuan manusia langsung.
    Marx berikutnya mengalihkan perhatiannya kepada konsep nilai tukar. Sedangkan pembahasan pertukaran lebih jelas dan sulit untuk dipahami, langkah pertama dalam memahami maksud Marx adalah untuk dicatat bahwa nilai tukar hanya muncul di negara maju, dan karena itu ditemukan hanya dalam system kapitalisme. Sebelumnya telah ditunjukkan bahwa salah satu ciri kunci dari kapitalisme adalah bahwa ada komoditas yang dibeli dan dijual, dan dengan demikian masuk ke dalam sistem pertukaran. Hal ini penting, oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa sistem pertukaran historis dan tidak berkembang sampai masyarakat kapitalis mengembangkannya merupakan contoh yang paling jelas dari hal ini adalah tidak adanya pertukaran dalam masyarakat feodal. Dalam produksi masyarakat feodal adalah terutama untuk digunakan, karena apa yang dihasilkan akan segera dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan manusia dan mempertahankan kehidupan. Demikianlah, apa yang dihasilkan dalam masyarakat feodal hanya menghasilkan yang memiliki nilai guna.
    Sekarang pertanyaan tentang pertukaran dapat dihubungkan dengan ekonomi kapitalis kita bisa melihat lebih dekat pada isu nilai tukar itu sendiri. Secara sederhana, nilai tukar mengacu pada kemampuan jumlah tertentu dari satu komoditi, seperti satu ton beras, untuk dinyatakan dalam nilai jumlah tertentu komoditi lain, katakanlah seperempat ton kopi. Ungkapan ini mengambil bentuk: nilai seperempat dari satu ton kopi setara dengan satu ton beras, dan sebaliknya. Untuk satu ton beras untuk memiliki nilai setara dengan seperempat ton kopi, nilai beras harusnya dinyatakan dalam bentuk nilai kopi. Apa yang terlihat menjadi nilai jual yang digunakan dalam kenyataan bentuk baru dari sebuah nilai - '. Nilai tukar' satu Marx disebut sebagai nilai Efek, maka, bukan salah satu bursa komoditi yang lain, atau satu komoditas yang diperdagangkan bagi orang lain, tapi itu lebih kepada jumlah satu komoditas yang dinyatakan dalam nilai jumlah komoditas lainnya - komoditas apapun.
    Meskipun hal ini mungkin sulit untuk diikuti, makna nilai tukar merupakan dasar untuk memahami hubungan sosial kapitalis dan seluruh teori Marx tentang nilai. Apa yang menarik bagi Marx di sini, adalah jumlah kapasitas nilai satu komoditi yang kemudian nilai-nilai mereka dinyatakan dalam bentuk jumlah komoditi lain: satu ton beras memiliki nilai tukar sama dengan seperempat ton kopi. Apa yang menjadi pusat perhatian Marx adalah bahwa, segera setelah perbandingan ini dibuat, sebuah 'elemen umum' ditemukan antara dua komoditas yang berbeda membuat nilai-nilai mereka sepadan di bursa. Dua hal terjadi: pertama, semua komoditas menjadi sebanding dalam hal nilai mereka di tukar dan nilai guna yang keluar berdasarkan persamaan. Kedua, didalam penukaran kapitalisma nilai tukar menjadi dominan pada hal yang terjadi sebelumnya, begitu banyak sehingga semua hal ini membentuk hubungan sosial lainnya.
    Segera setelah hal ini terjadi, Marx percaya hubungan baru nilai muncul yang belum pernah terlihat sebelumnya: nilai nilai tukar atau pertukaran. Ada tiga alasan mengapa nilai tukar menjadi hal yang begitu sentral dipahami Marx. Pertama, dalam kenyataannya komoditas tidak sebanding sebagai nilai tukar, karena setiap komoditas hanya mampu melayani keinginan manusia yang unik dan guna memenuhi kebutuhan manusia yang berbeda. Kedua, Marx berpikir bahwa 'nilai tukar' merupakan suatu yang historis dan hanya dapat ditemukan dalam masyarakat kapitalis dan tidak dalam modus produksi lainnya. Ketiga, karena dalam pertukaran, nilai guna menghilang karena komoditas yang saling diganti dengan satu sama lain, semua nilai dalam masyarakat kapitalis dinyatakan secara abstrak dalam hal hubungan kuantitatif antara satu komoditas dan komoditas lainnya. Pentingnya hal ini akan menjadi jelas dalam sekejap.
    Untuk menggambarkan masalah tersebut, Marx membandingkan dua komoditas yang berbeda: jagung dan besi. Dia menjelaskan bahwa, apa pun hubungan pertukaran mereka dapat memungkinkan bahwa, kedua komoditas ini memiliki kapasitas untuk mewakili persamaan di mana jumlah tertentu satu komoditas disamakan nilai dengan kuantitas tertentu lain - dua ton jagung dengan satu ton besi. Hal yang penting dari penelitian ini adalah bahwa segera setelah nilai dari satu komoditas ini disamakan dengan nilai lain, landasan bersama dibentuk antara dua nilai guna pada dasarnya berbeda: jagung dan besi. Kesamaan ini, Marx percaya, tidak ada dalam realitas, karena setiap komoditas memiliki nilai guna yang unik.

    The kommensurabilitas dari kegunaan dengan barteran
    Setelah membahas perbedaan antara penggunaan dan pertukaran (barter). Marx mengalihkan perhatiannya untuk melihat asal-usul nilai tukar dan turunannya dalam sejarah. Marx menyampaikan, pertama, bahwa nilai tukar timbul sebagai akibat dari proses sosial yang berkaitan dengan perubahan dalam sistem hubungan sosial yang terjadi dalam perubahan dari feodalisme ke kapitalisme. Karena dalam masyarakat feodal tidak ada sistem pertukaran (barter), dan nilai ini tidak ditentukan oleh pertukaran tetapi dengan menggunakan, bagaimana kemudian penggunaan nilai tukar muncul?
    Dikarenakan masyarakat kapitalis sudah mulai terbentuk, alat-alat produksi menjadi milik eksklusif dari satu kelas, yang memiliki efek membuat produksi swasta. Selanjutnya bentuk-bentuk pasar dan apa yang dihasilkan masuk ke dalam media pertukaran yang diciptakan oleh pasar. Dikarenakan komoditi menjadi subyek untuk pembelian dan penjualan, Marx menyatakan, nilai tukarpun muncul. Hal ini hanya dapat terjadi, namun, ketika secara sebanding ditemukan antara dua komoditas sehingga nilai-nilai mereka dapat dinyatakan dalam hubungan satu sama lainnya. Marx disebut proses ini sebagai pembentukan 'besarnya sepadan' antara dua komoditas. Misalnya, jika satu ton beras memiliki nilai tukar setara seperempat ton kopi, jumlah yang sepadan pada setiap komoditas sampai disaat menentukan nilai mereka dalam pertukaran tersebut. Ini terjadi, Marx berpikir, ketika sebuah ukuran kuantitatif yang digunakan agar sampai pada nilai yang sama dalam tindakan pertukaran. Jadi, ketika komoditi tersebut dibandingkan dalam hal pertukaran, nilai ditentukan dengan mengidentifikasi jumlah yang sebanding setiap komoditas yang membuat mereka sepadan dalam aktifitas pertukaran (barteran). Lebih penting lagi, mengacu 'besarnya sepadan' untuk memproses dalam masyarakat kapitalis dimana ukuran kuantitatif ditetapkan antara perbedaan pada jumlah dari dua komoditi. Jika satu ton beras adalah memiliki nilai tukar setara dengan seperempat ton kopi, Marx mengatakan bahwa jumlah tertentu dari setiap komoditas harus sampai pada perhitungan yang akan membuat beras dan kopi menjadi sepadan dalam tindakan pertukaran (barteran). Nilai tukar sekarang dinyatakan dengan menyatakan bahwa satu ton beras memiliki nilai yang sama dengan seperempat ton kopi, dan sebaliknya. Ketika sebuah komoditas masuk ke dalam benda yang bias dipertukarkan dengan satu sama lain, 'satu nilai yang digunakan bernilai sama seperti yang lain selama komoditas ini mampu terwakili dalam jumlah yang sesuai.
    Bagaimana, kemudian, adakal nilai tukar akan bisa tersampaikan? Pada dasarnya Marx menguraikannya dalam lima langkah yang berbeda. Pertama, nilai tukar antara dua komoditas itu jika tiba di saat satu jenis nilai pakai (beras) diwakili oleh jenis lain (kopi). Kedua, jumlah tertentu dari satu komoditas (satu ton beras) digunakan untuk mewakili nilai tukar jumlah komoditas tertentu lainnya (seperempat ton kopi). Agar hal ini bisa terjadi, nilai pakai itu sendiri harus tidak bersifat material terhadap proses pertukaran dikarenakan, di bursa, komoditas adalah hanya berupa 'hanya kumpulan’ yang diwakili hanya oleh kepentingan umum mengenai berat dan ukuran. Ketiga, landasan universal dibentuk antara semua komoditas dalam pertukaran dan tanah ini diwakili oleh ukuran kuantitatif saja. Hal ini, kata Marx, mengurangi semua nilai yang gunakan untuk elemen yang sama dengan yang mereka miliki bersama. Keempat, sejauh keprihatinan Marx, unsur umum tidak bisa di dasarkan pada bentuk, ukuran atau penggunaan intrinsic dari komoditi dikarenakan hal ini berkaitan kepada nilai penggunaannya. Sebaliknya, nilai tukar sendiri harus didasarkan pada sesuatu yang lain dan dia beralasan bahwa 'sesuatu yang lain' ini merupakan landasan bersama yang ditemukan dalam hubungan kuantitatif mereka satu sama lainnya. Kelima, ‘ketika komoditas berada dalam hubungan pertukaran, nilai tukar mereka menjelma kedalam dirinya sebagai sesuatu yang sangat bebas penggunaannya.

    Konsekuensi Pertukaran (barter) pada Hubungan Sosial
    Dalam diskusi tentang nilai tukar, Marx melanjutkan untuk melihat dampak dari pertukaran pada sistem hubungan sosial dan terisolasi tiga konsekuensi yang terpisah. Pertama, setiap kali terjadi pertukaran komoditi ini dipusatkan pada penggunaan dikarenakan hanya pada unsur umum dari kuantitas yang menentukan pertukaran. Marx percaya bahwa dalam kenyataannya, bagaimanapun, komoditas tidak sebanding dari segi kuantitas karena setiap komoditas mempunyai fungsi yang unik dan hanya untuk memenuhi kebutuhan tertentu manusia. Pentingnya kritikin ini berpusat pada kenyataan bahwa agar komoditi yang akan digunakan dalam pertukaran menjadi sepadan, semua perbedaan manfaat antara berbagai jenis komoditas harus dihilangkan. Konsekuensi kedua dari pertukaran adalah bahwa hal itu menghilangkan perbedaan kualitatif antara berbagai jenis kerja manusia yang menghasilkan komoditas. Marx berpikir bahwa semua tenaga kerja adalah heterogen atau berbeda dan bahwa kekhasan ini dinyatakan dengan keterampilan dan kemampuan yang berbeda dari semua tenaga kerja - keterampilan dan kemampuan yang memungkinkan memiliki nilai guna yang berbeda untuk diproduksi. Kualitas individu tenaga kerja ini dapat diilustrasikan dengan membandingkan dua jenis komoditas: sepatu dan mantel. Tenaga kerja yang membuat sepatu dan mantel secara kualitatif berbeda karena masing-masing memiliki berbagai jenis keterampilan dan kemampuan, dan ini tercermin dalam nilai guna yang berbeda dari sepatu dan mantel. Dalam hubungan sosial kapitalis, namun, pembuat sepatu dan pembuat mantel dibayar upah sesuai dengan waktu kerja yang diperlukan untuk memproduksi sepatu dan mantel. Dan nilai komoditas diatur sesuai dengan harga yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Sepatu dan mantel karena hal itu dibandingkan, dengan menggunakan ukuran kuantitatif dari waktu kerja sebagai cara untuk menilai hasil kerja mereka. Marx percaya bahwa justru 'tindakan menyamakan' antara tenaga kerja pembuatan sepatu dengan tenaga kerja pembuat mantel akan mengurangi kedua jenis pekerjaan yang berbeda terhadap karakteristik kesamaan yang mereka memiliki.
    Apa yang Marx inginkan dari kita untuk dipertimbangkan di sini adalah bahwa tenaga kerja yang memproduksi sepatu dan mantel secara kualitatif berbeda, begitu banyak sehingga mereka tidak bisa menyediakan diri untuk diperbandingkan. Perbedaan antara mereka ada di dua perhitungan: pertama sebagai nilai guna - sepatu dan mantel melayani dua fungsi sosial yang berbeda dan memenuhi dua kebutuhan manusia yang berbeda. Kedua, karena sepatu dan mantel dihasilkan oleh berbagai jenis keterampilan kerja dan jumlah yang berbeda, tidak sebanding dan tidak bias disamaan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh fakta bahwa tenaga kerja yang memproduksi sepatu dan mantel adalah produk dari kegiatan individu yang berbeda dan, oleh karena itu, hasil dari berbagai individu yang berbeda dari kerja yang diwujudkan dalam melihat nilai guna yang berbeda dari sepatu dan mantel.
    Efek ketiga nilai tukar adalah dampaknya pada hubungan sosial. Kritik Marx yang dibuat di sini adalah sangat penting. Dia menyatakan bahwa dominasi pertukaran menjadi begitu besar dalam masyarakat kapitalis bahwa semua bentuk hubungan sosial lainnya, begitu banyak sehingga bertindak sebagai satu-satunya penentu nilai. Dalam keadaan ini, Marx percaya bahwa hubungan sosial antara orang-orang yang mengambil bentuk transaksi ekonomi di mana semua hubungan dapat dikurangi untuk saling bertukar dan menjadi subjek untuk membeli dan menjual. Hal ini hanya mungkin terjadi dalam suatu masyarakat dimana semua nilai ditentukan oleh kemampuan pada hal untuk dapat dimasukkan ke dalam media pertukaran - pasar. Marx berpikir bahwa ini adalah kebalikan yang utama dari sistem sebelumnya pada hubungan sosial di mana manusia masih berharga dalam diri mereka, tidak tergantung pada media pertukaran. Setelah pembahasan tentang pertukaran (barteran), Marx mengalihkan perhatian kepada pertanyaan tentang apa yang membuat komoditi menjadi berharga dan ini membawa kita langsung kepada teori nilai kerja. Pada saat ini, akan berguna untuk melihat pendahulu Marx.
    Baik Smith dan Ricardo telah mengajukan suatu teori tentang nilai yang mengambil posisi bahwa komoditas berharga dikarenakan tenaga kerja yang masuk ke dalamnya. Untuk sebagian besar hal ini, Smith dan Ricardo terfokus pada argumen mereka pada gagasan bahwa tenaka kerja adalah satu-satunya sumber dari semua nilai, yang menyatakan bahwa hal itu merupakan ukuran yang nyata dari nilai tukar dari semua komoditas. Ricardo, untuk bagiannya, menyempurnakan teori yang menyatakan bahwa jumlah hanya dapat diukur dari waktu kerja adalah merupakan nilai yang esensi dan lebih lanjut menyatakan bahwa jumlah ini bisa dihitung dalam satuan waktu kerja. Jadi, dimana Smith cenderung menemukan nilai tenaga kerja umumnya, Ricardo memfokuskan pada unit tertentu waktu kerja yang menghasilkan jumlah nilai. Pandangan ini disebut teori nilai kerja dan pada dasarnya menyatakan bahwa nilai komoditi merupakan hal yang diciptakan oleh tenaga kerja dan nilai yang melekat dalam komoditas sebagai suatu hal.
    Sementara Marx mengadopsi dasar-dasar teori nilai kerja dari Smith dan Ricardo, dia mengambil dua langkah tambahan di luar hasil karya mereka. Pertama, dia tidak setuju dengan pendapat bahwa tenaga kerja hanya menentukan nilai tukar komoditi dan berpikir bahwa ekonomi politik telah benar-benar mengabaikan pertanyaan tentang bagaimana nilai diubah menjadi nilai tukar. Kedua, ia menolak pandangan yang diajukan oleh Smith, bahwa hanya satu jenis tenaga kerja yang dapat diwujudkan dalam komoditi dan bersikeras bahwa ada dua elemen yang menempatkan tenaga kerja menjadi komoditas tersebut. Marx mengacu pada dua elemen sebagai 'karakter tenaga kerja ganda ' dan justru dalam hal ini bahwa revisi dari teori nilai kerja melampaui ekonomi politik. Dia percaya bahwa konsep 'karakter tenaga kerja ganda' adalah salah satu penemuan yang paling penting.

    Kebergunaan Ketenagakerjaan
    Marx memulai dengan mengajukan dua karakteristik tenaga kerja: kerja berguna dan tenaga kerja abstrak. Dalam rangka untuk menggambarkan perbedaan antara pekerja yang berguna dan abstrak, Marx dibandingkan dua jenis komoditas: sepuluh meter dari linen dan satu mantel. Mantel, dia mengamati, dijual seharga dua kali lipat linen menjual untuk dan, karenanya, telah dua kali nilai tukar linen. Apa, tanya Marx, yang membuat mantel memiliki harga dua kali lipat disbanding nilai linen itu? Hal ini, menurut Marx, merupakan misteri yang pernah dipecahkan oleh ekonomi politik. Dia memulai dengan menunjukkan bahwa baik lenin maupun jas itu memiliki nilai kegunaan kedalam hal yang mana nantinya mereka bisa memenuhi kebutuhan manusia yang berbeda dan bahwa baik linen maupun jas dihasilkan dari dua aktifitas yang nantinya membawa pada kegunaan yang ada. Kegiatan produktif ditentukan oleh tujuan manusia yang berbeda, dengan menggunakan sarana tertentu dan bertujuan untuk menghasilkan hal tertentu. Ini yang disebutnya sebagai 'kerja berguna' dan dapat didefinisikan sebagai kemampuan kerja manusia untuk membawa kebermanfaatan dalam komoditas dan menghasilkan nilai guna sederhana.
    Kemudian, dinyatakan Marx, penting untuk dicatat bahwa kapasitas dari tenaga kerja untuk memproduksi nilai-nilai ini digunakan dalam komoditas ini, pada kenyataannya, secara kualitatif berbeda pada setiap berbagai jenis tenaga kerja, seperti hal yang jelasnya dalam keterampilan dan kerajinan yang dibutuhkan untuk menghasilkan linen dan mantel, terbukti lagi oleh perdagangan khusus yang digunakan untuk melakukan kegiatan menenun dan menjahit. Sangat penting untuk memahami 'tenaga kerja berguna' yang secara kualitatif berbeda karena jika tidak, linen dan mantel tidak bisa ditemukan dipasaran sebagai komoditas dengan nilai tukar yang berbeda, mereka tidak bisa, singkatnya, menghadapi satu sama lain sebagai komoditas. Marx beralasan bahwa karena seluruh komoditas menggunakan tenaga kerja yang berguna, nilai pakai tidak bisa eksis dalam komoditas kecuali "buruh berguna yang terkandung di dalamnya secara kualitatif berbeda’. Yang penting untuk dicatat di sini adalah bahwa tenaga kerja yang berguna, bukan tenaga kerja yang umumnya, menciptakan nilai guna.
    Selanjutnya Marx melihat bagaimana tindakan individu tenaga kerja yang berguna untuk merubahnya menjadi sebuah komoditas. Jawaban singkat untuk masalah ini adalah bahwa kerja berguna adalah ditransformasikan menjadi komoditas hanya dalam masyarakat di mana produk kerja menjadi bentuk komoditi. Meskipun hal ini mungkin tampak jelas, pengamatan ini menjadi penting dikarenakan Marx telah menyatakan bahwa hanya dalam masyarakat kapitalis yang melakukan produk kerja yang berguna untuk mengambil bentuk komoditas. Dalam rangka untuk menggambarkan poinnya, ia membandingkan tenaga kerja berguna dalam masyarakat yang berbeda. Dalam masyarakat feodal, misalnya, produk yang dihasilkan oleh tenaga kerja tidak pernah dianggap sebagai bentuk komoditi karena tidak ada sistem pertukaran. Sekali lagi, juga tidak ada produk yang dihasilkan dalam masyarakat berbentuk ‘suku’ yang menganggap bahwa bentuk komoditi dikarena tenaga kerja mereka adalah produk dari kerjasama dibanding tindakan terisolasi tenaga kerja. Dilihat dari sudut pandang sejarah, tenaga kerja yang berguna telah berlangsung selama ribuan tahun sejak itu tidak lebih daripada penciptaan sederhana kebermanfaatan. Manusia telah menghasilkan 'mantel untuk ribuan tahun di bawah paksaan dari kebutuhan untuk pakaian' bukan karena mantel menjadi sebuah komoditas mereka menjadi penjahit. Tenaga Kerja dalam bentuk manfaatnya demikian kondisi eksistensi manusia karena melayani suatu tujuan materi tertentu - untuk mempertahankan hidup. Tenaga Kerja dalam bentuk manfaatnya, oleh karena itu, kebebasan dalam masyarakat dan dengan demikian kondisi sederhana kehidupan manusia.
    Kesimpulannya: sementara produk-produk kerja yang bermanfaat selalu menjadi objek kebermanfaatan, mereka tidak selalu menjadi komoditas. Hal ini menunjukkan bahwa produk kerja berguna yang dibuat dalam keadaan sejarah yang berbeda dan pengaturan produktif yang berbeda, tidak menganggap bentuk komoditas. Hanya dalam masyarakat kapitalis, Marx menyatakan, apakah hasil kerja dapat dianggap berbentuk komoditas dan dengan demikian menjadi subjek untuk bertukar.
    Abstrak Ketenagakerjaan. Selanjutnya, Marx mengalihkan perhatiannya untuk tenaga kerja abstrak. Pertanyaannya adalah, apa yang membuat nilai mantel dua kali lipat dari linen itu? Untuk saat ini kami memiliki dua jenis tenaga kerja yang berguna (menenun dan menjahit), dua perdagangan yang berbeda (penenun dan penjahit), dan dua jenis nilai (nilai lenin dan nilai mantel). Marx beralih pada alasan bahwa jika kita mengesampingkan apa itu tenaga kerja berguna merupakan kemampuannya untuk menghasilkan kebermanfaatan yang berbeda, yang tersisa adalah bahwa dalam menenun dan menjahit merupakan kegiatan yang mengeluaran baik 'energi manusia, produk dari otak manusia, otot, saraf, tangan dan lain-lain. Dilihat dari perspektif ini, seluruh saham tenaga kerja berguna dalam kenyataan umum bahwa itu adalah pengeluaran fisiologis energi. Dari perspektif modal, adalah mungkin untuk mengenyampingkan kerja berguna dalam segala perbedaan kualitatif, dan fokus pada tak lebih dari pengeluaran energi. Pusat pergeseran dari kualitatif ke kuantitatif menghasilkan kerangka kerja apa yang disebut Marx 'Kerja abstrak'. Dari sudut pandang ini, menjahit dan menenun sekarang tetapi ekspresi kuantitatif dari apa yang perbedaan kualitatif tenaga kerja. Dalam rangka untuk mendapatkan kebergunaan dari tenaga kerja abstrak, abstraksi dibuat dari semua kekhususan, kualitas keterampilan dan tujuan tenaga kerja yang berguna, sebuah abstraksi yang hanya berfokus pada apa yang sebanding di semua tenaga kerja - sebuah pengeluaran energi.
    Apa yang membuat nilai mantel dua kali lipat dari linen sekarang dapat dilihat dengan jelas. Marx percaya bahwa dalam suatu sistem produksi kapitalis tenaga kerja berguna yang terkandung dalam mantel diukur secara kuantitatif, dan hanya dalam pengertian ini dia sama dengan tenaga kerja yang terkandung dalam kain tersebut. Ketika tenaga kerja dikandung dalam cara ini adalah tenaga kerja abstrak, dan tenaga kerja abstrak hanya ada di dalam masyarakat kapitalis saat tenaga kerja yang berguna diukur dalam hal 'durasi temporal tenaga kerja. Maka di sini ada poinnya: di penggunaannya lenin dan mantel memiliki nilai penggunaan yang sama sepanjang mereka berdua punya tenaga kerja yang berguna di dalamnya. Dalam pengertian ini, nilai dari mantel dan linen adalah sama, setidaknya bila dianggap dalam kriteria kualitatif yang jelas. Tapi ketika diukur secara kuantitatif, dalam hal durasi waktu kerja, pembuatan mantel membutuhkan dua kali dalam waktu kerja disbanding pembuatan linen tersebut. Sedangkan dari sudut pandang kerja berguna jumlah tenaga kerja yang dipakai dalam pembuatan linen dan mantel adalah sama, dari sudut pandang produksi kapitalis mantel bernilai dua kali lipat dari linen justru karena memiliki waktu kerja lebih kuantitatif di dalamnya.
    Meskipun hal ini mungkin sulit untuk dimahami, intinya adalah sangat penting untuk memahami bagaimana Marx melampaui Smith dan Ricardo dalam merevisi tentang teori nilai kerja. Dari perspektif modal, tenaga kerja semua dipahami secara kuantitatif sebagai pengeluaran fisiologis energi dan ini mengurangi semua tenaga kerja berguna yang menggunakan gerakan, saraf, otot. Tenaga Kerja dll yang dipahami dalam pengertian umum, bukan dibedakan berdasarkan dari tenaga kerja yang berguna, dan Marx menyebut 'kerja abstrak'. Dia menulis:
    "Untuk mengukur nilai tukar komoditi dikarenakan waktu kerja yang dikandungnya, berbagai jenis tenaga kerja harus dikurangi menjadi keseragaman, tenaga kerja homogen, sederhana, dalam singkat untuk tenaga kerja berkualitas sama, yang hanya bedanya, oleh karena itu, kuantitas. Penurunan ini tampaknya abstraksi, tetapi sebuah abstraksi yang dibuat setiap hari dalam proses sosial produksi. Konversi semua komoditas menjadi waktu kerja tidak lebih merupakan sebuah abstraksi, dan tidak kurang kenyataan, dari resolusi dari semua benda organik ke udara. Buruh, yang kemudian diukur dengan waktu, tidak tampak, memang, untuk menjadi tenaga kerja orang yang berbeda, tetapi sebaliknya individu kerja yang berbeda tampaknya menjadi tenaga kerja belaka. Dengan kata lain, tenaga kerja yang terkandung dalam nilai tukar bisa disebut tenaga manusia secara umum. Abstraksi ini, tenaga kerja manusia secara umum, ada dalam bentuk tenaga kerja rata-rata yang, dalam suatu masyarakat tertentu, rata-rata orang dapat melakukan, pengeluaran produktif dalam jumlah tertentu otot manusia, saraf, otak, dll "
    Hal ini disebut tenaga kerja abstrak ini yang memiliki karakteristik yang sama dalam pengeluaran energi menurut kapitalis, dan dengan demikian tenaga kerja abstrak yang menentukan nilai tukar komoditas.
    Sebuah bukti penalaran Marx ada dalam contoh produksi industri modern. Dalam sebuah masyarakat yang kompleks dengan pembagian kerja canggih, dua kali lipat benda dapat diproduksi dalam waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu benda dalam masyarakat sebelumnya. Dari sisi tenaga kerja yang berguna, ini berarti dua kali nilai pakai telah dibuat. Tapi, dari perspektif modal dalam jumlah yang sama tenaga kerja secara kuantitatif ditempatkan telah dikeluarkan dan dibayar pada tingkat satuan jam kerja. Sementara ini peningkatan produksi nilai guna (dua mantel untuk satu) berarti peningkatan kekayaan materi untuk kapitalis, kekayaan ini tidak dimiliki oleh pekerja. Tidak peduli seberapa produktifnya mereka, kerja sama dapat dijalankan untuk jumlah waktu tertentu yang menghasilkan nilai dengan hitungan satuan waktu.

    Capital, Vol. 1, Bagian B: Teori Nilai
    Asal Nilai dan Bentuk Nilai
    Setelah diskusi tentang tenaga kerja yang berguna dan abstrak, Marx mengalihkan perhatiannya untuk mengajukan sebuah teori nilai, fokus pada sejarah dan asal nilai itu sendiri. Pada dasarnya, dia memulai dengan dua macam fakta di tangan. Komoditas tersebut memiliki sifat ganda dalam baik obyek pemamfaatanya dan pembawa nilai tukar. Tapi, pertanyaan Marx, dalam bentuk apa nilai ini tidak ada? Sementara jawabannya adalah membingungkan dan bahkan kontroversial, sangat mutlak pentingnya untuk memahami teori Marx tentang nilai. Marx memulainya dengan menyatakan bahwa nilai komoditi bukan merupan bagian dari alam. Nilai dalam pengertian ini bukanlah merupakan zat yang ditemukan di suatu komoditi, karena ini merupakan hal yang mustahil. Tidak satu atom materipun masuk ke dalam objektivitas komoditas sebagai nilai 'Jika kita mengambil linen atau mantel,' mungkin kita kembali dan mengubah komoditi sederhana seperti yang kita inginkan, tidak mungkin untuk menentukan substansi (zat) yang mencerminkan nilainya. Tidak satupun ahli kimia yang pernah menemukan zat ini berada sebagai sebuah nilai didalam komoditas tersebut.
    Jelaslah bahwa kekakuan hamper semua teoritis Marx dibawa pada titik balik sebuah analisis, yaitu dalam bentuk apa sebuah nilai tidak ada? Dalam tanggapannya terhadap pertanyaan dia menolak pernyataan yang diajukan oleh ekonomi politik yang mengatakan bahwa komoditi adalah pembawa nilai. Marx menyatakan bahwa nilai tukar komoditi tidak terletak di dalam zat (bahan) yang terkandung didalamnya, tetapi lebih merupakan produk dari kerangka kerja sosial dan dengan demikian apa yang disebut nilai itu terletak tersembunyi dalam apa yang dikategorikan memiliki nilai '. Dia percaya bahwa jawaban atas pertanyaan ini kita harus melihat di balik bentuk nilai itu sendiri. Menurut Marx. asal nilai tidak terletak pada hukum pertukaran komoditi tetapi lebih pada sistem hubungan sosial. Jadi, untuk sampai pada rahasia nilai, 'kita harus melakukan sebuah penelitian yang tidak pernah dicoba oleh ekonomi politik.
    Marx melanjutkan dengan alasan bahwa karena nilai komoditas bukanlah sesuatu yang disebut zat yang ada di dalamnya, maka nilai harus merupakan ekspresi dari sesuatu yang lain! Bentuk nilai Marx disebut 'bentuk relatif dari nilai,' dan ini merupakan kunci untuk teori nilai. Setelah langkah penting dipahami, komoditas dapat diambil keluar dari bayang-bayang sebagai hal yang memiliki nilai dalam dirinya sendiri dan terlihat dalam kenyataan sebagai sesuatu yang dihubungkan dengan hal-hal lain.

    Bentuk relatif dan Setara Nilai
    Titik awal kami adalah gagasan bahwa nilai tidak melekat pada komoditas itu sendiri. Oleh karena nilai komoditi, menurut Marx, adalah bentuk relatif. Dengan istilah 'relatif,' berarti Marx menilai bahwa nilai komoditi hanya bisa di 'sehubungan dengan' pada komoditas lainnya. Dalam pandangan ini, komoditas tidak dapat memiliki nilai secara terpisah, dengan sendirinya. Sebaliknya, nilai komoditas apa pun harus dinyatakan relatif - atau, dengan kata lain, dalam kaitannya dengan beberapa komoditi lainnya. Contoh yang digunakan oleh Marx adalah nilai linen. Dia menyatakan, nilai dari 20 meter dari linen tidak dapat dinyatakan dalam bahan linen itu sendiri. Kita tidak bisa mengatakan '20-an meter dari linen bernilai 20 meter dari linen. Supaya linen bisa memiliki nilai, nilai harus dinyatakan dalam kaitannya dengan beberapa komoditi lainnya. Oleh karena itu, tidak ada nilai seperti itu tersembunyi dalam komoditas sebagai objek bebas soliter. Tapi, ketika linen dibandingkan dengan komoditas lain yang mengalami perubahan gambar dan nilai tukar muncul segera setelah perbandingan ini dibuat Untuk ini terjadi beberapa komoditas lain seperti mantel harus menghadapi linen dalam bentuk yang setara dengan nilai.
    Misteri nilai sekarang dapat diselesaikan. Sederhananya, 'nilai' muncul saat sebuah komoditas dapat dibandingkan dengan komoditas lain dan dibawa ke dalam hubungan dengan itu. Marx beralasan bahwa jika tidak ada komoditas yang memiliki nilai dengan sendirinya, maka nilai bukan milik suatu komoditi secara alami tetapi lebih merupakan produk dari hubungan sosial yang ada dalam kerangka selanjutnya dalam masyarakat. 'Nilai tukar', oleh karena itu hanya muncul pada zaman historis diberikan, tepatnya pada saat ketika, dalam produksi kapitalis, nilai satu komoditas dibawa ke dalam suatu hubungan pertukaran dengan komoditas lain.
    Untuk saat ini nilai komoditi ditentukan oleh hubungannya dengan beberapa komoditas lain, dan hal ini Marx disebut 'nilai relatif. "Tapi untuk menyelesaikan analisis, kita harus pergi ke balik fenomena nilai itu sendiri dan untuk melakukan hal ini Marx memperkenalkan istilah 'nilai setara. Sementara perdebatan teoritis atas konsep nilai ekuivalen tidak jelas apa yang diperdebatkan, maka akan cukup untuk menyatakan bahwa hanya beberapa dasar-dasar konsep nilai setara. Marx menyatakan bahwa nilai terjadi ketika bentuk-bentuk relatif dan setara nilai menghadapi satu sama lain. Jadi bentuk relatif dan setara nilai merupakan 'dua kutub dari ekspresi nilai' dan, oleh karena itu, agar sebuah nilai terjadi, satu komoditas harus menghadapi satu sama lain dalam dua bentuk. Nilai muncul, menurut pandangan ini, hanya ketika dua komoditas masuk menjadi perbandingan sehubungan dengan bentuk-bentuk mereka yang relatif dan setara. Sebagai contoh, seperti yang dinyatakan sebelumnya nilai linen tidak dapat ditentukan sampai dibawa ke dalam perbandingan dengan nilai mantel. Linen tidak mampu melakukan penilaian sendiri sampai terlihat dalam cerminan yang disediakan oleh nilai mantel. Saat menilai, Marx beralasan, terjadi ketika bentuk relatif dan setara memaknai nilai tukar sehingga untuk bias dibicarakan, sehingga nilai datang untuk sementara berada di dalam komoditas itu dan, dalam hal ini, mengasumsikan bentuk mantel. 'Misteri seluruh nilai, "tulis Marx,' tersembunyi dalam bentuk sederhana.
    Perbedaan antara bentuk relatif dan nilai setara dapat dibuat jelas dengan menggambarkan pada contoh Marx tentang linen dan mantel sekali lagi. Kita dapat mengatakan bahwa linen memiliki nilai hanya dalam kaitannya dengan mantel karena dalam kaitannya dengan hal itu bahwa nilai tukar linen muncul. 'Komoditas pertama memainkan peran aktif, yang kedua yang pasif. Nilai komoditas pertama direpresentasikan sebagai nilai relatif. Komoditas kedua memenuhi fungsi setara, dengan kata lain adalah dalam bentuk penyetaraan. Mantel bermanfaat dalam peran nilai setara untuk dua alasan: pernyataan yang lebih ‘jelas’ dari linen dan, kedua, itu adalah standar nilai yang dimiliki linen. Marx menyatakan: 'bentuk relatif nilai dan bentuk setara dua momen yang tak terpisahkan dan saling memiliki kondisi satu sama lain, tetapi pada saat yang sama mereka saling ekstrem eksklusif atau sebaliknya, yaitu kutub ekspresi nilai. Sebuah contoh yang baik dari masalah ini adalah disediakan oleh Alan Carling yang membandingkan dua bentuk nilai ke dalam tahapan pandangan Lacan. Dia mengatakan bahwa, lenin 'tidak akan pernah diketahui apa itu Lenin sampai hal ini dapat tercermnkan mantel; sampai melihat sendiri sebagai mantel. Seperti bayi, linen hanya ada di mata orang lain. Atau seperti Marx pernah berkata: "nilai hanya terlihat hanya jika sudah berbentuk seperti mantel," artinya, bentuk mantel, atau pembentukan mantel.

    Fetisisme Komoditas
    Untuk saat ini kami telah menunjukkan bahwa kritik Marx berpusat pada kapitalisme pada pertanyaan komoditi dan dominasi nilai tukar atas digunakannya. pandangan Marx tentang isu ini yang mengangkat dua pertanyaan teoritis fundamental: pertama, bahwa komoditas hanya memiliki nilai yang berkaitan dengan beberapa komoditas lain, dan kedua, nilai yang merupakan bagian dari kerangka kerja sosial daripada suatu zat yang melekat di komoditas. Kita sekarang beralih ke akhir perpanjangan penyelidikan Marx tentang nilai yang ditemukan dalam diskusi tentang fetisisme komoditas.
    Marx memulai Modal dengan menelusuri asal nilai ke arah apa yang dia sering disebut 'hubungan batin' dan dengan hal ini ia berarti bahwa perlu mencari asal-usul sosial sebuah nilai dalam masyarakat dan sistem produksi. Bagian penyelidikan ini merupakan hal yan unik karena diklaim sebagai hal yang didasari oleh Marx, bahwa komoditas hanya memiliki nilai guna dan bahwa 'nilai' itu sendiri bukanlah merupakan zat yang dapat ditemukan dalam komoditas tersebut. Hal ini posisi yang diambil oleh Marx merupakan kunci untuk memahami teori nilai sejak pernyataannya yang mengatakan bahwa nilai bukanlah merupakan zat yang ditemukan di komoditas melainkan produk dari kerangka sosial. Jika nilai tidak dapat ditemukan dalam komoditas, maka di mana nilai itu bisa ditemukan? Menyatakan dengan sederhana: nilai, menurut Marx, hanya akan ada kegunaannya atau kemanfaatannya, dan bentuk nilai tukar yang berbeda dari yang terhubung langsung ke keberadaan. Nilai tukar, di sisi lain, beragam dan berbeda. Sederhananya, 'tidak satu atompun' pada nilai tukar yang terletak pada komoditas dan karena itu asal nilai itu sendiri harus terletak dalam kerangka kerja social. Hal ini bermula pada titik ini bahwa konsep tentang jimat yang mengambil makna bagi Marx. Secara sederhana, jimat adalah tampilan pengabdian yang tidak biasa terhadap hal yang material atau objek dalam keyakinan bahwa dia memiliki kekuatan yang luar biasa. Konsep komoditi fetisisme digunakan oleh Marx untuk menunjukkan proses ini individu memberikan nilai komoditas dan percaya bahwa mereka memiliki kekuatan yang luar biasa. Tapi, mengapa fetisisme komoditas? Komoditas hanya memiliki nilai penggunaan sederhana, dan tidak satu nilai atompun nilai yang dapat ditemukan dalam komoditas sebagai sebuah zat. Marx menggunakan istilah fetisisme, kemudian, untuk menggambarkan kecenderungan dalam kapitalisme pertama, untuk percaya bahwa nilai adalah suatu zat yang melekat dalam komoditas; dan kedua, untuk menentukan kecenderungan untuk memberikan kekuatan yang luar biasa bagi komoditas.
    Teori Marx tentang nilai berlawanan dramatis dengan teori nilai yang dikemukakan oleh Smith dan Ricardo. Itu adalah pandangan Marx bahwa mereka telah mengabaikan pertanyaan tentang nilai pada dua hal tertentu: pertama, atas dasar ekonomi ahli ekonomi politik percaya bahwa komoditas pembawa nilai seperti yang terlihat dalam harga mereka, dan kedua, atas dasar metodologis mereka penyelidikan dihentikan ke dalam ' sifat komoditas 'dan dengan demikian datang ke pertanyaan “tonggak festum”.Akibatnya, ekonom politik dikesampingkan dari proses sosial yang sebenarnya oleh nilai yang datang untuk tinggal didalam komoditas. Mari kita melihat lebih dekat ke teori Marx tentang komoditas fetisisme.
    Marx memulai diskusi dengan menunjuk bahwa sementara komoditi tampaknya seprti hal-hal sepele, mereka memiliki sifat misterius di bahwa mereka mewujudkan kekuasaan yang kami percaya adalah bagian dari sifat mereka. Kekuatan misterius ini, bagaimanapun, tidak timbul dari nilai penggunaan komoditas sejak, pada tingkat penggunaan, komoditas hanya memenuhi kebutuhan manusia dan dengan demikian tidak ada yang misterius tentang mereka. Tetapi segera setelah sistem pertukaran timbul, komoditas memperolehsifat yang misterius. Hanya dalam masyarakat yang hubungan sosial yang pada tahap ini, Marx berpendapat, bahwa individu-individu dipaksa untuk percaya pada 'nilai' yang merupakan zat yang melekat pada komoditas dan hanya pada tahap ini komoditi mulai tidak mengambil kekuatan yang luar biasa. Meskipun hal ini mungkin sulit untuk dimahami, intinya adalah pusat teori Marx tentang nilai. Sifat misterius komoditas hanya terjadi dalam hubungan sosial masyarakat yang keliru memaksa individu untuk percaya bahwa nilai komoditi adalah, pada kenyataannya, merupakan bagian dari alam.
    Marx menegaskan bahwa ketika komoditas diyakini memiliki nilai dalam dan dari diri mereka sendiri, kami keliru memberikan kekuasaan kepada mereka yang tidak mereka miliki dalam realitas. Untuk memahami proses ini, Marx melihat agama dalam masyarakat dengan system suku. Dalam masyarakat berbentuk suku, individu memberikan kekuatan magis ke objek karena mereka percaya kekuatan ini akan tumbuh dari sifat obyek itu sendiri. Marx berpendapat bahwa hal itu merupakan kepercayaan mereka, pada kenyataannya, yang membuat mereka berpikir bahwa kekuasaan berada dalam objek tersebut. Marx menyatakan bahwa, dengan sendirinya, benda-benda tidak memiliki kekuatan, dan ia berpikir bahwa sumber tersembunyi pada daya ini, pada kenyataannya, hubungan aktif individu untuk objek. Hubungan ini dibentuk tidak lain oleh berasal dari sistem hubungan sosial di mana keyakinan tersebut tertanam. Marx berpikir bahwa proses yang sama terjadi di masyarakat kapitalis, dimana individu memberikan kekuatan yang luar biasa dan kapasitas pada komoditas - proses yang disebut sebagai komoditas fetisisme. Bagaimana, kemudian, memberlakukan komoditas dalam memperoleh kekuasaan ini dan bagaimana kita percaya bahwa nilai mereka adalah bagian dari sifat mereka?
    Hal pertama yang dilihat Marx adalah sistem pertukaran. Dalam kapitalisme, komoditas yang diproduksi untuk pertukaran dan kapitalisme adalah sebuah masyarakat yang sistem produksi komoditas didasarkan pada pertukaran (barteran). Marx percaya bahwa hanya pada tahapan ini dalam sejarah perkembangan sosial yang, sebagai barang dari pertukaran, 'memperoleh hasil kerja suatu objektivitas sosial serikat sebagai nilai-nilai. Dari perspektif ini, komoditas fetisisme merupakan sejarah dalam hal tersebut yang hanya muncul dalam masyarakat komoditas yang masuk ke dalam media pertukaran. Marx kemudian menunjukkan bahwa objektivitas yang telah ada dalam pertukaran komoditas berbeda dari 'objektivitas yang mereka miliki sebagai barang keperluan. Saat menentukan, bagi Marx, adalah bahwa komoditas tampaknya pembawa nilai hanya ketika produksi untuk pertukaran daripada dalam pelayanan penggunaan. Setelah diproduksi untuk ditukar, komoditas tampaknya masuk ke dalam hubungan sosial dengan satu sama lainnya dan nilai mereka tampaknya menjadi bagian dari sifat mereka.
    Untuk membuat hal ini jelas, akan berguna untuk membuat perbedaan - yang cukup sering dibuta Marx – antara masyarakat feodal dan kapitalis, Dalam masyarakat feodal hubungan individu untuk masyarakat merupakan hal terutama yang diatur oleh nilai guna, karena produksi terutama untuk langsung digunakan. Di sini, budak yang berhubungan langsung dengan alat-alat produksi dan tenaga kerja adalah untuk tujuan menciptakan nilai guna dalam melayani tujuan ekonomi langsung. Fakta penting tentang masyarakat feodal adalah produksi yang tidak terpisah dari konsumsi karena segala sesuatu dihasilkan akan digunakan untuk pemeliharaan hidup. Jadi, apa yang dihasilkan tidak mengasumsikan bentuk komoditi karena tidak masuk ke dalam media pertukaran. Untuk mengulangi poin Marx: apa yang diproduksi dalam masyarakat feodal tidak pernah mengasumsikan bentuk yang berbeda dari kenyataannya sebagai nilai guna. Oleh karena itu hubungan sosial mereka tidak mengambil bentuk pertukaran dan tidak ada komoditas fetisisme.
    Berlawanan dengan masyarakat kapitalis. Di sini, produsen berhubungan langsung dengan tanah telah dibubarkan dan, sebagai pekerja, mereka dipaksa untuk menjual tenaga kerja mereka dengan mendapat imbalan berupa upah. Dalam keadaan ini, apa yang dihasilkan oleh tenaga kerja tidak dikonsumsi secara langsung, karena harus masuk ke dalam media pertukaran. Dalam hal ini, dan hanya dalam kasus ini, apakah hasil kerja bias diasumsikan sebagai bentuk komoditas.
    Untuk sampai ke bagian bawah masalah fetisisme kita perlu mengambil beberapa langkah. Sejauh ini, kami telah menunjukkan bahwa dalam masyarakat feodal hasil kerja yang diperoleh tidak terbentuk dari realitas mereka yang berbeda sebagai nilai guna dan fungsi mereka secara langsung untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pertanyaannya, kemudian, adalah: dalam hubungan sosial kapitalis, bagaimana komoditas mendapatkan kekuasaan di luar nilai-nilai sederhana yang mereka gunakan? Jawaban atas pertanyaan ini ada dua. Pertama adalah dalam sistem pertukaran diciptakan oleh kapitalisme. Kapitalisme berbeda dari feodalisme dikarenakan hal ini hanya ada dalam kapitalisme bahwa produksi komoditas didasarkan pada sistem pertukaran. Dalam semua masyarakat sampai perkembangan kapitalisme, produksi terutama untuk digunakan dan diakui sebagai suatu proses sosial. Sehingga Fetisisme sehingga digambarkan sebagai tahapan dalam pengembangan produksi komoditas ketika nilai diyakini tumbuh dari sifat fisik komoditas seperti yang masuk ke dalam rangkaian pertukaran. Kedua adalah dalam transformasi hubungan sosial yang terjadi dalam kapitalisme. Dalam semua masyarakat sampai perkembangan kapitalisme, hubungan sosial telah ada diantara individu. Hanya dalam tahap komoditas fetisisme, bagaimanapun, tidak tampak bahwa hubungan sosial antara hal-hal (barang dari nilai) daripada antara individu. Fetisisme, dalam pengertian ini, hanya dapat digambarkan sebagai tahap di mana manusia didominasi oleh produk mereka dan dipaksa oleh kekuatan-kekuatan produk ini atas mereka.
    Karakteristik lebih lanjut dari komoditi fetisisme adalah kecenderungan untuk menghilangkan apa yang disebut Marx sebagai 'karakter sosial dua kali lipat dari produksi’ Marx percaya bahwa produksi dikelompokkan dalam dua tujuan dasar dan utama: pertama, dia menyediakan nilai guna yang berfungsi langsung sebagai alat keberadaan; dan kedua, produksi nilai pakai secara bersatu padu dengan kegiatan sosial yang berperan dalam proses sosial kolektif dan merupakan dasar perluasan kehidupan sosial. Situasi ini ada didalam masyarakat feodal sejauh produksi dapat memenuhi kebutuhan orang lain, adalah pada dasarnya bermanfaat, dan bagian dari kehidupan bersama. Dalam keadaan ini, semua tergantung pada - budak, bangsawan, orang awam dan ulama. Ketergantungan ini mencirikan hubungan sosial mereka dalam berproduksi sebanyak itu tidak pada bidang lain dari kehidupan sosial. Justru karena hubungan-hubungan ketergantungan ini membentuk dasar kerangka kerja sosial mereka, 'tidak ada kebutuhan untuk tenaga kerja dan produk-produknya untuk mengasumsikan bentuk yang fantastis yang berbeda dari realitas mereka. Bahkan hubungan sosial mereka mengambil bentuk transaksi mereka dan muncul dalam bentuk pelayanan dan kewajiban dalam bentuk. Di sini, 'bentuk alami dari tenaga kerja merupakan bentuk langsung sosial dan bentuk kerja mereka yang mengambil secara paralel sebenarnya bentuk hubungan sosial mereka. Di sini, hubungan sosial antara individu dalam pelaksanaan kerja mereka muncul sebagai hubungan pribadi mereka dan tidak disamarkan sebagai hubungan sosial antara berbagai hal-hal. Tenaga kerja mereka, menurut Marx, merupakan tenaga kerja yang sama dan apa yang dihasilkan tidak membuat mereka sebagai sebuah komoditas dengan nilai tidak terikat. Tenaga kerja yang menciptakan produk ini adalah dalam bentuk alami mereka, fungsi sosial, karena karakter mereka yang berguna secara sosial diwujudkan dalam nilai guna mereka yang langsung kepada orang lain.
    Dalam kapitalisme, sebaliknya, hubungan sosial mengambil bentuk pertukaran. Hubungan ketergantungan yang pernah ada dalam masyarakat feodal digantikan oleh apa yang disebut Marx produsen swasta. Dalam hal ini, semua karakteristik dari tenaga kerja lebih individu daripada sosial. Penting bagi kapitalisme, oleh karena itu, adalah individu yang terisolasi yang melakukan fungsi sosial bersama hanya bertujuan untuk keuntungan ekonomi pribadi. Semua kegiatan pembelian dan penjualan, produksi dan konsumsi adalah untuk keuntungan pribadi dan kepentingan pribadi. Semua hubungan menghubungkan produsen individu ke seluruh masyarakat sebenarnya dimediasi oleh hubungan pertukaran. Jadi, semua hubungan sosial mereka dapat dipandang sebagai mengambil bentuk yang sama persis dengan transaksi masyarakat, yaitu pertukaran. Ini adalah pandangan Marx bahwa hanya ketika hubungan sosial didominasi oleh pertukaran yang dilakukan individu menghadapi pemiliknya satu sama lain sebagai pembeli dan penjual, produsen dan konsumen dan sebagai komoditas. Marx menegaskan, keterlibatan manusia dalam individualitas sangat sempit - individualitas hubungan pertukaran. Dalam kapitalisme, produsen swasta hanya dapat menemukan sifat sosial tenaga kerja mereka yang bermanfaat secara pribadi guna merenungkan kebergunaan dari apa yang mereka hasilkan. Karakter sosial tertentu tenaga kerja pribadi mereka terdiri, oleh karena itu, hal ini hanya bersifat sebagai tenaga kerja manusia. Selanjutnya, apa yang mereka hasilkan akan menyembunyikan sifat sosial tenaga kerja pribadi mereka dan dengan demikian hubungan sosial antara individu muncul sebagai hubungan antara objek dan material. Hubungan sosial antara individu menjadi tidak jelas karena mereka menganggap bentuk hubungan antara semua hal-hal; antara pembeli dan penjual, produsen dan konsumen.
    Dalam hal ini pada saat dalam pengembangan komoditi kapitalisme, Marx percaya, bahwa transaksi antara hal materi mengambil bentuk fetish. Komoditas tampaknya memiliki kehidupan dari keterbukaan mereka dan masuk ke dalam hubungan sosial antara satu sama dengan yang lainnya, dan dengan demikian tampaknya memiliki kualitas manusia. Fetisisme 'tidak lain adalah merupakan hubungan sosial yang pasti antara manusia yang mengambil bentuk yang fantastis dari hubungan antara benda. Dalam keadaan ini, apa yang pernah manusia sekarang sukai dan apa hal - seperti sekarang manusia. Sebagai konsekuensi langsung, hubungan sosial manusia menjadi 'sesuatu-seperti' sejauh sebagai individu menghadapi satu sama lain sebagai pemilik komoditasnya, dan sejauh mereka percaya pada nilai yang berada di komoditas daripada diri mereka sendiri. Hal-hal yang tampaknya dimiliki manusia hanya terbentuk sejauh mereka masuk ke dalam hubungan sosial; sedangkan manusia tampaknya memiliki bentuk benda seperti karena mereka sendiri tunduk pada tindakan pertukaran dan dalam pengertian ini kehilangan kualitas manusia mereka. Dikarenakan hubungan sosial mereka mencerminkan transaksi mereka, semua hubungan sosial mereka tidak berhubungan langsung antara individu melainkan 'bahan hubungan antara orang dan hubungan sosial dengan hal-hal. '. Pembalikan fantastis' fetisisme dalam pengertian ini membawa suatu. Yang artinya, sejauh ini bahwa hubungan sosial antar individu yang diatur oleh interaksi dalam berbagai hal, interaksi hal mengasumsikan kualitas manusia sejauh mereka memiliki: (i) hubungan sosial di antara satu sama lain karena mereka masuk ke dalam pertukaran, dan (ii) karena mereka diyakini sebagai penentu nilai eksklusif. Seperti objek ibadah agama, mereka adalah 'diberkahi dengan kehidupan mereka sendiri yang masuk ke dalam hubungan baik antara satu dengan yang lainnya dan dengan sesama umat manusia.
    Marx percaya bahwa efek sosial dari proses fetisisme dapat diuraikan dalam beberapa cara. Pertama, di bawah komoditas fetisisme, hubungan antara orang-orang dalam mengambil bentuk hubungan antara mereka. Pada tahapan ini, kehidupan sosial yang dimediasi oleh apa yang dia sebut sebagai pertukaran materi. Dalam 'hubungan fantastis,' menghadapi manusia satu sama lain sebagai subyek ekonomi - sebagai perantara dari kategori-kategori ekonomi dan sebagai pemilik komoditas. Sebagai pemilik komoditas, manusia hanya pembawa proses ekonomi dan, selama hal ini terjadi, baik itu mengaburkan bentuk manusia dan bentuk manusia yang bermasyarakat.

    Reifikasi Ekonomi dan Masyarakat
    Setelah diskusi tentang fetisisme Marx melihat dampak keseluruhan dari pertukaran pada sistem hubungan sosial. Hal ini disebutnya sebagai proses 'reifikasi. Dia mulai mendiskusikan tentang reifikasi dengan mengasumsikan dari awal bahwa manusia membentuk masyarakat. Bahkan, ia percaya bahwa individu dan masyarakat adalah merupakan hal-hal kesatuan, sejak manusia menciptakan masyarakat dengan tenaga kerja mereka. Mempertimbangkan fakta bahwa manusia bisa membentuk masyarakat, reifikasi membalikkan proses ini dengan membuat seolah-olah masyarakat melahirkan manusia. Sejauh yang berfungsi ekonomi membuat tampilan seolah-olah masyarakat menciptakan manusia bukan sebaliknya, reifikasi adalah pengalaman masyarakat dalam bentuk benda-benda dan proses yang mandiri dari manusia dan yang mendominasi atas mereka. Dalam proses reifikasi, dinyatakan Marx, kekuatan masyarakat menghadapi individu sebagai tujuan sesuatu atau siap pakai, ada seolah-olah hal itu dilakukan tanpa campur tangan mereka.
    Marx percaya bahwa reifikasi berasal dari kenyataan bahwa kategori-kategori ekonomi dalam kapitalisme begitu dominan pada mereka yang mengarah pada keyakinan bahwa masyarakat dan perilaku manusia berasal dari kategori produksi, ketika, dalam kenyataannya, itu adalah sebaliknya. Sementara pada kenyataannya kategori ekonomi berasal dari tenaga kerja manusia dan diproduksi oleh manusia, reifikasi dalam membalikkan proses ini dengan melampirkan tujuan manusia guna kekuatan ekonomi (misalnya, 'kebutuhan' modal dan 'penjalanan' produksi). Dan hal ini membuat mereka tampak seolah-olah sebagai manusia. Ketika disaat proses ekonomi ini 'dipersonifikasikan' dan mengambil kualitas manusia, sehingga reifying aktivitas manusia dengan membuat hal yang disuka. Dalam hal ini, individu menjadi hasil dari fungsi sosial kapitalis dan muncul untuk masuk ke dalam kegiatan ekonomi seolah-olah itu merupakan sifat mereka. Dari sudut pandang ini manusia muncul seperti bila 'mereka' muncul 'dari proses ekonomi dan' milik mereka 'di tempat pertama. Reifikasi dapat dipahami sebagai momen bersejarah dalam proses kapitalisme komoditi ketika karakteristik 'thinghood' menjadi standar realitas objektif.

    Capital, Vol. 1, Bagian C: Teori Nilai Surplus
    Untuk saat ini kita telah melihat beberapa argumen sentral dalam perkembangan kapitalisme, berfokus pada komoditas dan dominasi pertukaran. Hal ini telah membawa kita dari pembahasan komoditas teori nilai; ke tahap dari komoditas fetisisme, tenaga kerja abstrak dan reifikasi. Komoditas menjadi pusat pendiskusian.
    Fokus dari bagian berikutnya Modal yang bergantung pada penemuan Marx tentang nilai lebih. Untuk cukup mengerti apa yang dimaksud Marx dengan nilai surplus kita harus melalui empat langkah terpisah: (i) untuk menjelaskan munculnya apa yang disebut Marx sebagai  ‘tenaga kerja lepas’' dan kekuatan tenaga kerja, (ii) untuk membuat perbedaan antara hal yang diperlukan dan surplus tenaga kerja, (iii) untuk menggambarkan pentingnya hari kerja dan hubungannya dengan sejarah kerja surplus, dan (iv) untuk menggambarkan perkembangan bentuk upah dalam hubungannya dengan tenaga kerja yang tidak dibayar. Selain langkah-langkah ini, ada dua masalah konseptual yang tersisa yang akan membuat diskusi kita lebih lengkap. Ini adalah konsep tenaga kerja dan bentuk upah. Mari kita mulai dengan tenaga kerja lepas dan tenaga kerja.


    Tenaga Kerja lepas dan munculnya kekuatan ketenagakerjaan
    Tempat dimulainya dari teori nilai surplus dimulai dengan konsep tenaga kerja lepas. Pembahasan Marx tentang perkembangan ‘tenaga kerja lepas' dan 'tenaga kerja' dapat ditemukan dalam Bab 6 Modal. Sementara hanya sebuah bab pendek, konsep dalam bagian ini adalah merupakan kunci untuk memahami posisi teoritis Marx. Kita dapat memulai dengan menunjukkan dua fakta sejarah yang mendasar: pertama feodalisme, kapitalisme telah diganti. Akibatnya, hubungan budak 'ke tanah sebagai sumber mata pencaharian telah dibubarkan, memaksa budak untuk menjual tenaga kerja mereka sebagai komoditas. Kedua, dalam kapitalisme tujuannya adalah untuk membeli tenaga kerja dengan harga yang cukup rendah untuk mendapatkan keuntungan. Bagi kapitalis hal ini untuk membuat keuntungan, mereka harus mampu menemukan komoditas di pasar yang memiliki properti untuk menciptakan nilai lebih daripada biaya untuk membeli. Menurut Marx, komoditi hanya merupakan jawaban atas permintaan ini merupakan tenaga kerja manusia. Marx melanjutkan dengan mengatakan bahwa tenaga kerja manusia memiliki dua atribut penting yang sesuai dengan permintaan ini: (i) ditemukan di pasar dan dapat dibeli seolah-olah hal itu merupakan komoditas, dan (ii) menghasilkan nilai lebih dari harga yang dibeli. Nama yang diberikan Marx kepada komoditi kapitalis yang membeli merupakan 'kekuatan tenaga kerja.', Mengapa bukan hanya tenaga kerja?
    Jawaban atas pertanyaan ini cukup mudah. ‘kekuatan tenaga kerja' Istilah memungkinkan Marx membuat perbedaan utama antara 'tenaga kerja' sebagai aktivitas manusia dan 'tenaga kerja' sebagai kapasitas untuk menambah nilai yang digunakan untuk komoditas - perbedaan yang tidak dibuat oleh para ahli ekonomi politik. Baik Smith dan Ricardo percaya bahwa itu adalah 'tenaga kerja' yang hanya dapat ditukar dan dibeli oleh kaum kapitalis. Marx berpikir, bagaimanapun, bahwa ekonom politik telah keliru dalam pemahaman mereka tentang istilah dan melanjutkan untuk membuat perbedaan antara 'tenaga kerja manusia' dan 'tenaga kerja' untuk menunjukkan bahwa terdapat campuran kategori tenaga kerja. Tenaga kerja manusia, berbeda dengan tenaga kerja, adalah kerja aktual dan aktivitas fisik yang dimasukkan dalam tubuh buruh. Daya ketenagakerjaan, di sisi lain, mengacu pada kapasitas tenaga kerja untuk menambah nilai digunakan untuk komoditi dan merupakan nama yang diberikan oleh Marx yang diberikan kepada komoditi yang dijual ke kapitalis yang memiliki nilai kurang dari nilai yang menciptakan. Berikut adalah kekuatan daya beli pekerja untuk tenaga kerja dan nilai tambah yang gunakan untuk komoditas kapitalis dapat keuntungan sementara pada saat yang sama membayar lebih sedikit untuk pekerja upah dari nilai yang diciptakan oleh tenaga kerja nya. Perbedaan antara ' kekuatan tenaga kerja' dan 'tenaga kerja' Marx memperbolehkan untuk menentukan mekanisme yang tepat yang menciptakan keuntungan dalam masyarakat kapitalis sejak, untuk keuntungan, kapitalis harus menemukan suatu komoditi di pasar yang memiliki properti untuk menciptakan nilai lebih daripada biaya untuk membeli. Apa yang Marx mencontohkanpusatkan dalam membedakan apa yang kapitalis sebenarnya beli bukanlah 'tenaga kerja' secara tidak langsung, dikarenakan jika hal itu, perbudakan akan diperkenalkan kembali. Sebaliknya, kapitalis membeli ‘daya tenaga kerja’. Tenaga Kerja memiliki dua atribut penting: (i) ditemukan di pasar dan dibeli seolah-olah mereka itu merupakan sebuah komoditas, dan (ii) mereka menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai dibandingka harga mereka ketika diperjual belikan. Dalam hal ini, Marx telah mengambil lompatan keluar dari ekonomi politik. Artinya, tenaga kerja dibagi menjadi dua kategori - tenaga kerja manusia dan tenaga kerja - Marx menemukan bahwa kategori kedua, tenaga kerja, adalah pekerja yang diperjual belikan kepada kaum kapitalis.
    Agar kapitalis untuk mencari tenaga kerja di pasar sebagai komoditas, dua kondisi penting harus dipenuhi. Pertama, pemilik tenaga kerja (pekerja) harus dalam posisi untuk menjual tenaga kerja nya sebagai komoditas, dan kedua, buruh harus tampaknya menjadi ' bebas dimiliki' dari 'prestasi kerja' sendiri nya di rasa mampu untuk membuangnya karena ia melihat cocok. Kondisi ini sangat tepat menjadi 'bebas' untuk membuang prestasi kerja sendiri di pasaran disebut 'tenaga kerja lepas' dan itu merupakan dasar untuk kapitalisme karena membuat pembelian dan penjualan tenaga kerja menjadi mungkin.
    Seperti Marx menyatakan sebelumnya, untuk kapitalisme adalah merupakan pemilik tenaga kerja yang harus berada dalam posisi untuk menjual tenaga kerja nya yang siap untuk dibeli. Dalam keadaan ini, orang akan cenderung menganggap bahwa di pasar bebas baik penjual dan pembeli bertemu secara sama dan bahwa keduanya diatur oleh hukum pertukaran. Baik Smith dan Ricardo percaya hal ini benar. Mereka mengambil pandangan bahwa dalam masyarakat kapitalis buruh bebas diperjual belikan sebagai tenaga kerja di pasar dan, karena ini, mereka adalah pemilik tunggal dari komoditas mereka sendiri. Posisi ini menyebabkan Ricardo berpandangan bahwa sejauh ini buruh berusaha untuk menjual tenaga kerja mereka dengan harga tertentu, mereka mungkin dianggap sebagai seseorang yang memiliki pijakan ekonomi yang sama seperti kapitalis, karena keduanya masuk ke dalam pertukaran ekonomi bebas.
    Marx tidak setuju dengan ini pada beberapa alasan. Pertama, buruh merupakan sesuatu yang tidak memiliki sarana untuk menjual produk kerja nya karena, menurut definisi, buruh berada dalam kondisi yang tanpa alat-alat produksi. Kedua, karena buruh tidak dapat menjual komoditi yang dihasilkan oleh tenaga kerja mereka sendiri, mereka harus menjualnya sebagai komoditas daya tenaga kerja yang ada dalam tubuh mereka sendiri. Marx beralasan bahwa ketika kita melihat kembali pada keadaan antara pembeli dan penjual, jelas bahwa keuntungan yang diberikan kepada pembeli tenaga kerja karena 'pembeli dari langkah tenaga kerja di depan sebagai seorang kapitalis, pemilik tenaga kerja berikut sebagai pekerja. Yang penting mampu membawa diri dan bertujuan untuk berbisnis; yang lain adalah takut-takut dan yang lainnya memilih untuk kembali, seperti seseorang yang telah membawa mereka sendiri secara sembunyi ke pasar. 
    'Tenaga kerja lepas' hanya merupakan 'penampilan kebebasan' karena dalam semua kasus pekerja terpaksa untuk menawarkan kerja nya untuk dijual dan tidak bisa ada tanpa melakukannya. Jika kita melihat secara seksama pada kondisi yang membuatnya tampak seolah-olah pekerja adalah 'bebas' dari agen yang masuk ke dalam hubungan kontraktual untuk menjual tenaga kerja nya, dalam kenyataannya periode waktu yang mana ia bebas menjual tenaga kerja nya merupakan periode waktu yang dia dipaksa untuk menjualnya.
    Surplus Ketenagakerjaan. Surplus Nilai dan Pemeliharaan Pekerja
    Langkah selanjutnya Marx mengambil adalah bahwa dari pas konsep kerja yang diperlukan dan surplus ke dalam gambaran. Kita bisa melihat ini dengan menyempurnakan proses yang digambarkan Marx sebagai 'reproduksi tenaga kerja’ tersebut. Hal ini mengacu pada proses dimana pekerja harus menggunakan bagian dari upah mereka untuk mempertahankan keberadaan yang sebenarnya secara fisik mereka sebagai pekerja. Karena tenaga kerja ada dalam tubuh individu yang hidup, masuk akal untuk alasan bahwa energi fisik yang diluarkan pekerja harus diganti. Sebagai tenaga kerja pengeluaran itu sendiri, maka harus diganti setiap hari supaya buruh bisa mengulangi proses tersebut. Dalam hal ini, kebutuhan fisik tenaga kerja seperti makanan, tempat tinggal dan pakaian harus terpuaskan setiap hari dalam rangka bagi pekerja untuk mempertahankan hidup mereka sendiri dan terus menjual tenaga kerja mereka. Dengan demikian, buruh harus diberikan setiap hari makanan yang diperlukan bagi tubuh mereka dan bahan bakar untuk 'memperbaharui proses kehidupan mereka.
    Menggambar pada diskusi tentang pemeliharaan pekerja, Marx membuat perbedaan konseptual yang memicu pengamatan kunci pertama tentang nilai lebih. Ini terdiri dari dua konsep dasarnya: (i) tenaga kerja yang diperlukan dan (itu) kerja surplus. Diperlukan tenaga kerja mengacu pada bagian dari hari kerja yang dibutuhkan bagi pekerja untuk menghasilkan upah biaya pemeliharaan sendiri. Marx beralasan bahwa jika hari kerja adalah 12 jam, dibutuhkan waktu sekitar 6 jam kerja untuk menghasilkan biaya pemeliharaan pekerja dalam makanan, tempat tinggal bahan bakar, dan pakaian. Surplus tenaga kerja, di sisi lain, merujuk ke bagian dari hari kerja di mana buruh mengeluarka tenaga untuk bekerja, tetapi tidak menciptakan nilai bagi dirinya sendiri. Di bagian hari kerja buruh menambah nilai produk bekerja, dan nilai pekerja menciptakan selama ini bagian dari hari milik kapitalis saja, bukan untuk buruh.
    Marx mengambil alasan ini satu langkah lebih jauh. Dia menyatakan bahwa buruh dibayar hanya untuk satu hari kerja - 6 jam lebih dari 12 - dan bahwa bagian yang belum dibayar merupakan 'surplus,' dan inilah bagian yang menghasilkan nilai kapitalis. Dalam konsep kerja surplus, Marx mengidentifikasi bagian dari hari kerja di mana tenaga kerja berakhir bekerja dan di atas pekerja buruh perlu memperbanyak diri. Marx menyebut tenaga kerja tambahan, 'surplus tenaga kerja.' Dalam surplus tenaga kerja 'pekerja mengeluarkan tenaga mereka, tetapi ini tidak memberikan nilai bagi mereka. Sebaliknya, mereka menciptakan nilai lebih yang, secara kapitalis, memiliki semua pesona sesuatu yang diciptakan dari ketiadaan. Ini bagian dari hari kerja, saya sebut waktu surplus tenaga kerja, dan kepada tenaga kerja selama waktu itu, saya memberikan nama kerja surplus. Nilai lebih, oleh karena itu, nilai yang diciptakan oleh kerja surplus. Nilai lebih memiliki empat atribut utama: (i) itu adalah nilai yang diciptakan oleh kerja surplus pekerja, (ii) tidak dibayar dan karena itu menciptakan nilai bagi kapitalis tetapi tidak bagi pekerja tersebut; (magnit) itu menyajikan penipuan karena klaim yang akan dibayar tenaga kerja, (iv) itu adalah bentuk yang diakui bekerja terlalu berat dan dengan demikian pergi ke pusat eksploitasi pekerja dalam bahwa pekerja tidak dibayar untuk kekayaan yang mereka ciptakan dengan menghasilkan kerja surplus.


    Sejarah Tenaga Kerja Surplus 'Hari Kerja.
    Langkah ketiga dalam menyelesaikan teori nilai lebih dapat ditemukan dalam diskusi Marxs mengenai hari kerja dan sejarah kerja surplus. Dalam Bab 10 dari Capital, Marx menunjukkan 'surplus tenaga kerja' yang tidak baru dan sebenarnya memiliki dasar historis, hanya untuk mencapai tahapan tertinggi pada perkembangan sebuah masyarakat kapitalis. Ini dapat dibuat jelas jika kita membandingkannya secara kontras dengan masyarakat kapitalis, feodal dan budak. Dalam masyarakat feodal surplus tenaga kerja dilakukan oleh hamba untuk majikan ini dibatasi sangat jelas baik dalam ruang dan waktu. Dalam hak buruh, dimana majikan menuntut jasa buruh gratis dan ini jelas tidak dibayar. Dalam perbudakan, sifat kerja yang belum dibayar juga jelas dalam bahwa semua tenaga kerja dengan budak muncul sebagai tenaga kerja untuk majikan. Dalam kedua contoh - feodalisme dan perbudakan -. kerja yang tidak dibayar muncul sebagai tenaga kerja yang belum dibayar. Hanya dalam kapitalisme, bagaimanapun, kerja yang tidak dibayar muncul sebagai modal. Marx menyatakan bahwa bagian yang belum dibayar merupakan keinginan buruh pekerja itu sendiri sebagai modal kerja dan, oleh karena itu, sistem kapitalis upah dan cara perhitungan mereka sengaja ditipu. Dalam semua sistem lain produksi, termasuk masyarakat feodal dan budak, kerja yang tidak dibayar jelas ada batas-batasnya. Hanya dalam kapitalisme adalah tenaga kerja surplus 'diperas dari produsen langsung' karena menyajikan dirinya sebagai modal dan dengan demikian masuk ke dalam tipuan.
    Untuk sampai ke bagian bawah pertanyaan ini, Marx percaya bahwa kerja surplus bentuknya telah diakui dalam semua masyarakat dan yang jelas memiliki akar di kesenjangan sosial yang diciptakan oleh sistem kepemilikan dan struktur kelas. Bentuk diakui bekerja terlalu berat dalam masyarakat feodal adalah sistem buruh, dimana di Yunani dan Roma melakukan perbudakan tersebut, dan dalam kapitalisme itu adalah buruh upah. Capital, Marx menulis 'tidak menciptakan kerja surplus, karena setiap kali bagian dari masyarakat memiliki monopoli atas alat-alat produksi, pekerja, gratis atau tidak bebas, harus menambah waktu kerja yang diperlukan untuk pemeliharaan mereka sendiri dalam jumlah ekstra waktu kerja dibutuhkan untuk menghasilkan alat-alat subsistensi bagi pemilik alat-alat produksi, apakah pemilik ini menjadi Athena, seorang Etruscan theocrat, seorang Wailachian boyar, tuan tanah modern atau kapitalis.
    Hal ini cukup beralasan bahwa karena memanfaatkan tenaga kerja surplus pemilik alat-alat produksi, maka nafsu untuk kerja surplus akan menjadi terbatas. Dalam rangka untuk menunjukkan hal ini Marx memeriksa sejarah bekerja terlalu berat di berbagai masyarakat. Sebuah contoh yang dramatis, yang digunakan oleh Marx, terjadi dalam sejarah Romawi ketika, di tambang emas Romawi, para pekerja terpaksa bekerja sampai mereka meninggal. Dalam sistem feodal, kerja surplus muncul dalam bentuk kewajiban utang di mana hamba yang berhutang pada 12 hari kerja pada majikan. Hanya dalam masyarakat kapitalis melakukan eksploitasi ini mengambil bentuk nilai surplus, dan bentuk dari bekerja terlalu berat adalah upah buruh.
    Bentuk Upah: Buruh tak dibayar
    Akhirnya, langkah keempat. Dalam Bab 19 dari Capital, Marx meneliti sejarah upah dan melihat lebih dekat ke dalam pengembangan bentuk upah '. Marx percaya bahwa "bentuk upah 'itu adalah metode penipuan pada kompensasi pekerja, dan berpendapat bahwa hal itu membuat kerja yang tidak dibayar muncul seolah-olah hal itu dibayarkan pada tenaga kerja. Dengan membuat kerja surplus muncul sebagai modal kerja, para pekerja ditipu untuk percaya bahwa, dengan tenaga kerja mereka, mereka hanya mempertahankan diri, ketika ternyata belum dibayar untuk meningkatkan porsi kekayaan kapitalis. Sejauh Marx prihatin, ini adalah ekspresi yang paling kuat dari penampilan mendistorsi realitas. Hal ini dinyatakan dengan sangat jelas dalam teks:
    Kita melihat lebih lanjut: nilai 3 shilling, yang merupakan bagian dibayar yaitu, hari kerja, 6 jam kerja, muncul sebagai nilai atau harga dari seluruh hari kerja 12 jam yang demikian termasuk 6 jam yang belum dibayar. Bentuk upah sehingga mengaburkan setiap jejak pembagian hari kerja menjadi tenaga kerja perlu dan kerja surplus, menjadi tenaga kerja dibayar dan kerja yang tidak dibayar. Semua tenaga kerja muncul sebagai modal kerja. Di bawah sistem feodal itu berbeda. Ada tenaga kerja dari budak adalah untuk dirinya sendiri, dan tenaga kerja wajib nya untuk tuan tanah tersebut dibatasi sangat jelas baik dalam ruang dan waktu. Tenaga kerja budak, bahkan bagian dari hari kerja di mana budak hanya mengganti nilai sarana sendiri secara subsisten, di mana ia itu benar-benar bekerja untuk dirinya sendiri, muncul sebagai tenaga kerja untuk majikan. Semua tenaga kerja itu muncul sebagai buruh yang dibayar. Dalam upah buruh, sebaliknya, setiap kerja surplus atau kerja yang tidak dibayar muncul sebagai modal. Dalam satu kasus, hubungan property dengan menyembunyikan tenaga kerja budak untuk dirinya sendiri; dalam kasus lain menyembunyikan uang-hubungan kerja tidak terkompensasi dari buruh-upah. Semua gagasan keadilan yang diselenggarakan oleh pekerja dan kapitalis, semua mystifikasi dari modus produksi kapitalis, semua ilusi kapitalis tentang kebebasan, semua trik apologetik ekonomi vulgar, telah dijadikan sebagai dasar bentuk penampilan mereka yang dibahas di atas, yang membuat hubungan yang sebenarnya tak terlihat, dan memang menyajikan sesuatu yang berlawanan dengan keadaan yang seharusnya

    Capital, Vol. 1, Part D: Asal usul Kapitalisme
    Akumulasi Primitif
    Secara teknis, semua langkah ekonomi dan teoritis utama Modallebih atau kurang lengkap, dan kita sekarang bisa mengalihkan perhatian kita untuk langkah-langkah historis. Sejalan dengan hal ini, Marx mengalihkan perhatian kepada peristiwa sejarah yang mengarah pada pembangunan kapitalis, dan salah satu masalah pertama yang ia lihat adalah proses yang disebut merupakan salah satu kunci konsep Marx yang dikemukakan dalam bagian ini 'akumulasi primitif.', dan untuk memahami asal-usul, kita perlu melihat lebih dekat.
    Pembahasan Marx tentang akumulasi primitif terjadi relatif terlambat dalam pengobatan secara keseluruhan dari proses perkembangan kapitalis, hampir menjelang akhir pekerjaan. Namun demikian, itu adalah konsep kunci dalam diskusi Marx tentang sejarah hubungan sosial kapitalis. Untuk mengulang sekali lagi, Marx ingin mengekspos link internal yang mendasari hubungan-hubungan sosial kapitalis dan untuk melakukannya dia harus melihat mekanisme yang mendasari pembangunan. Dalam arti yang sangat penting, akumulasi primitif adalah 'asli' acara menimbulkan kapitalisme, dan Marx menyebutnya sama ekonomi dari dosa asal. Cukup lain, akumulasi primitif adalah nama yang diberikan Marx kepada proses di mana alat-alat produksi menjadi milik pribadi dari satu kelas sekelompok orang dan menciptakan 'pemiskinan dari produsen langsung.
    Untuk menjelaskan hal ini, Marx mulai dengan menggambar pada legenda populer yang menjelaskan adanya dua kelompok yang berbeda dalam masyarakat, yang kaya dan yang miskin . Kebanyakan orang percaya, menurut Marx, bahwa orang kaya yang rajin, serta disiplin dan hemat, sedangkan miskin orang yang malas, boros dan tidak disiplin. Mitos ini menceritakan bagaimana umat manusia datang untuk diberkati dengan kekayaan atau dihukum atas kemiskinannya. "Dan terjadilah bahwa kelompok pertama akumulasi kekayaannya, sampai ketika tidak ada lagi yang dimilikinya terakhir untuk menjual buruh mereka. Tetapi, dalam kenyataannya, kebenaran adalah sebaliknya. Kemiskinan dari sebagian besar adalah kisah dari 'paksaan, pengambilalihan dan perampokan.
    Sebelumnya, kita menyatakan bahwa Marx percaya bahwa uang dan komoditas sendiri tidak membuat kapitalisme. Kapitalisme hanya datang menjadi sesuatu yang ada, pikirnya, sebagai konsekuensi dari sebuah jaringan hubungan sosial. Akumulasi primitif kemudian merupakan konsep yang digunakan oleh Marx untuk memahami kekuatan koersif di tempat kerja membawanya tentang masyarakat kapitalis. Sejauh ini, Marx telah menunjukkan bahwa kapitalisme terbaik dapat dipahami sebagai hal yang datang bersama-sama dari dua macam kepemilikan sebuah komoditas, di satu sisi, pemilik alat-alat produksi, dan di sisi lain, mereka yang komoditas adalah tenaga kerja mereka. Kunci untuk memahami akumulasi primitif adalah konsep kerja gratis ', dan jadi kita melihat secara singkat, sekali lagi, saat ini istilah penting.
    Bagi Marx, 'pekerja lepas’ adalah titik fokus pembangunan ibukota dalam beberapa hal. Pertama, untuk pembebasan buruh harus dibebaskan dari alat-alat produksi dan dengan demikian dipisahkan dari hal itu. Kedua, munculnya buruh lepas merupakan pembentukan kelas yang bekerja, memiliki apa-apa untuk menjual tetapi tenaga kerja mereka, mempekerjakannya dengan imbalan upah. Jadi 'pekerja lepas' hanya dapat datang dengan adanya pembubaran feodalisme dan perhambaan. Sebelumnya, dalam masyarakat feodal produsen langsung dihubungkan dengan alat-alat produksi sebagai hak alami dan hak produsen ini dilengkapi dengan penghidupan. Konsep 'buruh lepas,' maka, merupakan momen dalam perkembangan sejarah ketika produsen langsung terpisah dari alat produksi dan muncul sebagai penjual tenaga kerja - gratis untuk membuang komoditi nya karena ia melihat kecocokan. Agar hal ini terjadi, Marx beralasan, pembatasan feodal lama dan peraturan serikat pekerja tentang pekerja individu harus terabaikan. Pada saat yang sama, hak-hak hukum pekerja tentang bagaimana tenaga kerja ini merupakan hal yang terabaikan harus ditetapkan.
    Akumulasi primitif, oleh karena itu, menggambarkan gerakan historis yang mengubah produsen langsung dari masyarakat feodal ke dalam buruh upah pada masyarakat kapitalis, dan ini terjadi, Marx menyatakan, segera setelah emansipasi dari perhambaan berlaku. Bururuh lepas dari baru dibentuk oleh pemilik tunggal tenaga kerjanya - hanya dapat bebas untuk menjual tenaga kerja mereka setelah mereka dipisahkan dari alat-alat produksi, dan justru saat ini Marx berusaha untuk menjelaskan dengan konsep dari 'akumulasi primitif. "
    Buruh lepas terjadi dalam transisi dari feodalisme ke kapitalisme. Dalam hal ini, kapitalisme dimulai ketika dua jenis yang sangat berbeda pemilik komoditas bertemu di pasar, baik dari mereka dibebani dengan pembatasan feodal. Kunci untuk memahami akumulasi primitif terletak pada penggunaan tanah garapan dalam masyarakat feodal. Dalam masyarakat feodal, semua tanah berada di bawah kekuasaan raja, yang benar itu adalah untuk mempersembahkan tanah untuk aristokrasi dalam pertukaran bagi pelayanan militer dan penghormatan dalam bentuk kewajiban. Dalam sistem seperti itu, tidak ada yang memiliki tanah sebagai milik pribadi. Sebaliknya, hubungan kewajiban raja, tuan dan petani, dengan tidak ada yang memiliki tanah langsung. Petani menikmati hak-hak untuk menggunakan tanah umum dan untuk menghasilkan mata pencaharian bagi kehidupan mereka. Sebagai gantinya, mereka berkewajiban untuk melakukan jasa buruh gratis atau menyediakan pertukaran dalam bentuk. Poin yang akan disorot di sini adalah bahwa dalam masyarakat feodal alat-alat produksi membentuk bagian dari budak atas apa yang dilakukannya dan bagaimana kehidupan perbudakan.
    Sebaliknya, buruh lepas dari kapitalisme dipisahkan dari alat-alat produksi, dan ini merupakan prasyarat fundamental dari perkembangan kapitalis.
    Begitu produksi kapitalis berdiri pada kakinya, tidak hanya menjaga pemisahan antara pekerja dan alat-alat produksi tetapi mereproduksi dalam skala yang terus-menerus dapat diperluas. Proses yang menciptakan hubungan kapitalis didapat tidak lain daripada proses yang memisahka pekerja dari kepemilikan atas kondisi kerja mereka sendiri. . . . Ini adalah proses yang mengoperasikan dua transformasi sekaligus, dimana sarana sosial subsistensi diubah menjadi modal dan produsen langsung diubah menjadi buruh upah. [Jadi,] akumulasi primitif tidak lain daripada proses sejarah dalam memisahkan produsen dari alat-alat produksi. Ini muncul sebagai primitif karena bentuk sejarah pra-modal dan mode produksi sesuai dengan kapitalisme


    The Tahapan Akumulasi Primitif
    Sejauh ini, kami telah melihat bahwa akumulasi primitif Marx adalah istilah yang digunakan untuk menentukan proses di mana alat-alat produksi menjadi milik tunggal satu kelas saja. Dia percaya bahwa proses akumulasi primitif berlangsung dalam dua tahap sejarah yang berbeda atau zaman. Yang pertama tahap ini ditandai dengan menyita buruh tani dari tanah garapannya. Tahap ini dimulai pada sepertiga terakhir pada abad ke lima belas ketika populasi besar petani penggarap 'terpaksa' terlempar dari tanah oleh penggusuran dan penyitaan tanah karena pertanian menjadi lebih berharga dan kemudian 'dikuasai' oleh pemilik tanah. Tahap pertama dari proses menyebabkan pembubaran seluruh cara hidup - hilangnya kota-kota, paroki dan penggunaan tanah umum sebagai sarana memproduksi penghidupan. Marx berpendapat bahwa periode ini menandai awal pengalihan alat-alat produksi ke tangan kelas dominan. Tahap kedua dari akumulasi primitif, secara resmi disebut oleh Marx proletarianisasi kelas petani feodal, ditandai dengan pengalihan hukum tanah feodal ke tangan swasta dengan penyitaan langsung. Ini terjadi 'tanpa sedikitpun memperhatikan etika hukum. Pengalihan tanah feodal ke tangan swasta berupa RUU dari Lampiran yang dikeluarkan budak dari tanah. Pada pertengahan abad kesembilan belas, hal ini telah menciptakan pekerja industri, buruh bebas dari kapitalisme, yang telah lepas hubungannya dengan alat-alat produksi. Pada abad kesembilan belas buruh lepas - bebas dalam arti yang dibebaskan dari hubungannya langsung ke tanah - telah sepenuhnya terbentuk, sehingga tidak ada bukti telah diciptakan secara paksa dari petani penggarap dari zaman dulu
    Kerjasama dan ritus Divisi Tenaga Kerja
    Selanjutnya, Marx terfokus pada pengembangan industri pabrik dan penciptaan pabrik sebagai pusat produksi kapitalis dan mata pencaharian. Hal ini dikandung dari dampak pada pekerja industri pabrik sebagai dasarnya terjadi sepanjang tiga peluasan aktivitas dan perubahan. Masing-masing melibatkan perubahan-perubahan substansial dalam cara kerja dilakukan dan dibahas dalam tiga kategori yang terpisah: (i) kerjasama dan industri dalam skala besar, (ii) pembagian kerja dan manufaktur, (iii) mesin dan industri skala besar. Mari kita mulai dengan melihat pada bentuk koperasi.
    Tempat awal 'kerjasama dan industri skala besar, Marx menulis, adalah merupakan perakitan sejumlah besar pekerja di pabrik. Agar hal ini terjadi, sejumlah besar pekerja dibawa bersama-sama dalam satu tempat untuk tujuan produksi. Langkah ini mengandaikan penurunan perdagangan serikat yang sebelumnya dibatasi penyatuan kerajinan dan perdagangan di bawah satu atap untuk melindungi pertahanan mereka atas profesi. Produksi kapitalis kemudian dimulai oleh banyak pekerja bersatu dan banyak perdagangan di bawah komando satu kapitalis. Ketertarikan Marx adalah untuk fokus pada 'efek gabungan dari tenaga kerja. "
    Marx mengamati tiga efek perluasan kerjasama gabungan. Pertama, dia menunjukkan bahwa efek gabungan tenaga kerja tidak bisa diproduksi oleh pekerja yang terisolasi dan sehingga ia beralasan bahwa dampak gabungan akan menciptakan suatu bentuk kerjasama yang dapat meningkatkan kekuatan produktif individu. Hal ini menempatkan untuk bekerja dari sejumlah pekerja sehingga menghasilkan efek gabungan dan, karena itu, hasil keuntungan kuantitatif dari tindakan kualitatif. Tapi apa sebenarnya itu? Marx percaya bahwa kerjasama gabungan akan menciptakan efek kualitatif dalam bahwa konsentrat alat-alat produksi di satu tempat. Keuntungannya adalah untuk kaum kapitalis, karena nilai total tenaga kerja lebih besar dari jumlah total gaji kapitalis dalam membayar pekerja. Marx kemudian menunjukkan bahwa kerjasama antara pekerja menimbulkan apa yang disebut 'sistem interkoneksi "yang muncul antara buruh secara individu. Sistem ini bukan rencana pekerja sebagai kelompok maupun rencana seorang pekerja individu, melainkan diciptakan oleh kapitalis. Dalam hal ini, interkoneksi mereka menghadapkan mereka pada dua cara: (i) sistem tidak melayani pekerja sebagai individu, karena aktivitas mereka sebagian besar diperuntukan untuk kapitalis yang membawa mereka bersama-sama, dan (ii) apa yang mereka lakukan bersama adalah bukan merupakan hasil dari rencana mereka sendiri, karena penyatuan mereka menjadi satu kesatuan bukanlah sesuatu yang mereka memahami - ini berada di luar kompetensi mereka.

    Divisi Tenaga Kerja: Kerjasama Sederhana dan Kompleks
    Marx pindah ke melihat proses pembagian kerja. Dia percaya bahwa pembagian kerja dan bentuk kerjasama yang mengandaikan pertemuan pertama dan terutama dalam pembuatan klasik. Pembagian kerja, dia menyatakan, dikembangkan selama periode dari abad kesembilan belas dengan perkembangan dan kemajuan pabrik dan industri. Menurut Marx, pembagian kerja mengarah ke semacam tertentu kerjasama yang disebut 'kerjasama yang kompleks.
    Begitu pembagian tugas yang ekstensif kerja terjadi, ada perubahan penting dari manufaktur yang berbasis pada kerjasama sederhana untuk kerjasama kompleks. Tapi apa tepatnya maksud Marx dengan istilah sederhana dan kompleks?
    Menurut Marx, kerjasama kompleks terjadi ketika keterampilan sebelumnya tertanam dalam pekerja menjadi fungsi dari proses pembagian kerja itu sendiri. Sebelumnya, serikat telah membatasi pembagian kerja dalam rangka menjaga integritas perdagangan yang berbeda dan kerajinan. Tapi begitu perdagangan ini digabungkan dalam satu atap, keterampilan kualitatif sebelumnya dimiliki oleh pekerja menjadi milik gabungan pada pembagian kerja - dan pekerja ini merampas keterampilan mereka. Sebagai contoh, Marx menarik dari perdagangan pembantaian. Dia mengatakan bahwa dahulu perdagangan ini melibatkan berbagai kerajinan dan keterampilan: pelatih bekerja, bekerja enamel, pekerjaan pembantaian, upholstery dan tukang roda. Sebelum produksi kapitalis, masing-masing operasi ini adalah perdagangan khusus diatur oleh serikat pekerja untuk mempertahankan pemisahan mereka dari satu sama lain. Begitu pembagian kerja dibentuk. Namun, pembuat kereta menjadi 'eksklusif sibuk dengan membuat kereta. Akibatnya, perdagangan individu segera kehilangan keahlian khusus mereka dan ini memusatkan kegiatan gabungan mereka secara eksklusif dalam membuat kereta. Marx menulis: 'pada awalnya, pembuatan kereta muncul sebagai kombinasi dari berbagai kerajinan independen dan perdagangan. Tapi secara bertahap mulai melibatkan produksi kereta ke berbagai operasi dan terperinci dan setiap operasi tunggal mengkristal ke dalam fungsi eksklusif seorang pekerja tertentu, pembuatan secara keseluruhan yang dilakukan oleh para pekerja ini dipisahkan dalam hubungannya.
    Marx kemudian melanjutkan untuk membuat perbedaan antara kerjasama sederhana dan kompleks lebih eksplisit. Kerjasama sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu situasi produksi di mana satu kapitalis mempekerjakan sejumlah pengrajin yang semuanya melakukan pekerjaan yang sama, misalnya, membuat kereta. Setiap pengrajin membuat seluruh komoditi dari awal sampai akhir dan melakukan serangkaian operasi yang diperlukan untuk menghasilkan komoditi keseluruhan. Kerjasama Kompleks, di sisi lain, terjadi ketika setiap individu melakukan operasi yang terputus dan terisolasi dari satu sama lain dan dijalankan berdampingan. Setiap operasi diberikan pengrajin terpisah dan komoditas yang dihasilkan oleh aksi gabungan dari kooperator, namun tidak ada pengrajin individu menghasilkan komoditi sendiri. Dalam hal ini, menurut Marx, komoditi telah pergi dari menjadi produk dari pengrajin individu untuk menjadi produk sosial yang merupakan persatuan pengrajin, masing-masing hanya melakukan satu kegiatan. Perkembangan pembagian kerja memimpin rincian keterampilan kerajinan dan 'penguraian kerajinan ke dalam operasi yang berbeda dan terpisah. Ketenagakerjaan tersebut menjadi berubah menjadi kehidupan 'fungsi parsial panjang.

    Teori Keterasingan
    sejarah Konsep dalam Hegel
    Istilah pemindahtanganan mulai dipakai secar umum selama abad kesembilan belas dan kedua puluh untuk menggambarkan keadaan gangguan dan perubahan yang terjadi dalam sistem hubungan sosial sebagai hasil dari perkembangan masyarakat modern. Itu pertama kali digunakan sebagai konsep filosofis pada paruh terakhir abad kedelapan belas dalam karya George Hegel, salah satu pemikir pertama yang mengembangkan konsep tersebut. Setelah Hegel, Feuerbach dan Marx adalah yang pertama untuk memberikan ekspresi sistematis dengan tema keterasingan, dan itu adalah pekerjaan mereka yang merupakan tempat awal untuk mengedepankan teori keterasingan.
    Pada tahun 1807, Hegel menggunakan ' istilah keterasingan’ dalam sebuah karya berjudul The Phenomenology of Mind dapat merangkum kerangka kerja untuk pengembangan kesadaran manusia. Dalam teori pembangunan, Hegel mengajukan gagasan bahwa manusia pada dasarnya berusaha untuk mewujudkan diri dalam sejarah, sebuah proses dia disebut sebagai kepercayann Hegel, namun 'aktualisasi-diri.', Bahwa orang tidak menyadari diri mereka secara langsung tetapi dalam kenyataan , selalu menghadapi kendala yang bertindak terhadap mereka. Hegel disebut 'oposisi,' hambatan-hambatan ini di mana dunia luar bertindak untuk meniadakan individu dengan 'menutup keluar keberadaan mereka. Hegel mungkin merupakan hal pertama untuk memahami bahwa manusia dapat mengalami sendiri aktivitas mereka sebagai sesuatu kegiatan eksternal kepada mereka, sesuatu yang 'bukan diri', dan ia menggambarkannya pada saat ini dalam pengalaman manusia sebagai keterasingan. Bahkan, Hegel adalah salah satu pemikir pertama untuk menangkap gagasan bahwa individu dapat mengalami diri mereka sebagai sepenuhnya manusia, dan bahwa manusia dapat menjalani kehidupan mereka tanpa pernah benar-benar dikembangkan. Gagasan bahwa 'diri' dapat dialami sebagai sesuatu yang lengkap atau belum sepenuhnya dikembangkan merupakan hal yang sama sekali baru, dan dilengkapi pengalaman modernisme dengan memberikan ekspresi kepada fragmentasi pengalaman manusia yang berhubungan dengan masyarakat modern.

    Teori Keterasingan Agama Feuerbach
    Sebuah kontribusi kedua terhadap teori keterasingan ditemukan dalam karya Ludwig Feuerbach, seorang filsuf Jerman yang adalah seorang kontemporer Marx. Tulisan-tulisan awal Feuerbach yang sangat kritis terhadap agama dan pada tahun 1830, sebagai hasil dari penyerangan terhadap agama Kristen, ia kehilangan akhir universitas. Pada tahun 1841, ia menulis salah satu karya yang paling kontroversial,Esensi Kristen, yang mendapat perhatian penting segera.
    Tulisan Feuerbach merupakan pusat dari teori sentral bagi Marx dalam bebrapa hal-hal kunci. Pertama, Feuerbach memberikan kritik yang menakjubkan dari filsafat Hegel dengan menyatakan bahwa sejauh Hegel percaya di dunia filsafat yang memerintah atas dunia nyata, filsafat teologi digandakan dan dalam pengertian ini tidak lebih dari sebuah agama. Kedua, Feuerbach membentuk hubungan antara filsafat dan agama dengan menyatakan bahwa keduanya merupakan keterasingan manusia bahwa mereka salah dalam mengartikan realitas dan kemanusiaan. Kritik ini memiliki dampak yang sangat besar pada filsafat, karena filsafat Feuerbach menunjukkan bahwa, dalam hal yang berbasis pada keyakinan bukan alasan, merupakan mitologi yang mirip dengan agama. Ketiga, dengan memindahkan hal yang menjauh dari idealisme Hegel, Feuerbach bergerak ke arah materialisme, dan ini menjadi dasar bagi Marx untuk mengkristal pemikiran tentang asal-usul ekonomi keterasingan.
    Dalam Esensi kekristenan Feuerbach telah mengklaim bahwa ia telah tiba pada perspektif filosofis baru pada sebuah penyokongan Hegel. Hal kontroversial tentang karya Feuerbach adalah pernyataannya bahwa filsafat idealis yang tidak lebih dari agama yang menyamar sebagai pemikiran filosofis yang sistematis. Feuerbach mengajukan argumennya secara kuat. Ia mengambil posisi bahwa idealisme Hegel adalah identik dengan teologi karena baik mencari dan percaya pada kebenaran universal yang akhirnya ada di luar alam materi dunia. Ia mengklaim bahwa filsafat, pada kenyataannya, mengikuti jalan perkembangan yang mirip dengan teologi karena kedua saluran dikejar berdasarkan penalaran yang mempertuhankan ide dan konsep, dan akhirnya mengidentifikasi dunia di luar dunia nyata dan menganggap bahwa dunia ini benar-benar menguasai kehidupan sehari-hari. Feuerbach beralasan idealisme yang tidak lebih dari sebuah gerakan filosofis untuk menemukan Tuhan dalam ide dasarnya dengan menempatkan otoritas ontologis dalam akal manusia itu sendiri. Salah satu klaim yang lebih radikal dari karya Feuerbach adalah pandangannya tentang filsafat Hegel, dalam menekankan realitas berpikir abstrak, sama artinya dengan keterasingan karena memisahkan manusia dari keberadaan fisik mereka dengan menyangkal dunia material pengalaman.
    Argumen utama Feuerbach terfokus pada agama, dan pandangannya yang tidak kurang dari sensasional. Dia telah menegaskan bahwa dalam membuat agama, hakekat manusia tanpa disadari merupakan proyek mereka ke sebuah gambar dan, dalam membuat gambar ini ke dalam Allah, mereka menetapkan kualitas untuk itu yang memberikan penjelasan non-manusia. Mereka melakukan hal ini untuk menunjukkan bahwa adanyangambaran yang mampu memenuhi kriteria kesempurnaan. Gambaran ini, Feuerbach berpendapat, menjadi tempat kelahiran aturan dan resep yang pada gilirannya, berpengaruh pada kehidupan manusia dalam bentuk peraturan yang tidak diinginkan dan dalam penyangkalan diri. Feuerbach menyatakan bahwa pengenaan menahan diri merupakan ketinggian keterasingan, karena, dalam membuat agama, manusia hanya mengandalkan pengalaman mereka sendiri bertindak esensi kembali kepada mereka dalam bentuk aturan asing yang mencela mereka karena sifat mereka dan mempersempit paksaan hidup mereka kepada citra kesempurnaan. 'Agama, "tulisnya," adalah disunting manusia dari diri mereka sendiri. Dalam pandangan Feuerbach, agama adalah non-manusia atau anti-manusia.
    Ada konsekuensi filosofis langsung dari kritik agama Feuerbach. Dalam menyatakan bahwa fisik yang benar, Feuerbach dibalikkan Hegel tepat dengan menempatkan penekanan pada bahan asal agama. Dalam menyatakan bahwa agama memiliki basis material, Feuerbach merupakan salah satu yang pertama untuk menunjukkan bahwa agama itu sendiri adalah 'antropologi' sejauh itu menunjukkan perkembangan material manusia dalam hal lapisan akumulasi kepercayaan. Dalam pandangan ini, kepercayaan tidak lagi dalam domain teologi tetapi lebih dipandang sebagai sebuah antropologi. Keberangkatan ini ekstrim oleh Feuerhach dari impuls idealis Hegel dianggap oleh sebagian ahli sebagai upaya untuk menemukan agama di tempat materialis, dan hal ini membuat Marx tertarik untuk mempelajari Feuerbach.

    Penolakan Marx terhadap Feuerbach
    Sementara Marx berpikir bahwa Feuerbach telah mengambil langkah maju dalam menekankan materi di alam ideal, ia percaya bahwa Feuerbach tidak terlibat cukup jauh. Untuk memahami pentingnya keterlibatan Marx, mari kita lihat pada tesis keenam Marx tentang Feuerbach, Ia menyatakan:
    Feuerbach menyelesaikan esensi agama ke dalam hakekat manusia. Namun hakekat manusia bukanlah merupakan [hal] yang abstrak, yang melekat pada individu. Pada kenyataannya itu adalah penyetelan dari hubungan sosial. Feuerbach tidak masuk ke dalam kritik terhadap hakekat yang nyata, dan karena itu terpaksa dilakukan secara abstrak dari pembelajaran sejarah peristiwa, untuk memperbaiki suatu disposisi mental agama, dan untuk menganggap individu manusia yang abstrak. Esensi ini kemudian dapat dipahami sebagai sebuah kebisuan, dan mengikat banyak orang secara alami. Feuerbach tidak melihat hal ituitu, bahwa disposisi mental agama itu sendiri adalah produk sosial dan bahwa individu abstrak yang di analisis kenyataannya termasuk bentuk khusus dari masyarakat.
    Kritik utama Marx tentang Feuerbach adalah pada bidang sosial dan sejarah. Perhatikan penekanan Marx pada pertanyaan abstraksi Feuerbach tentang esensi manusia. Bagi Feuerbach, esensi manusia adalah abstraksi agama yang tidak punya apa-apa yang khusus, baik sosial maupun ekonomi, dan dengan demikian hal itu menjadi signifikan karena, dalam mencari asal-usul bahan agama manusia umumnya bodoh. ', Feuerbach bisa terlibat cukup jauh. Marx percaya bahwa keberadaan manusia hanya dapat dipahami dalam hal produksi ekonomi, sehingga dalam pandangannya Feuerbach kembali ke Hegel dengan menetapkan esensi keagamaan dan filosofis dalam keberadaan manusia. Keterlibatan Marx dari Feuerbach dan Hegel, oleh karena itu, didasarkan pada pernyataannya bahwa keterasingan adalah diperlakukan sebagai konsekuensi nyata pembangunan sosial dan ekonomi. Dalam menyatakan hal ini, Marx mengambil keterasingan di luar bidang pengalaman religius yang abstrak dan meletakkannya tepat dalam pengalaman sosial dan ekonomi

    Teori Marx tentang Keterasingan dan naskah tahun 1844
    Marx menulis Ekonomi dan filosofis Naskah selama musim panas tahun 1844 waktu dia tinggal di Paris. Hanya 26 tahun pada waktu itu, dia sudah memperoleh gelar doktor dan bekerja pada bidang ekonomi. Naskah tidak membuat tampilan mereka sampai ketika mereka pertama kali diterbitkan pada tahun 1932 dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1950. Awalnya, mereka ditulis sebagai segmen yang terpisah dan masing-masing tema naskah berbentuk penelitian. Hanya satu ini, berjudul 'Ketrasingan Perburuhan', berisi diskusi Marx tentang keterasingan.
    Dalam rangka benar-benar memahami teori Marx tentang keterasingan, akan berguna untuk membandingkannya secara singkat dengan hasil karya Hegel. Untuk Hegel, seperti yang kita lihat, konsep pengasingan menuntut penyelidikan ke dalam konsep abstrak dan filosofis kekuatan spiritual seperti kesadaran dan akal. Meskipun Hegel percaya bahwa perjuangan untuk emansipasi diri terjadi antara kesadaran diri dan kekuatan abstrak dari dunia luar, Marx berpikir bahwa perjuangan ini adalah, pada kenyataannya, bertindak keluar di depan ekonomi. Sejauh perhatian Marx, Hegel telah berusaha pada perjuangan antara individu dan dunia luar dalam hal kekuatan abstrak yang ia sebut 'oposisi' dan 'negasi.', Bagi Marx, ini 'oposisi' dan 'negasi' yang material sejauh mereka pahami sebagai realitas ekonomi diwujudkan dalam bentuk kelas-kelas sosial. Untuk Marx, maka, perjuangan untuk realisasi diri adalah perjuangan akan material yang dimainkan pada bagian depan ekonomi dan pergeseran ini nantinya diganti menjadi perjuangan abstrak Hegel dalam pemikiran.
    Marx mengembangkan teori keterasingan untuk menyampaikan dua ide-ide sentral dan dominan. Pertama, ia ingin menyampaikan ide bahwa manusia membentuk masyarakat, dan di beberapa titik masyarakat merupakan perpanjangan yang alami dari sifat mereka dan mereka menjadi – cerminan mereka dan mereka merasa berada didalam rumah. Kedua, Marx ingin menyampaikan gagasan bahwa, sebagai masyarakat modern yang berkembang, manusia mulai merasakan adanya masyarakat yang tidak membuat mereka sendiri dan tidak lagi mencerminkan siapa mereka atau sifat mereka, tetapi nampaknya asing dan dengan demikian berdiri di atas dan terhadap mereka. Gagasan bahwa masyarakat mulai keluar sebagai pelebaran dari umat manusia dan berakhir sebagai sesuatu yang terpisah dan eksternal, adalah merupakan hal yang tepat untuk mencoba menjelaskan apa itu teori keterasingan.

    Teori Marx tentang asal usul manusia. Untuk memahami sepenuhnya teori Marx tentang keterasingan, penting untuk melihat teori alamiah manusia. Dalam banyak tulisannya, Marx menekankan gagasan bahwa manusia mendefinisikan diri mereka dalam alam dan sejarah terutama melalui kegiatan mereka bekerja '. Dia percaya bahwa bekerja sangat penting bagi keberadaan manusia' bahwa hal itu adalah bagian dari mereka berada dan dalam pengertian ini merupakan bagian dari esensi manusia mereka - bagian dari apa yang didefinisikan mereka sebagai manusia. Bekerja, menurut Marx, adalah alat utama di mana manusia menyadari diri mereka di alam dan sejarah. Dalam hal ini, dia mendefinisikan manusia di setidaknya tiga indera tertentu. Pertama, melalui kontrol mengerahkan individu atas alam dan rintangan alam, dan karena itu merasa diri mereka untuk menjadi aktif daripada pasif dalam sejarah. Kedua, bekerja merupakan sumber eksistensi manusia dalam menghasilkan kebutuhan bahan makanan, tempat tinggal dan pakaian. Ketiga, tenaga kerja merupakan bagian dari definisi diri manusia karena melalui hal itu individu mengontrol keadaan mereka dan secara aktif 'merasa dikonfirmasi dalam kegiatan mereka.
    Selain itu, Marx melanjutkan dengan alasan bahwa bekerja melakukan fungsi penghubung dengan menghubungkan keberadaan manusia dalam tiga cara penting. Pertama, menghubungkan mereka dengan alam sejauh mereka adalah bergantung pada alat-alat produksi untuk memenuhi diri dengan memproduksi makanan, tempat tinggal dan pakaian. Dalam hal ini mereka tersambung ke alat-alat produksi dalam hal ekonomi subsisten dan kelangsungan hidup. Kedua, tenaga kerja menghubungkan mereka ke sarana afirmasi diri karena membantu mereka mendapatkan kontrol atas alam dan memfasilitasi kesejahteraan dan eksistensi. Ketiga, menghubungkan mereka ke produk kerja mereka sejauh bahwa produk tersebut memiliki nilai pakai yang langsung digunakan sebagai sarana eksistensi. Keterasingan, menurut Marx, istirahat ini koneksi fundamental manusia harus aspek diri mendefinisikan aktivitas mereka bekerja. Dia melanjutkan untuk mengidentifikasi empat jenis yang berbeda keterasingan: (i) keterasingan dari produk kerja, (ii) keterasingan dari kegiatan produktif, (iii) keterasingan dari spesies manusia, dan (iv) keterasingan dari sesama manusia.

    Keterasingan dari Produk Jenis pertama dari alienasi adalah keterasingan produk. Ini terjadi, Marx mengatakan, ketika manusia menjadi terasing dari hal-hal yang mereka hasilkan. Tapi bagaimana pekerja kehilangan produk mereka? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita secara singkat dapat melihat produksi dalam masyarakat feodal. Dalam masyarakat feodal, apa buruh memproduksi milik mereka secara langsung, dan mereka mengkonsumsi itu untuk memenuhi kebutuhan mendesak mereka ekonomi. Dalam pengertian ini, produk buruh langsung memenuhi kebutuhan materi mereka dan ini menopang kehidupan mereka dan keberadaan. Apa yang memproduksi buruh dalam masyarakat feodal tidak hanya memiliki nilai segera digunakan untuk mereka tapi menegaskan hubungan mereka dengan diri mereka dalam kekuatan mereka sendiri produktif.
    Dalam masyarakat kapitalis situasi ini benar-benar berbeda. Untuk mulai dengan, produksi untuk pertukaran dan apa yang dihasilkan masuk ke dalam alat tukar yang disebut pasar, apa yang dihasilkan tidak dimiliki oleh buruh, karena itu milik kapitalis. Selain itu, karena kepemilikan atas alat-alat produksi yang terkonsentrasi di kelas lain, baik objek tenaga kerja dan tenaga kerja itu sendiri menghadapi pekerja eksternal sebagai hal yang tidak membuat mereka sendiri. Dalam pengertian ini, kehidupan yang pekerja menganugerahkan atas objek menghadapi pekerja sebagai sesuatu yang asing dan bermusuhan. Dengan cara ini, keterasingan produk mengubah hubungan individu pada dunia alam. Pada awalnya Marx percaya bahwa pekerja dihubungkan dengan alam dan dapat menghasilkan apa-apa tanpa itu karena 'itu adalah bahan atas mana tenaga kerja dimanifestasikan. Ikatan dengan alam dinyatakan dalam dua cara: pertama, mereka menerima subsisten dari itu dalam menyediakan sarana dari mata pencaharian tanpa yang manusia tidak bisa hidup. Kedua, mereka menerima diri definisi dari itu dalam hal itu menegaskan kekuasaan mereka melalui produksi. Dalam masyarakat kapitalis, sebaliknya, para pekerja kehilangan koneksi ke alam dalam pengertian bahwa alat-alat produksi tidak lagi milik mereka tetapi milik pribadi. Dengan demikian produk kerja dapat dikatakan untuk berdiri di atas dan terhadap pekerja karena mereka tidak pernah melibatkan alat-alat produksi secara langsung karena dimediasi oleh kepemilikan dan pertukaran. Sebagai alat-alat produksi menjadi milik satu kelas, mereka berdiri di atas dan terhadap para pekerja dan menentang mereka sebagai suatu hal yang asing. Marx beralasan bahwa hilangnya hubungan buruh untuk alat-alat produksi meningkatkan ketergantungan mereka atasnya dalam dua cara: pertama, mereka menerima pekerjaan dari itu, dan kedua, mereka menerima sarana subsistensi fisik, tetapi hanya secara tidak langsung dalam bentuk upah.
    Terakhir, alienasi produk koneksi istirahat bentuk pekerja dalam mengidentifikasi dengan produk produksi mereka. Dalam masyarakat feodal, apa buruh memproduksi menegaskan hubungan mereka harus kekuatan mereka sendiri tenaga kerja produktif karena 'diwujudkan dalam objek atau produk. Ini memberitahu kita bahwa produk kerja selalu 'ringkasan kegiatan produksi dan apa yang dihasilkan merupakan sumber identifikasi diri. Sebagai tukar menjadi hubungan sosial yang dominan, keterasingan menjadi produk terbesar saat pekerja tidak dapat menggunakan produk yang mereka hasilkan.

    Keterasingan dari Produktif Kegiatan Bentuk kedua dari keterasingan dibahas oleh Marx adalah keterasingan dari kegiatan produktif. Dalam jenis ini keterasingan manusia yang menyebabkan mereka kehilangan kontrol atas kapasitas kerja mereka untuk menegaskan mereka sedang dan mendefinisikan keberadaan mereka. Keterasingan dari kegiatan produktif berbeda dari keterasingan produk dan untuk memahami kategori ini semaksimal mungkin kita harus melihat bagaimana Marx menggunakan konsep bagi Marx yang disebut 'hubungan.', Istilah ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara individu dan dunia luar, dan untuk menentukan cara di mana manusia pada dasarnya berhubungan dengan eksistensi dan ke dunia luar melalui kerja mereka. Dimengerti dalam pengertian ini, adalah individu yang terhubung dengan eksistensi dalam dua cara: (i) berhubungan dengan diri mereka sendiri, dan (ii) berkenaan dengan orang lain dan dunia sosial. Dilihat dari sudut pandang ini, setiap relasi dapat dipandang dari dua perspektif yang berbeda: dari hubungannya dengan dirinya sendiri dan dari hubungan eksternal pada dirinya sendiri. Marx melanjutkan untuk menggambarkan keterasingan dari kegiatan produktif dalam cara berikut:
    Apa, yang kemudian, merupakan keteransingan tenaga kerja? Pertama, fakta bahwa tenaga kerja luar yaitu, pekerja, itu bukan miliknya yang penting, yang dalam karyanya, karena itu, ia tidak menegaskan dirinya namun menyangkal dirinya, tidak merasa berisi namun tidak bahagia, tidak mengembangkan secara bebas energi fisik dan mental tetapi mortifies reruntuhan tubuh dan pikirannya. Pekerja hanya merasakan dirinya di luar pekerjaannya, dan dalam karyanya merasa luar dirinya, ia ada di rumah ketika ia tidak bekerja, dan ketika dia bekerja dia tidak di rumah. kerja-Nya oleh karena itu tidak sukarela, tetapi dipaksa, melainkan kerja paksa. Oleh karena itu tidak kepuasan kebutuhan, melainkan hanya sarana untuk memenuhi kebutuhan eksternal untuk itu. karakter asing Its muncul jelas dalam fakta bahwa segera setelah ada paksaan fisik atau lainnya ada, tenaga kerja dihindari seperti wabah. Eksternal kerja, kerja di mana manusia mengasingkan dirinya sendiri, adalah tenaga kerja pengorbanan diri, dari malu. Terakhir, karakter eksternal tenaga kerja untuk pekerja muncul dalam kenyataan bahwa ia tidak sendiri, tapi orang lain, bahwa hal itu bukan miliknya, bahwa di dalamnya ia milik, bukan untuk dirinya sendiri, tetapi yang lain. Akibatnya, oleh karena itu, pekerja tidak lagi merasa dirinya secara bebas aktif dalam tetapi fungsi nya binatang - makan, minum, berprokreasi, atau paling di hunian dan dalam berdandan dan sebagainya; dan dalam fungsi-fungsi manusia, ia tidak lagi merasa dirinya untuk menjadi apa pun, tapi binatang. Apakah binatang menjadi manusia dan apa yang manusia menjadi hewan. Kepastian makan, minum dan berprokreasi, dll, juga fungsi benar-benar manusia. Tapi abstrak diambil, dipisahkan dari lingkup dari semua aktivitas manusia lainnya dan berubah menjadi ujung tunggal dan tertinggi, mereka adalah fungsi hewan.
    Dalam kegiatan produktif bertindak untuk 'menegaskan' hubungan individu untuk diri mereka sendiri, untuk kekuatan produktif dan istirahat yang penting bagi keterasingan mereka, sambungan ke sifat diri – menegaskan  yang bekerja aktivitas di empat cara luas. Pertama, tenaga kerja yang berada diluar pekerja dalam bahwa milik kapitalis daripada milik pekerja yang esensial. Karena berada di luar pekerja dan bukan milik mereka, tidak bisa 'menegaskan' mereka. Karakter eksternal tenaga kerja berarti bahwa para pekerja tidak memiliki tenaga kerja mereka seolah-olah itu adalah milik mereka untuk membuang sebagai apa yang mereka mau, tetapi lebih dimiliki oleh orang lain. Hal ini memiliki dampak ganda: sedangkan tenaga kerja merupakan pekerja yang dimiliki orang lain, pekerja tidak merupakan milik mereka sendiri dan dengan demikian tidak bisa melakukan pembelian dan penjualan tenaga kerja mereka. Ini merupakan tenaga kerja yang memiliki sampai akhirnya kehilangan pekerja, karena tenaga kerja buruh beroperasi secara bebas, sesuai dengan tujuan dan keinginan mereka. Kedua, keterasingan dari kegiatan produktif yang memutar balikkan hubungan individu untuk diri mereka dan kekuatan mereka sendiri. Pekerja 'hanya merasa diri mereka di luar pekerjaan mereka, dan dalam pekerjaan mereka, mereka merasa di luar dirinya. Ketiga, hasil kerja para pekerja tidak berpegang pada kepuasan langsung pemenuhan kebutuhan nya karena apa yang dihasilkan masuk ke dalam media pertukaran. Marx mengatakan hal ini, mengubah aktivitas para pekerja 'menjadi tak lebih dari sarana untuk memenuhi kebutuhan eksternal mereka, sehingga tujuan hidup menjadi satu-satunya yang dapat memenuhi kebutuhan material. Hal ini menjauhkan orang dari kapasitas kerja mereka untuk menentukan mereka yang penting karena, dalam kapitalisme, tenaga kerja dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang mendesak. Dalam keadaan ini, buruh hanya bisa memahami pekerjaan sebagai lompatan dari kebutuhan tenaga kerja dan dengan demikian hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik. Pekerja datang untuk percaya bahwa pemeliharaan eksistensi individu dengan demikian tujuan tunggal dan soliter aktivitas kehidupan mereka. Dalam formula ini, pekerja itu hidup untuk mendapatkan sarana hidup. Keempat, tenaga kerja yang dialami sebagai suatu yang eksternal tidak menegaskan 'pekerja tetapi hanya tenaga kerja untuk pengorbanan diri dan ini' mempermalukan tubuh dan pikiran.
    Marx melanjutkan dengan alasan bahwa keterasingan dari kegiatan produktif membalikkan hubungan individu terhadap fisiknya atau sendiri dan orang nya dalam beberapa cara. Pertama, sementara di masyarakat sebelumnya kegiatan produktif mendefinisikan ruang lingkup tindakan bebas di semua fungsi, dalam kegiatan kapitalisme produktif (tenaga kerja) bebas hanya dalam berbagi pekerja yang sama fungsinya dengan binatang seperti makan, tidur, minum dan berprokreasi, karena hanya fungsi-fungsi ini yang bebas dan tanpa pengawasan. Dalam fungsi-fungsi manusia mereka bekerja, namun, pekerja merasa diri mereka menjadi seperti hewan, karena 'anggapan binatang menjadi manusia dan manusia menjadi hewan. Kedua, meskipun makan, minum dan berprokreasi jelas merupakan fungsi manusia, mereka menjadi terbatas pada domain fungsi binatang setelah mereka telah dipisahkan dari 'bidang aktivitas manusia. Ketiga, karena manusia didefinisikan melalui kegiatan produktif mereka, keterasingan hubungan antara pekerja dan kekuatan diri mereka telah terdefinisi. Karena kegiatan produktif tidak lagi dimiliki oleh para pekerja, pada hubungan untuk mendefinisikan diri dan kekuatan mereka adalah merupakan hal yang terbalik: 'kegiatan menjadi penderitaan; kekuatan menjadi kelemahan; tindakan menjadi emaskulasi' dan dalam keadaan ini para pekerja tidak bisa lagi bergantung pada aktivitas mereka sendiri untuk kehidupan mereka. Marx percaya bahwa pemindahtanganan kegiatan produktif istirahat koneksi paling penting – untuk penyambungan aktif manusia harus sendiri.

    Keterasingan dari Spesies Tipe ketiga keterasingan dibahas oleh Marx adalah keterasingan dari spesies manusia. Dalam keterasingan spesies, Marx berpendapat bahwa manusia akan terasing dari spesies mereka sendiri. Dalam rangka harus menjelaskan tentang maksud Marx, kategori keterasingan ini memerlukan beberapa penjelasan lebih lanjut. Marx pada dasarnya percaya bahwa manusia hidup dalam hubungan aktif dengan dunia alam dan dalam pengertian ini memiliki karakteristik tertentu yang menandai mereka dari spesies lain. Dia berpikir bahwa kualitas utama yang memisahkan manusia dari dunia hewan adalah apa yang ia sebut sebagai kesadaran - kemampuan untuk mengambil diri kepada hakekatnya dan kesadaran diri. Sebaliknya, Marx berpikir bahwa binatang hanya memiliki fisik, tetapi tidak memiliki kesadaran; sehingga aktivitas kehidupan mereka secara kualitatif berbeda dari aktivitas kehidupan manusia. Keterasingan spesies akan merusak sehingga umat manusia harus sadar bahwa mereka berada di dua hal mendasar. Pertama, karena ternyata bekerja menjadi sebuah tindakan fisik, mencabut apa yang telah diberikan alam pada manusia atas kehidupan binatang, sehingga mengubah kesadaran secara fisik. Kedua, dengan mengubah kesadaran yang menjadi fisik sedang, itu membuat tenaga manusia seperti tenaga kerja hewan. Dalam bentuk keterasingan, sifat manusia berbalik melawan dirinya dalam bahwa manusia menjadi makhluk yang bersumber pada aktivitas fisik.
    Marx menyatakan bahwa hubungan individu dengan alam berbeda dari hewan dalam beberapa hal. Pertama, binatang hidup langsung dari alam dan dengan demikian tidak harus menciptakan nilai yang akan digunakan oleh produksi. Makhluk biasa, di sisi lain, 'mempersiapkan alam dan membuatnya enak dan gampang dicerna' dan dalam pengertian tenaga kerja di atasnya untuk bekerja itu. Kedua, manusia adalah spesies yang berbeda dari hewan karena mereka telah sadar, dengan apa yang mereka cerminkan atas diri mereka sendiri, kehidupan mereka dan kekuatan mereka sendiri. Ketiga, hewan memproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan langsung fisik mereka, sedangkan manusia menciptakan suatu dunia objektif oleh tindakan sosial mereka sendiri. Dalam hal ini, mereka bekerja secara alamiah dan berujung secara anorganik dengan memproduksi lembaga-lembaga sosial dari berbagai macam - dan melalui ini mereka menciptakan sejarah sosial yang membuat mereka bertahan sebagai suatu spesies. Dalam memproduksi dengan cara ini, manusia menyatakan diri sebagai suatu spesies karena objek kerja mereka adalah 'objektifikasi' spesies manusia, 'karena mereka menggandakan sendiri tidak hanya dalam kesadaran, namun sebenarnya dalam kenyataan.
    Marx percaya bahwa spesies keterasingan mengubah hubungan individu untuk spesies nya dalam dua cara-cara tertentu. Pertama, ternyata alam spesies menjadi berarti dalam kehidupan individu karena hal itu menjauhkan kehidupan spesies dari kehidupan individu, dan dalam melakukan hal ini dan itu membuat hidup perorangan yang abstrak dari kehidupan 'spesies. Dengan istilah abstraksi, Marx mengacu pada tahapan di mana hubungan individu untuk dirinya sendiri dan dunia luar menjadi tidak jelas dan yang tak dapat dipahami. Kedua, dalam pengasingan tenaga kerja dari spesies, hubungan individu untuk spesies nya atau 'keunikan dibalik, karena manusia yang bekerja tidak lagi melakukan tindakan untuk menegaskan aktivitas kehidupan sadar namun hanya bertindak sebagai sarana eksistensi - sehingga' hidup itu muncul dengan sendirinya bukan sebagai penegasan dan kekuasaan tapi hanya sebagai sarana. Hal ini terbukti dalam kapitalisme yang menurut Marx, membalikkan keuntungan spesies melalui transformasi kehidupan sadar manusia ke dalam keberadaan fisik semata.

    Keterasingan dari Sesama Manusia Keempat jenis keterasingan dibahas oleh Marx merupakan keterasingan dari sesama manusia dari komunitas sosial manusia. Hal ini terjadi, dia beralasan, ketika satu-satunya tujuan hidup adalah kompetisi dan semua hubungan sosial berubah menjadi hubungan ekonomi. Ada dua pengertian penting tentang keterasingan dari sesama manusia yang terjadi. Pertama, sejauh kapitalisme memaksa individu untuk menjadi terisolasi dari satu sama lain dan untuk mengejar kepentingan pribadi mereka demi keuntungan pribadi, mereka masuk ke dalam kompetisi satu sama lain. Sedangkan pada satu waktu individu pada dasarnya makhluk kolektif, mereka menjadi makhluk individu. Kedua, keterasingan manusia dari manusia sesama mereka terjadi dikarenakan masyarakat membuat kelas lain pewaris tunggal dari produk kerja mereka.
    Sebagai manusia yang terasing dari produk mereka, kegiatan produktif dan spesies mereka sendiri, begitu juga mereka terasing dari hubungan mereka dengan sesama manusia. Dalam pandangan Marx, hal ini kategori keterasingan istirahat hubungan sosial yang harus manusia satu sama lain sebagai bagian dari komunitas sosial manusia. Ada dua cara prinsip di mana ini telah terjadi. Pertama, sejauh sebagai individu yang terisolasi satu sama lain oleh kompetisi, mereka dibuat menjadi makhluk individu di mana mereka pernah makhluk kolektif. Seperti persaingan menjadi norma universal, sehingga individu menemukan diri mereka sendirian di masyarakat. Kedua, keterasingan dari sesama manusia terjadi sebagai masyarakat membuat kelas lain pewaris tunggal dari produk kerja mereka. Marx menunjukkan bahwa selama periode sebelumnya, produk kerja individu sekali untuk 'dewa', dan tujuan utama produksi harus telah berada di pelayanan dewa (kuil, piramida, dll Dalam masyarakat kapitalis hasil kerja melakukan bukan milik pekerja, tetapi untuk satu kelas, yang mampu mewujudkan dirinya dalam sejarah karena telah menjadi penerima tunggal dari produk tenaga kerja.

    Obyektifikasi dan Keterasingan. Dalam pembahasannya keterasingan, Marx menarik perbedaan antara hasil akhir dari keterasingan dan sebuah proses. Dia menyatakan bahwa: 'realisasi tenaga kerja adalah objektivikasi.'. Proses objektifikasi bisa diklarifikasi jika kita melihat keterasingan sekali lagi, jika alienasi dapat digambarkan sebagai hilangnya kemampuan pekerja untuk mewujudkan diri, objektifikasi adalah realisasi tenaga kerja yang mengacu pada kapasitas manusia positif dalam 'menduplikat' diri di dunia yang mereka ciptakan. Ini duplikasi dalam masyarakat melalui tenaga kerja merupakan realisasi dari tujuan manusia. Melalui hal ini bahwa manusia bisa 'merenungkan' sendiri 'di dunia yang mereka buat. Dengan menghasilkan sesuatu, seseorang harus menjadi objek bagi orang lain dalam struktur hubungan sosial. Dalam pengertian ini, nilai kerja berada pada kemampuan subyek untuk menghasilkan nilai guna bagi orang lain dan, dalam hal ini, pastikan sendiri. Apa yang penting adalah bahwa hubungan sosial antara individu - antara manusia - bukan benda atau komoditas. Bagi Marx, maka, objektifikasi diperlukan jika individu mampu memanusiakan alam, untuk mengubahnya menjadi ungkapan yang memiliki kualitas manusia. Dalam hal ini, objektifikasi tidak sama dengan keterasingan bahwa hal itu adalah merupakan realisasi positif dari aktivitas bekerja. Dengan membuat perbedaan antara keterasingan dan objektivikasi, Marx telah memahami karakter sejarah tenaga kerja dan berpendapat bahwa akhir keterasingan akan membebaskan spesies dengan rehumanizing tenaga kerja. Bagi Marx, kebenaran adalah 'objek tenaga kerja merupakan objektifikasi buruh hidup spesies' Oleh karena itu, dalam 'Membuang jauh objek produksi mereka,' keterasingan tenaga kerja merupakan 'air mata manusia dari kehidupan spesies mereka’.

    Tulisan-tulisan Politik Marx
    Sejarah Pandangan Marx tentang Negara
    Marx menjadi tertarik pada teori politik setelah pindah ke Dresden pada tahun 1842. Selama tinggal di sana, ia mulai mempelajari kondisi revolusi politik di Perancis dan Inggris, dan ini membuatnya masuk dalam arah filsafat politik. Akibatnya, ia mulai membaca karya-karya pemikir politik seperti Rousseau, Tocqueville, Hegel dan Machiavelli dan, sebagai akibatnya, minat dalam demokrasi dan fungsi Negara menjadi meningkat. Dalam tulisan awal berjudul Critique of Hegel's Philosophy of Right diterbitkan pada tahun 1843, Marx melakukan revisi kritis terhadap filsafat politik Hegel, dan ini menyebabkan salah satu diskusi pertama Marx tentang sistematis negara. Kemudian, dalam sebuah karya berjudul 'Pada Pertanyaan Yahudi "yang diterbitkan dalam tahun yang sama, Marx melihat hubungan antara masyarakat sipil dan perkembangan negara modern. Delapan tahun kemudian, pada tahun 1851, Marx melakukan penelitian tentang sejarah negara dalam pekerjaan yang disebut Brumaire delapanbelas Louis Bonaparte, yang berfokus pada pemberontakan pada tahun 1848 di Perancis dan kebangkitan Louis Bonaparte. Akhirnya, dalam Perang Sipil di Perancis, ditulis dalam tahun l871, Marx fokus pada perkembangan politik negara Perancis.
    Meskipun tulisan-tulisan politik Marx tidak membentuk satu baris argumen atau mengembangkan teori yang berhbungan dengan negara politik, mereka merupakan seperangkat prinsip-prinsip fundamental yang membingkai pembicaraan tentang pembentukan negara dan sifat kegiatan negara. Konsisten dengan pandangan ini, setidaknya ada empat proposisi utama yang membentuk dasar dari teori Marx tentang negara. Yang pertama adalah pernyataan bahwa negara memiliki bahan asal dan karena itu, tidak terlepas dari struktur ekonomi masyarakat. Dalam hal ini, Marx berpikir bahwa negara muncul dari hubungan produktif masyarakat dan karenanya mempunyai asal-usul dalam kegiatan ekonomi. Kedua, Marx menegaskan bahwa negara modern berkembang hanya dalam kondisi historis tertentu yang timbul dalam kekuatan produktif masyarakat, dan di bawah keadaan ini adalah sejarah dan sosial di alam. Ketiga, Marx menegaskan bahwa negara mencerminkan struktur kelas yang berlaku dalam masyarakat dan dengan demikian bertindak sebagai alat ukur dari kelas yang dominan. Dalam hal ini, Marx percaya fungsi politik negara berasal dari basis ekonomi yang mendasar dan hubungan produktif, yang berarti bahwa kepentingan negara selalu bertepatan dengan kepentingan kelas dominan. Keempat adalah pernyataan dari Marx bahwa penampilan negara dalam masyarakat secara historis tergantung pada pengembangan apa yang disebut 'masyarakat sipil. "

    Pandangan Hegel terhadap Negara
    Seperti begitu banyak tulisan awal Marx, teori negara terbaik dapat dipahami dengan melihat diskusi Hegel tentang lembaga politik masyarakat. Hegel telah menulis sebuah karya penting dalam sejarah perkembangan negara, yang berjudul Philosophy of Right, yang diterbitkan pada tahun 1821. Pandangan Hegel selanjutnya membentuk sketsa filosofis yang hamper lengkap dari struktur politik masyarakat, dan ia mendirikan pandangan ini pada konsepsi idealis dari, fungsi asal-usul dan kegiatan negara.
    Perspektif terbaik Hegel dapat diatur dalam serangkaian lima asumsi. Pertama dan terpenting, Hegel menganggap bahwa negara adalah perwujudan dari apa yang disebut ' tindakan yang benar. "Dengan istilah' benar, 'berarti Hegel bermaksud seluruh aturan dan norma etika yang membimbing aksi manusia terhadap apa yang secara etis baik pada jiwa manusia. Hegel berpendapat bahwa ungkapan 'tindakan yang benar' tak lebih dari manifestasi akan etis 'manusia dalam sejarah. Keinginan yang etis (sesuai) ini, bersikeras Hegel, mencapai titik tertinggi pada pembangunan di bidang politik masyarakat, yang bersangkutan itu sendiri dengan fungsi etika dan aturan perilaku yang membimbing tindakan manusia di sepanjang jalan tentang apa politik yang baik. Dalam pandangan ini, semua konvensi negara dapat dilihat tak lebih dari manifestasi akan etis 'manusia yang terkandung di negara sendiri. Kecenderungan ini untuk melihat negara sebagai bentuk akan etis menyebabkan Hegel untuk mengambil posisi bahwa negara terlibat dalam rangka menjaga hubungan etis antara berbagai bidang masyarakat.
    Kedua, Hegel menganggap bahwa sementara fungsi negara melayani tujuan menengahi berbagai bidang sosial masyarakat, dunia politik negara benar-benar terpisah dari alam sipil dari pertukaran ekonomi dan ekonomi, yang cenderung untuk merujuk dalam hal partikularistik kepentingan. Dengan cara ini negara melayani apa Hegel disebut 'mediasi' fungsi dalam menjaga keharmonisan etika, antara lingkup kepentingan publik di satu sisi dan bidang kepentingan pribadi di sisi lain. Ketiga, Hegel berasumsi bahwa karena negara merupakan ekspresi manusia akan etika, ' hal itu harus mewakili kepentingan umum masyarakat dan, melalui proses historis dan dialektis, pastikan bahwa' kepentingan universal 'selalu menang atas kepentingan tertentu dari setiap satu individu atau kelompok.
    Keempat, Hegel berpikir bahwa kegiatan negara adalah terpisah dari kegiatan masyarakat sipil. Kegiatan bidang politik masyarakat, menurut Hegel, dikejar berakhir dengan mencerminkan kepentingan seluruh masyarakat 'umum'  dan dengan demikian universal di alam. Tindakan di bidang sipil, di sisi lain, mengejar tujuan yang mencerminkan  kepentingan 'khusus' dan hak pribadi individu dan kelompok, dan dengan demikian 'partikularistik' di alam. Dalam pandangan ini, tindakan etika tertinggi mencapai tahapan pembangunan di bidang politik masyarakat ketika pemegang kantor latihan kepentingan umum atas nama masyarakat etis dan kepentingan universal. Jadi bidang politik, untuk Hegel, merupakan hal identik yang sama dengan etika kehidupan. Kelima, Hegel menegaskan bahwa dikarenakan negara akan muncul dari etika keinginan manusia, yang tidak memiliki karakter sosial atau sejarah tetapi lebih kepada manifestasi dari 'etis ide' didewakan dalam struktur politik masyarakat dan, dalam pengertian ini, merupakan keabadian historikal .

    Marx dan Asal materialis dari Negara: Dasar dan suprastruktur
    Pada 1843, Marx telah melakukan revisi kritis terhadap teori Hegel tentang negara dalam dua karya awal berjudul Critique of Hegel's Philosophy of Right dan 'Pada Pertanyaan Yahudi. "Tapi itu tidak sampai Ideologi Jerman yang Marx mulai menetapkan beberapa historis dan materialis prinsip-prinsip pembangunan negara. Marx mulai membangun fokus sejarah tentang negara dengan menolak pandangan Hegel bahwa negara adalah perwujudan dari ide-ide etika. Dia berpikir bahwa abstraksi sentral dalam karya Hegel membuatnya tampak seolah-olah lembaga-lembaga politik merupakan sesuatu yang 'ditentukan oleh pihak ketiga, bukannya ditentukan sendiri.
    Marx membalas konsepsi idealis Hegel tentang negara dalam dua cara yang luas. Pertama, sedangkan Hegel telah cenderung menyangkal karakter sosial dan sejarah negara, Marx mampu menunjukkan bahwa negara, pada kenyataannya, memiliki asal sejarah dengan menghubungkan pengembangan untuk produksi ekonomi dan hubungan produktif. Dengan cara ini, Marx mampu menunjukkan asal-usul material dari struktur politik masyarakat. Kedua, berbeda dengan Hegel, yang percaya bahwa negara adalah abadi dan ada untuk selama-lamanya, Marx menunjukkan bahwa negara hanya muncul pada tahapan tertentu pada perkembangan sejarah dalam kekuatan produktif masyarakat. Dengan demikian, Marx mampu menunjukkan bahwa negara muncul pada tahap tertentu dalam hubungan produktif ketimbang menjadi abstraksi filosofis yang abadi diberikan. Ini merupakan konsolidasi oleh Marx tentang asal-usul material dan sejarah negara membuat teorinya tentang masyarakat politik yang berbeda dari pemikiran politik sebelumnya, dan berbeda dari filsafat politik Hegels.
    Pernyataan oleh Marx yang mengatakan bahwa negara memiliki sejarah secara eksplisit dibahas dalam kata pengantar pada tahun 1859‘Sebuah Kontribusi ke Kritik Politik Ekonomi, di mana dia menyatakan:
    Dalam produksi sosial dimana orang terus masuk ke dalam hubungan tertentu mereka yang sangat diperlukan dan independen atas kehendak mereka, hubungan produksi ini sesuai dengan tahapan tertentu dari perkembangan kekuatan-kekuatan materi yang mereka produksi. Totalitas hubungan produksi ini merupakan struktur ekonomi masyarakat, yang merupakan dasar yang nyata di mana timbul superstruktur hukum dan politik yang sesuai dengan bentuk-bentuk kesadaran sosial. Bukan kesadaran manusia, karena itu, yang menentukan keberadaan mereka, melainkan eksistensi sosial menentukan kesadaran mereka. Dengan perubahan fondasi ekonomi seluruh bangunan besar lebih atau kurang cepat berubah.
    Dalam bagian ini, ada dua gagasan penting mengenai negara yang disampaikan. Pertama adalah pendapat bahwa hubungan produksi merupakan struktur ekonomi masyarakat yang disampaikan oleh Marx, adalah 'dasar yang nyata' atau basis ekonomi masyarakat. Kedua adalah ide yang di atas pondasi ekonomi masyarakat timbul sebuah superstruktur hukum dan politik yang berhubungan langsung kepada hubungan produktif. Apa yang dikatakan Marx secara eksplisit di sini adalah bahwa fitur utama negara tumbuh keluar dari dasar ekonomi masyarakat dan dengan demikian negara tidak terlepas dari pondasi ekonomi. Dalam ruang lingkup penalaran ini, tidak hanya basis ekonomi yang menimbulkan suprastruktur masyarakat dan konfigurasi kelembagaan, tetapi, karena perubahan sistem produktif, demikian juga suprastruktur politik dan hukum negara.
    Disesampainya pada hubungan antara basis ekonomi dan negara, Marx mampu menunjukkan bahwa negara memiliki bahan dan asal historis. konseptualisasi ini penting pada pemikiran Marx, bahwa negara bisa dilihat tidak lebih dari ekspresi politik dari struktur kelas masyarakat dan turunan dari hubungan produksi. Hubungan material ini ada diantara struktur politik dan ekonomi masyarakat yang dapat ditunjukkan langsung dengan melihat asal utama teori materialis sejarah. Dalam tindakan memproduksi bahan sarana eksistensi, dinyatakan Marx, individu menghasilkan bentuk berikutnya dalam masyarakat. Dari sudut pandang ini, bentuk masyarakat selalu bertepatan dengan cara orang memproduksi, karena cara di mana produksi ini dilakukan akan menentukan sistem hubungan sosial yang cenderung timbul dari hal tersebut, begitu banyak sehingga menciptakan pembagian kelas masyarakat ke dalam dua kelas yang berbeda - salah satu yang dominan karena memimpin alat-alat produksi; yang lain merupakan bawahan, karena harus tunduk pada mereka yang memiliki kekuasaan.
    Pernyataan Marx bahwa bentuk masyarakat selalu bertepatan dengan cara orang memproduksi dan sifat produksi mereka berasal kekuatannya dari fakta sederhana bahwa tindakan pertama individu selalu adalah tindakan produksi ekonomi. Dari permulaan yang sederhana, kita dapat melihat bahwa sistem hubungan sosial selalu mencerminkan hubungan sosial produksi. Tapi, Marx mampu melangkah lebih jauh dari hal ini dengan menunjukkan bahwa struktur politik masyarakat bias mengambil bentuk pada hubungan produktif dan yang di atas hubungan-hubungan tersebut 'muncul sebuah superstruktur hukum dan politik. Dua kesimpulan dapat ditarik dari perspektif ini. Pertama, produksi ekonomi merupakan bentuk hubungan sosial dan menyebabkan struktur politik masyarakat. Kedua, produksi ekonomi menimbulkan struktur hukum dan politik yang datang untuk mewakili hubungan produktif. Mengambil teori materialis Marx kedalam perhitungan, struktur politik masyarakat, dan kemudian membentuk negara, yang selalu mencerminkan kepentingan kelas yang berlaku dan tidak independen dari mereka.

    Sejarah Asal Negara Modern: Periode Formasi Negara
    Marx berikutnya mengalihkan perhatiannya kepada sejarah pembentukan sebuah negara. Ini pertama kali dijelaskan dalam The Brumaire delapanbelas oleh Louis Bonaparte, di mana Marx menceritakan kisah tahapan sejarah yang mengarah pada pembentukan negara politik Perancis. Tahap ini bisa dihitung secara garis besar dengan melihat fitur utama dari negara yang berkembang dari pembubaran masyarakat feodal dan kekuatan-kekuatan produktif kepentingan kelas baru yang muncul pada saat itu. Proses ini dimulai, menurut Marx, dengan membersihkan diri dari kekuasaan lokal lama perkebunan feodal dengan bidang hukum yang terpisah ekonomi dan politik. Dengan memutus ekonomi feodal terpisah dan masalah hukum politik, kemungkinan otoritas terpusat diciptakan dan adanya pemindahan kekuasaan dari pemilik tanah untuk kelas politik dan ekonomi baru. Setelah hal ini telah terjadi, mesin negara yang tersentralisasi berada dalam posisi untuk menjadi 'disempurnakan' oleh kepentingan-kepentingan material yang dimobilisasi oleh penguasa kelas-kelas politik dan ekonomi. Kepentingan-kepentingan baru yang dibuat seperlunya oleh administrasi negara dan aparat birokrasi.
    Setelah menelusuri perkembangan negara dalam Brunwire Eighteenth, Marx mengalihkan perhatiannya kepada perkembangan politik di Perancis antara pemberontakan tahun 1789 dan 1851. Konteks historis pemberontakan dimulai, Marx menunjukkan, pada tahun 1848 masa produksi industri belum pernah terjadi sebelumnya. Pada waktu itu, peningkatan aktivitas industri telah menyebabkan kesejahteraan bagi kelas komersial kecil dan kemiskinan yang lebih besar dan penderitaan sosial bagi pekerja. Upah rendah, kondisi kerja yang buruk dan pengangguran menyebabkan banyak yang mengkritik kapitalisme untuk ketimpangan sosial dan pembatasan keuntungan ekonomi untuk hanya satu kelas dalam masyarakat. Ada pemberontakan yang meluas di seluruh Eropa dan pekerja mulai protes terhadap kesempatan social yang terbatas. Di Perancis, hal ini menyebabkan pemberontakan terbuka yang dilakukan oleh kelas pekerja untuk mengklaim Republik Perancis atas nama pekerja. Ada tiga periode yang berbeda dari pembentukan negara yang ditangani Marx dengan penjelasan: pertama, Februari menandai hari-hari pemberontakan oleh pekerja. Kedua, periode konstitusi Republik Perancis, yang terjadi antara bulan Mei 1848 dan Mei 1849.Ketiga, dari Mei 1849 sampai Desember 1851 adalah merupakan periode Republik Konstitusi. Dalam melihat periode ini, Marx secara eksplisit terfokus pada permainan politik antara apa yang disebut kepentingan khusus dan umum - istilah yang berasal dari teori Hegel. Pembentukan negara muncul, Marx menulis, dari kepentingan kelas baru muncul pada saat itu, melibatkan apa yang disebut 'pemutusan' dari 'kepentingan umum' dari 'kepentingan umum masyarakat’.
    Marx menelusuri langkah-langkah pembangunan negara yang muncul dari tiga periode. Periode pertama, periode Februari, digambarkan oleh Marx sebagai prolog revolusi. Pada bulan Februari 1848, para pekerja melakukan pemberontakan terbuka terhadap otoritas dan melanggar barikade yang telah disiapkan oleh Garda Nasional. Pasukan Prancis melakukan perlawanan kecil dan banyak yang percaya bahwa itu merupakan kemenangan bagi pekerja terhadap monarki dan kelas komersial. Para pekerja, Marx menunjukkan, telah 'memproklamirkan itu menjadi sebuah republik sosial. Pada periode kedua, secara resmi disebut periode konstitusi, kalangan borjuasi bertindak untuk memblokir kemajuan para pekerja oleh perangkat parlemen dan mengurangi revolusi untuk kemenangan yang dilakukan oleh kelas komersial. Pada periode ketiga, dipimpin oleh Louis Bonaparte, ada pembentukan Konstitusi Republik di mana kelas komersial memerintah atas nama rakyat dan tuntutan para pekerja dan ditindas dengan munculnya 'kepentingan umum'.
    Diskusi Marx dalam Eighteenth Brumaire difokuskan pada bagaimana negara Prancis dibentuk sebagai lingkaran kekuasaannya yang dikontrak dan minat yang lebih eksklusif dipertahankan terhadap ketertarikan, yang lebih luas dan yang lebih umum. Nama Marx memberikan andil kepada proses ini, adalah 'memutuskan kepentingan umum dari kepentingan umum masyarakat. "Dua bagian sentral yang menggambarkan proses ini sebagai kunci dalam teori Marx tentang negara. Yang pertama adalah dari Perang Sipil di Perancis, kedua dari Eighteenth Brumaire.
    Mesin negara yang terpusat yangmana, dengan organ-organ di mana-mana dan militer yang rumit, birokrasi, ulama dan yudikatif, encoils masyarakat sipil hidup seperti ular boa, pertama kali ditempa pada zaman monarki mutlak sebagai senjata masyarakat modem baru lahir dalam perjuangannya terhadap emansipasi dari feodalisme. Hak istimewa yg berkenaan dgn istana para bangsawan di abad pertengahan dan Kota dan pendeta berubah menjadi atribut kekuasaan negara memiliki kesatuan, menggusur pejabat feodal oleh pejabat negara yang bergaji, mentransfer senjata dari pengikut abad pertengahan dari tuan tanah dan perusahaan Warga townish ke tentara tetap, menggantikan anarki kekuasaan abad pertengahan yang bertentangan dengan rencana diatur dengan kekuasaan negara, dengan pembagian sistematis dan hierarkhi kerja. Revolusi Prancis pertama, dengan tugasnya untuk menemukan persatuan nasional, harus memecah semua kemandirian daerah, teritorial, perkotaan dan propinsi. Saat itu, oleh karena itu, dipaksa untuk mengembangkan, apa yang dimulai oleh monarki absolut, sentralisasi dan organisasi kekuasaan negara, dan untuk memperluas ruang lingkup dan atribut kekuasaan negara, jumlah perlengkapannya, kemerdekaan, dan supernaturalist dengan sendirinya setelah beberapa masyarakat nyata yang sebenarnya mengambil tempat supernaturalist konsep surga, dengan orang-orang kudus-nya. Setiap ketertarikan pada soliter kecil yang disebabkan karena adanya hubungan kelompok-kelompok sosial yang terpisah dari masyarakat itu sendiri, tetap dan membuatnya bebas dan menentang dalam bentuk kepentingan negara, yang dikelola oleh imam negara dengan fungsi hirarki persis seperti yang ditentukan.
    Monarki yang sah dan monarki Juli menambahkan tidak satupun pembagian kelas tenaga kerja yang termasuk dalam masyarakat borjuis yang bias menciptakan kelompok baru kepentingan, dan, oleh karena itu, materi baru untuk administrasi negara. Setiap kepentingan umum haruslah segera dipisahkan dari masyarakat, mempertentangkan itu sebagai ketertarikan, yang umumnya lebih tinggi, diambil dari kegiatan anggota masyarakat itu sendiri dan membuat objek kegiatan pemerintah, dari jembatan, rumah dan properti komunal dari sebuah masyarakat desa untuk jalan kereta api, kekayaan nasional dan universitas nasional Perancis.
    Marx menunjukkan bahwa, sebagai kepentingan material baru menjadi konsolidasi, para agen dari kepentingan (baik politik, ekonomi atau militer) 'memotong' diri dari kepentingan bersama dan mulai 'counterposing' untuk suatu kepentingan 'umum yang lebih tinggi. 'Kepentingan umum' ini tulis Marx, dengan demikian 'diambil dari aktivitas-diri anggota masyarakat dan membuat obyek mesin negara dan kegiatan pemerintah dari jembatan, rumah sekolah, peradilan dan gereja yang bertindak sebagai wakil-wakilnya.

    Negara dan Masyarakat Sipil dalam Smith, Hegel dan Marx
    Langkah berikutnya dalam menelusuri pengembangan struktur politik masyarakat adalah pembahasan Marx tentang munculnya masyarakat sipil yang ditemukan di 'Di Pertanyaan Yahudi. "Tidak ada diskusi tentang teori Marx negara akan lengkap tanpa melihat hubungan antara politik dan masyarakat sipil. 'Masyarakat sipil' Istilah kali pertama muncul dalam karya-karya Adam Smith dan kemudian dalam karya Hegel. Awalnya, Smith menggunakan istilah itu untuk merujuk kepada lapisan masyarakat, yang terpisah dari politik, di mana persaingan dan kepentingan pribadi yang dimainkan di pasar. Konfrontasi ini banyak kepentingan diri individu-individu yang terlibat dalam tindakan pembelian dan penjualan dan dalam pertukaran pasar, bagi Smith, apa yang memberi karakter masyarakat sipil khususnya persaingan dan termotivasi oleh kepentingan pribadi. Smith percaya, bagaimanapun, bahwa tindakan ekonomi individu merupakan kepentingan diri sendiri yang berkontribusi pada kesejahteraan umum masyarakat dengan mempromosikan kekayaan nasional dan kesejahteraan ekonomi.
    Sementara Hegel telah membaca Smith, konsepsinya tentang masyarakat sipil benar-benar berbeda. Berbeda dengan Smith, Hegel melihat masyarakat sipil sebagai suatu bidang yang terpisah yang ada di luar negara politik. Dalam Filosofi Hak, Hegel telah menegaskan bahwa sementara masyarakat sipil dan negara politik merupakan bidang yang terpisah, ia berpikir bahwa keadaan politik itu sendiri yang bertindak untuk 'memediasi kepentingan tertentu melalui kepentingan universal. Hegel beralasan bahwa 'diri individu-mencari berubah menjadi kontribusi bagi pemenuhan kebutuhan setiap orang dan, dengan kemajuan yang dialektis, ternyata mencari diri ke dalam mediasi yang khusus melalui universal, dengan hasil yang produktif masing-masing individu, memproduksi dan menikmatinya, adalah pada saat yang sama memproduksi dan produktif untuk dinikmati oleh orang lain. Sedangkan untuk Hegel, masyarakat sipil berkaitan dengan lingkup kepentingan diri sendiri dan akuisisi individual, itu adalah bertentangan dengan masyarakat politik dan terpisah darinya . Dengan demikian, tidak seperti Smith, Hegel menganggap bahwa negara di atas kepentingan diri sendiri dan mengatasi kontradiksi antara kepentingan diri individu dan kewajiban masyarakat warga dengan menjunjung tinggi kepentingan universal atau umum yang baik.
    Dalam dua tulisan awal, Sebuah Kritik Filsafat Hegel tentang Hak dan 'Pada Pertanyaan Yahudi', Marx menolak pernyataan Hegel yang masuk akal bahwa kepentingan pribadi 'menengahi' negara dengan menjunjung tinggi kebaikan bersama masyarakat. Sebaliknya, Marx mengambil posisi bahwa negara itu terlibat dalam pemisahan antara wilayah politik dan sipil dan, pada kenyataannya, secara aktif mendukung kepentingan pribadi dalam mempertahanan kepemilikan pribadi. Marx melanjutkan untuk menunjukkan bahwa, dalam pertahanan kepemilikan pribadi, negara adalah alat kelas dominan karena mendukung kepemilikan langsung atas alat-alat produksi dengan hanya satu kelas dalam masyarakat. Marx dengan demikian menyamakan negara dengan kelas ekonomi yang kuat yang bertindak melalui paksaan negara dan kekuasaan. Dari sudut pandang ini, negara disamakan dengan kelas-kelas kapitalis, karena hanya kelas ini dapat menggunakan negara sebagai 'instrumen' untuk mewujudkan tujuan mereka sendiri dan kepentingan ekonomi.
    Pertanyaan yang tersisa, bagaimana masyarakat sipil muncul dan bagaimana memiliki itu datang untuk dipertahankan oleh negara? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita harus melihat lebih dekat pada konsep Marx tentang masyarakat sipil. Marx meminjam istilah dari tulisan Hegel. Dalam Filosofi Hak, Hegel telah menegaskan bahwa negara naik di atas kepentingan diri sendiri oleh mediasi melalui kepentingan universal. Secara fundamental Marx menolak pandangan ini dengan menegaskan bahwa tidak mungkin bagi negara untuk naik di atas 'kepentingan diri sendiri,' karena negara dipromosikan melalui pertahanan kepemilikan pribadi. Marx berpikir bahwa hanya ketika negara meninggalkan semua yang berhubungan  dengan properti itu bisa berdiri di atas bunga tertentu, dan hanya kemudian didapatkan pernyataan konstitusi itu sendiri merupakan sesuatu yang universal.
    Selanjutnya Marx mengalihkan perhatiannya kepada sejarah perkembangan masyarakat sipil. Dia menunjukkan bahwa pada masa feodal, seluruh masyarakat memiliki karakter politik dan tidak ada pemisahan yang formal antara bidang sipil dan politik. Dalam hal ini, semua aspek kehidupan sipil seperti properti, pekerjaan dan keluarga telah dimasukkan kedalam masalah politik dalam bentuk ketuhanan, kasta dan serikat perkerja. Sementara individu yang umumnya merupakan bagian dari badan politik yang lebih besar dan negara mencakup politik dan dunia sipil pada saat yang sama, tidak ada ruang privat atau sipil yang mandiri didefinisikan dengan perekonomian seperti itu. Negara modern, oleh karena itu, datang ke dalam eksistensi hanya dengan pelembagaan ekonomi kapitalis dan dampak ekonomi ini ada pada struktur politik. Istilah masyarakat sipil, kemudian, adalah dimaksudkan untuk menunjuk ke momen bersejarah tepat bila ada pengembangan sebuah dunia ekonomi independen yang muncul sebagai akibat dari individu yang mengejar kepentingan pribadi melalui keuntungan ekonomi. Dengan munculnya masyarakat sipil, karena itu, ada pergeseran dari pusat gravitasi politik dari negara untuk ekonomi. Secara historis, perubahan ini diperkirakan telah muncul sebagai akibat dari Revolusi Industri, dan masyarakat sipil istilah demikian digunakan untuk menunjuk perpecahan yang terjadi dalam masyarakat antara wilayah politik dan sipil yang unik untuk zaman modern.
    Di tengah-tengah masyarakat sipil berdiri 'individu bebas' dilucuti dari semua hubungan dengan badan komunal, individu-individu yang mengejar kepentingan pribadi mereka untuk kepentingan individu. Individu-individu ini, Marx menulis, adalah 'warga yang hak dan kebebasan politik hanya berupa hak-hak individu egois, individu terpisah dari masyarakat, terisolasi dan ditarik ke dalam diri mereka sendiri. Menurut Marx, perkembangan masyarakat sipil mensyaratkan tiga elemen yang berbeda tetapi saling terkait: (i) kepuasan semua ingin melalui pengejaran keuntungan ekonomi swasta, (ii) perlindungan hak milik pribadi, dan (iii) penggantian hubungan langsung dengan masyarakat dengan hubungan politik dan hukum yang abstrak.
    Perkembangan ini menjadi penting bagi pembentukan negara modern dalam beberapa hal: (i) sebagai pecahnya tubuh politik lama harta, kasta dan serikat perkerja terjadi, individu yang menjadi otonom ruang lingkup aksi sosial dan ekonomi, (ii) tindakan semua menjadi 'urusan pribadi' dari tiap individu, bukan bagian dari masyarakat luas, (iii) pemisahan antara masyarakat dan negara muncul setelah desentralisasi monarki politik; (iv) urusan negara menjadi urusan publik orang-orang bukan urusan pribadi raja, (v) hubungan politik antara anggota masyarakat yang abstrak dikandung dalam bentuk undang-undang, hak dan kebebasan, dan (vi) dengan munculnya masyarakat ekonomi dan pasar, ada pergeseran pusat gravitasi politik dari negara untuk ekonomi dan sebagai hasilnya hal ini menyebabkan perpecahan antara wilayah politik dan sipil.
    Marx percaya bahwa masyarakat sipil membawa tentang rincian dari relasi individu untuk masyarakat dan masyarakat dengan memecah-belah seluruh politik menjadi bagian-bagian ekonomi dan sosial. Pada akhir proses ini, kata Marx, adalah individu yang terisolasi yang swasta otonomi adalah absurditas politik dan sosial. Dalam pandangannya, masyarakat sipil modern membentuk secara individu menjadi konflik dalam dua cara tertentu: pertama, sejauh ini mendorong individu untuk mengejar kepentingan pribadi mereka, mereka didamparkan ke dalam kompetisi antara satu sama lainnya karena masing-masing berusaha untuk memaksimalkan keuntungan pribadi ekonomi mereka. Kedua, sejauh negara menganugerahkan kepada mereka hak-hak politik bersama, hubungan individu untuk masyarakat tampaknya bersikap kooperatif, ketika pada kenyataannya hal itu merupakan pemaksaan. Dimana Hegel melihat masyarakat sipil dan politik negara secara terpisah, Marx melihat mereka sebagai satu dan sama. 'Pada periode tertentu, "tulis Marx," negara politik datang secara keras untuk lahir dalam masyarakat sipil.

    Pandangan Dialektis Marx terhadap Sejarah
    Marx tidak secara nyata menggariskan pandangan metodologisnya tentang sejarah dan masyarakat atau teori perubahan dialektik dan pengembangan. Frederick Engels, bagaimanapun, menulis karya tentang dialektika berjudul Anti-Duhriig. Bagi pandangan Marx pada dialektika, beberapa fragmen diakses dalam karya-karya seperti Modal (1867-1894) dan Kemiskinan Filsafat, yang diterbitkan pada tahun 1847. Dalam pekerjaan terakhir, Marx mengacu pada 'emansipasi' para pekerja, dan di bagian yang sama ia mengulangi keyakinan sementaranya bahwa manusia pada dasarnya bebas, mereka ada dimana-mana subordinasi kondisi ekonomi di mana satu kelas sosial adalah subyek yang lain. Salah satu titik sentral keberadaan karya Marx adalah untuk menunjukkan bahwa kelas sosial adalah produk dari hubungan sejarah sosial. Apa yang ada dan masih merupakan hal yang paling penting tentang pengamatan ini bahwa, untuk pertama kalinya, ia menunjukkan bahwa hubungan sosial tidak tetap untuk selama-lamanya, tetapi bisa, pada kenyataannya, diubah. Apa yang penting tentang pemikiran Marx sepanjang pemahaman ini, adalah gambaran ke dalam pertanyaan proses melalui cara di mana individu secara bertahap dibebaskan dari kondisi yang membuat mereka menjadi subyek ekonomi. Yang unik di sini adalah sifat emansipatoris pemikiran dan keyakinan bahwa emansipasi sosial akan menandai transisi dari sejarah kelas ke dalam sejarah manusia. Oleh karena itu, penting untuk menelusuri pemikiran Marx tentang pertanyaan ini. Kita mulai dengan bagian yang terkenal dari. Kemiskinan Filsafat:
    Kondisi ekonomi pertama kali mengubah jumlah rakyat negeri itu menjadi pekerja. Kombinasi modal telah menciptakan bagi jumlah ini pada suatu situasi umum, kepentingan bersama. Massa ini dengan demikian sudah kelas terhadap modal, tetapi belum untuk dirinya sendiri. Dalam perjuangan, yang kita telah mencatat hanya beberapa tahap, massa ini menjadi bersatu, dan membentuk dirinya sebagai kelas untuk dirinya sendiri. Kepentingan ini menjadi hal untuk membela kepentingan kelas. Tapi hal itu adalah pertanyaan untuk membuat sebuah penelitian yang tepat dari bentuk yang dilakukan kaum proletariat tepat di depan mata kita yang menyatakan organisasi mereka sebagai sebuah kelas, ada juga yang disita oleh ketakutan yang nyata dari kegersangan lain yang menampilkan penghinaan transendental. Kelas tertindas adalah kondisi vital bagi setiap masyarakat yang didasarkan pada antagonisme kelas. Emansipasi kelas tertindas dengan demikian berarti tentu menciptakan masyarakat baru. Untuk kelas tertindas untuk dapat membebaskan dirinya sendiri itu perlu bahwa kekuatan-kekuatan produktif yang telah diperoleh dan hubungan sosial yang ada tidak lagi mampu berdampingan. Apakah ini berarti bahwa setelah jatuhnya masyarakat lama akan ada dominasi kelas baru yang berkultivasi kekuatan politik baru? Tidak ada kondisi tertentu bagi emansipasi kelas pekerja adalah penghapusan semua kelas, seperti kondisi untuk pembebasan estate ketiga, dari tatanan borjuis, adalah penghapusan semua perkebunan. Kelas pekerja, dalam proses perkembangannya, akan menggantikan masyarakat sipil lama sebagi sebuah asosiasi yang akan mengecualikan kelas dan antagonisme mereka, dan tidak akan ada kekuatan lebih politis karena kekuasaan politik adalah justru ekspresi resmi dari antagonisme dalam masyarakat sipil. Memang, hal itu sama sekali mengherankan bahwa masyarakat yang didasarkan pada pertentangan kelas-kelas harus berujung pada kontradiksi brutal, seperti akhir dari sebuah peleraian?
    Bahasa pengembangan yang digunakan oleh Marx dalam mendeskripsikan hal ini - 'kelas dalam dirinya sendiri', 'kelas untuk dirinya sendiri', 'oposisi', 'antagonisme', 'kontradiksi' dll - adalah penjelasan Hegelian. Dalam rangka melacak cara Marx yang telah dipinjam dari pendapat Hegel dalam mengajukan sebuah teori perkembangan, ini akan secara singkat berguna untuk melihat sejarah dialektika dan kemudian melihat secara khusus pemikiran dialektik Hegel.

    Sejarah 'Dialektika' Jangka Waktu
    'Dialektika' Istilah dapat ditelusuri ke awal awal filsafat Yunani dengan karya Socrates dan Aristoteles, yang pada dasarnya digunakan sebagai metode untuk mendapatkan kebenaran dasar yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan teknik observasi dan persepsi akal. Kemudian, pada abad kedelapan belas dan kesembilan belas, dialektika mencapai tahap tertinggi perkembangan dalam karya Hegel yang telah digunakan metode dalam menunjukkan keterkaitan antara kategori eksistensi seperti sejarah, semangat, dan kesadaran. Agak belakangan, pada abad kedua puluh, dialektika jatuh ke dalam hal tidak berguna setelah filsuf Inggris mengklaim bahwa hal itu diandalkan sebagai metode karena sifatnya yang spekulatif.
    Meskipun Marx tidak pernah benar-benar menjelaskan metode nya atau secara eksplisit mengembangkan pandangannya tentang teori dialektis, Engels tidak menguraikan prinsip dialektika dalam karya berjudul Anti-Dühring, yang diterbitkan pada tahun 1878. Menurut Engels, prinsip utama berpikir dialektis dapat ditemukan dalam konsep 'hubungan' atau 'interkoneksi. Menurut konsep ini, dunia alam dan dunia manusia muncul sebagai satu set besar keterkaitan di mana segala sesuatu yang berkaitan dalam hal masa lalu, sekarang dan masa depan. Dalam keadaan ini, Engels menyatakan, merupakan suatu kemungkinan untuk memvisualisasikan interkoneksi ini ketika kita gambar diri kita, dunia, dan lain-lain dalam hal konsep relasional seperti kemanusiaan, sejarah, dunia, pengalaman. keberadaan, dll:
    Ketika kita merenungkan sifat atau sejarah umat manusia kita melihat gambar sebuah labirin yang tak berujung dari sebuah koneksi dan interkoneksi, di mana tidak ada yang tersisa apa, di mana dan seperti itu, tetapi segala sesuatu bergerak, mengalami perubahan, datang ke dalam keberadaan dan meninggal dunia. Konsepsi primitif, naif, tapi secara intrinsik kebenaran konsep dari dunia merupaka filsafat Yunani kuno, dan pertama kali jelas dirumuskan oleh Heraclitus: semuanya dan yang juga tidak, untuk segala sesuatu ada di fluks, terus berubah, terus-menerus datang menjadi ada dan pergi meninggalkan.
    Pemberian garis besarnya, adalah mungkin untuk mengisolasi tiga ciri saling dialektika yang membuatnya berbeda sebagai alat metodologis. Pertama adalah kecenderungan untuk melihat semua manusia sebagai hal yang berhubungan dengan dunia dan kepada orang lain melalui serangkaian hubungan sosial dan sejarah saling berhubungan yang memberikan kesatuan dan perbedaan pada saat yang sama. Sebagai contoh, kita adalah individu, namun kita juga anggota negara-negara yang menyatukan tujuan-tujuan politik kita. Ini kesamaan yang dimiliki oleh semua umat manusia yang dapat dipahami dari segi konsep kolektif kadang disebut totalitas. Ini termasuk konsep-konsep seperti kemanusiaan, sejarah, realitas, eksistensi, dll. Jadi, interkoneksi mengacu pada kenyataan bahwa sementara ini kita merupakan individu yang berbeda, kita berada pada saat yang sama dihubungkan dalam beberapa cara mendasar untuk ini diperlukan totalitas yang lebih besar. Kedua adalah kecenderungan untuk percaya bahwa totalitas dan hubungan kita dengan mereka saling berhubungan membentuk jaringan hubungan yang mendefinisikan diri kita dan umat manusia dalam beberapa cara fundamental. Ketiga adalah kecenderungan untuk menganggap bahwa semua sejarah dan materi berada dalam keadaan konstan, gerakan perubahan dan transformasi di mana hal-hal yang datang menjadi ada, yang ada dan lenyap. Dalam keadaan ini, ada hal individu, tidak ada bagian atau segmen, yang sepenuhnya terpisah dari yang lain, tetapi selalu merupakan bagian dari keseluruhan yang lebih besar atau kesatuan yang pada dasarnya dihubungkan.

    Dialektika Hegel
    Pada tahun 1812, Hegel telah bekerja di luar teori dialektika dalam sebuah karya berjudul The Science of Logic. Di dalamnya ia mengemukakan teori tentang perkembangan sejarah, emansipasi diri dan perubahan. Teori Hegel dimulai dengan menyatakan bahwa semua benda melakukan pergerakan dan perubahan secara terus menerus dan bahwa secara umum hukum pergerakkan sebuah sebuah intrinsic pada perkembangan yang berkaitan dengan sejarah, individu dan berpikir. Hegel selanjutnya memandang dunia, keberadaan dan segala sesuatu yang ada dalam hal proses di mana segala sesuatu saling berhubungan dan terkait satu sama lainnya, bukannya saling terpisah. Dilihat dengan cara ini, segala sesuatu dapat berubah dan pembangunan karena tidak ada yang tetap tidak berubah. Adanya satu hal, pikir Hegel, hanya dapat dipahami dalam keterkaitannya dengan 'lain, dan pandangan relasional ini menyebabkan pemahaman tentang kesatuan hal-hal yang terpisah menjadi totalitas yang lebih besar menjadi yang mana dikonsepkan oleh Hegel dalam hal kategori sejarah, semangat, kesadaran, dan alas an.
    Doktrin bahwa segala sesuatu saling berhubungan untuk keutuhan yang lebih besar kemudian menjadi dasar teoritis untuk pandangan dialektik realitas dan sejarah. Menurut perspektif ini, tidak ada individu yang bebas atau terpisah dari orang lain karena masing-masing tersambung kearah keutuhan sejarah yang lebih besar seperti sejarah dan kemanusiaan yang menentukan hubungan mereka dengan dunia sosial. Konsep Hegel tentang 'yang dalam kaitannya dengan' tidak hanya membentuk keterkaitan yang tampaknya akan terputus, tapi juga menantang pandangan dunia yang telah menyatakan bahwa setiap hal terpisah dalam dirinya sendiri. Konsep tentang sebuah hal yang ada dalam dirinya serta keyakinan bahwa ada perbedaan yang tajam antara tahap keberadaan, seperti menjadi dan tidak menjadi, kebebasan dan perbudakan, realisasi diri dan alienasi, sedang dipikirkan kembali dalam penerangan pada sebuah perspektif dialektis .
    Hegel mengarah pada alasan bahwa salah satu fitur kunci dari pembangunan adalah proses yang dia sebut sebagai 'kontradiksi.', Prinsip kontradiksi mengacu pada keberadaan lawan atau elemen yang bertentangan dalam kenyataan. Hegel percaya bahwa tidak ada pertumbuhan apapun tanpa kontradiksi dan bahwa, pada kenyataannya, kontradiksi berakar pada realitas dan sejarah. Kontradiksi, karena itu, mengacu pada keberadaan prinsip-prinsip afirmasi dan negasi secara bersamaan. Hegel percaya kontradiksi yang hadir di dunia, dalam realitas dan dalam pemikiran, dan ini tercermin dalam pertentangan tentang keberadaan unsur yang membawa proses perubahan dan pengembangan. Dalam agama, misalnya, ada kontradiksi dalam perjuangan antara dua kecenderungan yang berlawanan dalam pengalaman manusia, seperti baik dan jahat. Dalam penalaran teologis, tidak ada hal yang tidak terkait satu sama lainnya, tetapi hanya dalam hubungannya dengan beberapa prinsip lain dari yang masing-masing berasal dari keberadaannya dan seterusnya. Teori Hegel terhadap jumlah kontradiksi terhadap yang tidak ada sama sekali melebihi daripada kepercayaan tentang keberadaan, sedang dan berpikir mencerminkan prinsip ketegangan di mana ada pengembangan dan perubahan. Dalam kehidupan sehari-hari, sifat-sifat dasarnya akan bertentangan elemen bertentangan mengekspresikan diri dalam perjuangan yang lebih luas untuk melawan keberadaan.
    Dalam karya-karyanya filosofinya yang lebih besar, Hegel melanjutkan untuk mengembangkan prinsip kontradiksi menjadi full-blown teori pembangunan. Ia percaya bahwa ada tiga tahapan utama dalam proses ini: pertama adalah tahap yang disebutnya afirmasi, 'kadang-kadang disebut sebagai tesis’. Hegel menggunakan istilah penegasan untuk merujuk kepada sesuatu yang telah ada atau keberadaan. Makna dalam pengertian ini, penegasan adalah kapasitas dari suatu hal yang ada untuk penegaskan itu sendiri dan berada di dunia, aktif bukan pasif. Ini berarti bahwa dalam keberadaannya, itu menegaskan 'itu sendiri, dan penegasan ini merupakan prinsip sendiri sedang atau keberadaan. Selain itu, karena menegaskan dirinya, ia mengungkapkan ‘potensi’ yang melekat untuk pengembangan dan propagasi.
    Tahap kedua dari dialektika disebut sebagai 'negasi (pengingkaran),' kadang-kadang disebut antitesis. Dalam pandangan Hegel, hal ini mengacu pada prinsip di dunia yang bertindak untuk membatasi atau menolak perkembangan. Negasi merupakan kunci untuk proses dialektika karena mengacu pada batasan yang bertindak untuk mencegah atau membatasi kapasitas yang merupakan hal untuk mengembangkan sendiri apa yang sedang dikembangkan. Dalam hal ini, prinsip negasi tidak hanya berdiri sebagai lawan dari afirmasi tetapi juga menyiratkan konotasi kuat yang menutup keberadaan keluar bersama dengan connoting membatasi atau batas. Hegel menggunakan istilah terutama untuk memahami kecenderungan hal atau individu untuk menghadapi keterbatasan yang bertindak untuk pembangunan 'meniadakan' dengan memaksakan batas. 'Sementara Hegel percaya bahwa segala sesuatu punya cara mereka yang khas yang akan menegasikan, ia berpikir bahwa negasi itu sendiri menimbulkan perkembangan lebih lanjut dan' itu adalah suatu tindakan dalam urutan pembangunan. Menurut Engels, negasi 'bukan berarti hanya tidak ada, atau menyatakan sesuatu yang tidak ada, atau menghancurkan dengan cara apapun yang disuka. Sebaliknya, negasi dapat dipandang sebagai prinsip pembangunan yang membentuk kecenderungan untuk menolak, dan tindakan perlawanan seperti sebagai sarana untuk penegasan.
    Suatu prinsip dialektika ketiga adalah konsep 'negasi dari negasi' atau sintesis. Sedangkan Hegel telah menggunakan istilah ini untuk mengungkapkan apa yang dilihatnya sebagai penyelesaian siklus pengembangan, acuan utama adalah kapasitas negasi yang akan dibentuk kembali atau diubah secara fundamental di alamnya. Karena negasi itu sendiri adalah singkatan dari membatasi atau batas, 'negasi dari negasi' maka adalah bahwa prinsip pembangunan yang menyusun kembali atas batas dengan membawanya kepada sebuah akhiran, atau melebihi, batas-batas atau keterbatasan. Hegel sampai pada alasan bahwa kedua istilah yang disajikan dalam hukum pembangunan karena negasi dari negasi mengubah keadaan terbatas pada individu dan dalam pengertian ini adalah transformatif. Hal ini dapat dilihat dalam contoh favorit Hegel yakni majikan dan budak. Hegel percaya bahwa budak diubah menjadi sesuatu yang berarti bagi diri mereka sendiri hanya bila mereka mampu menyesuaikan diri dengan aktifitas mereka melalui sebuah kesadaran 'negasi dari negasi melalui, dalam sebuah proses  Hegel mengarah pada sesuatu yang disebut sebagai ‘aktivitas formatif’. Dalam kegiatan formatif ini, ia beralasan, budak 'menghancurkan unsur-unsur negatif yang berdiri di atas dan terhadap budak sebagai individu dan dengan demikian menjadi seseorang yang ada pada perhitungan mereka sendiri. Yang penting di sini adalah bahwa kategori Hegel tentang 'kebebasan' dan 'emansipasi' adalah implisit dalam pembangunan.
    Siklus afirmasi, negasi, dan negasi dari negasi (tesis, antitesis dan sintesis) merupakan gerakan dialektis dan perubahan. Sementara konsep ini memiliki masalah pada status yang dikarenakan formula awal Hegel, ketika melihat langsung istilah-istilah yang mereka ungkapkan sebagai suatu teori tentang keberadaan, perkembangan dan perubahan.
    Dialektika Marx
    Marx mengambil dialektika dalam arah yang sama sekali berbeda dan, untuk garis besar kontribusinya, penting untuk melihat kembali pada perbedaan yang dibuat Marx antara materialisme dan idealisme. Idealisme telah menyatakan bahwa, sebelum hal lain, yang telah dipikir sebagai keutamaan atas masalah dalam perkembangan sejarah. Hegel percaya bahwa 'ide' datang sebelum realitas dan karena itu merupakan keprihatinan fundamental dari sebuah filsafat. Marx, sebaliknya, percaya bahwa dunia material mendahului dunia ide dan ini menjadi dasar bagi teori perkembangan sejarah berdasarkan kebutuhan ekonomi manusia. Doktrin materialisme, karena itu, berpendapat bahwa sejak dunia material pertama, maka pengembangan pikiran harus berasal dari eksistensi material. Masalah dari pemikiran Hegel, seperti yang dilihat Marx, adalah bahwa Hegel percaya bahwa ide-ide merupakan realitas akhir, begitu banyak sehingga hubungan antara manusia dianggap sebagai konsekuensi dari hubungan antara ide-ide. Begitu banyak yang melihat ide Hegel sebagai sebuah kekuatan yang dominan dalam sejarah bahwa ia percaya bahwa ide-ide bukanlah sebuah individu yang merupakan penyalur yang akan menjadi penyebab yang paling berpengaruh dalam perkembangan sejarah. Ini berarti bahwa, buat Hegel, ide-ide selalu berpusat pada proses sejarah dan perubahan.
    Marx menolak pandangan ini dan terus mengkritik dalam berbagai cara. Pertama, ia berpikir bahwa dialektika Hegel itu merupakan hal yang mistis karena penekanan yang luar biasa pada gagasan bukan pada proses sejarah. Kedua, Marx berpikir bahwa pemahaman Hegel tentang prinsip-prinsip pergerakkan dalam teori pembangunan yang ditawarkan hanya sedikit memberi kesempatan untuk menjelaskan mekanisme sejarah secara rinci. Ketiga, ia menyatakan bahwa sistem Hegel tidak memberikan petunjuk tentang bagaimana membangun dasar empiris dari pembangunan yang didasarkan atas realitas sejarah.
    Salah satu asumsi penting dari materialisme adalah praduga bahwa adanya pergerakkan dan perubahan sebagai prinsip kunci dari pembangunan. Baik Marx dan Engels percaya bahwa pergerakan merupakan bentuk keberadaan materi yang utama. Tetapi, untuk membedakan pandangan mereka dari Hegel, mereka harus mengembangkan prinsip pergerakkan lebih eksplisit - dan ini berarti bahwa itu harus dijelaskan dan diklasifikasikan. Untuk melakukan hal ini mereka harus mengadopsi. setidaknya sebagian, hukum-hukum perkembangan yang telah dihsilkan oleh Hegel. Meminjam logika Hegel, Engels mengambil pandangan bahwa pergerakkan merupakan prinsip utama dalam perubahan sejarah dan mempercayainya sebagai sesuatu yang akan dicatat sebagai sifat perubahan pengalaman, masyarakat dan materi. Dari posisi ini, Engels berpendapat bahwa pergerakkan merupakan penentu prinsip dalam sebuah perubahan dan, sebagai teori perubahan, ia yakin hal itu menjelaskan kondisi di mana bentuk materi dapat dihubungkan dengan keutuhan yang lebih besar dan mengubah diri dari satu pernyataan lainnya. Doktrin ini, kemudian digambarkan sebagai hukum pertama dialektika, itu disebut sebagai doktrin lompatan, dan mempertahankan hal yang mengalami perubahan secara kualitatif ketika sebuah material bergerak dari satu bentuk ke bentuk lain dan perubahan dari satu substansi ke lain, seperti air menjadi es, cair menjadi gas, dll
    Marx dan Engels percaya bahwa doktrin dialektika merupakan penjelasan dari prinsip pusat dan karenanya dianggap sebagai teori formal pembangunan, dipahami dengan cara ini, dialektika menjelaskan dua prinsip utama perubahan sosial dan sejarah: pertama, ia mengajukan perubahan penglihatan yang melekat dalam segala hal, dan kedua, maka tersirat bahwa dalam proses perubahan dan perkembangan ada interkoneksi antara bidang sejarah, politik dan sosial. Pada kedua asumsi, Marx dan Engels mampu mengemukakan suatu teori perubahan yang menjelaskan proses transformasi dari satu pernyataan ke pernyataan lainnya dan, pada saat yang sama, mereka dapat menggambarkan saat yang menentukan perubahan itu sendiri.
    Sementara itu, Engels menemukan dukungan untuk ditampilkan dalam penemuan-penemuan ilmiah abad kesembilan belas, terutama teori evolusi Charles Darwin. Evolusi berpikir telah diasumsikan sebagai tahapan-tahapan perkembangan pada kenyataannya terhubung dalam seri yang ditandai oleh pergerakan dari yang kompleks kearah bentuk yang lebih halus melalui penambahan unsur-unsur yang lebih dan lebih dari sebuah properti. Pemikiran Darwin telah mengakibatkan pandangan bahwa keanekaragaman yang tampak dari hal-hal yang sebenarnya berakar pada beberapa prinsip dasar, perkembangan dan faktor penentu utama yang menimbulkan keberadaan yang kompleks yang kemudian mengarah pada keanekaragaman yang lebih besar dan lebih jelas. Dampak pekerjaan Darwin pada Engels sangat signifikan karena ia percaya bahwa memberikan dasar ilmiah untuk perkembangan teori dialektika. Darwin telah menunjukkan bahwa keterkaitan antara spesies menyebabkan penemuan prinsip dasar pembangunan yang menciptakan lompatan struktural (yang berbeda spesies) yang berhubungan dengan akumulasi dan suksesi perubahan dalam kaitannya dengan lingkungan.
    Asumsi dasar pemikiran evolusi adalah sebagai berikut: (i) realitas material terdiri dari berbagai tingkatan dan struktur yang saling berhubungan dan dapat direduksi menjadi hukum yang penting, (ii) tahap pembangunan yang telah ada sudah muncul dari tingkatan sebelumnya itu; dan (iii) struktur dari tahap pengembangan atau tingkatan terikat kepada hal yang sebelumnya dan dapat dilihat dari interaksi dengan tingkatan yang terkait dengannya. Singkatnya, tingkatan ini terkait dengan pengembangan dari tingkat sebelumnya atau tahapan sebelumnya. Masing-masing tingkatan, pada kenyataannya, ada dalam dunia empiris maupun alam. Sementara Darwin telah menunjukkan bahwa keseluruhan alam adalah saling berhubungan dan bahwa proses pengembangan spesies ini terkait dengan urutan peristiwa yang saling berkaitan dengan rentetan yang merupakan hukum-seperti dalam pembangunan mereka dan yang sendiri menyebabkan struktur baru memberikan bukti untuk lompatan, penemuan lain dalam fisika dan biologi menyebabkan pandangan bahwa keragaman jelas hal itu, pada kenyataannya, terkait pada beberapa tingkat yang mendasari lain dari sebuah realitas.

    Perbedaan Antara Marx dan Hegel dilihat pandangan dialektis dari sejarah
    Setelah pandangan Hegel dan Marx tercantum pada dialektika, adalah sangat mungkin untuk membedakan setidaknya empat perbedaan utama antara mereka. Pertama, perbedaan dalam doktrin mereka tentang pembangunan, kedua, perbedaan prinsip kontradiksi, ketiga, perbedaan dalam tahap pembangunan dan bagaimana tahapan secara historis disajikan, dan keempat, perbedaan yang ada dalam penggunaan doktrin 'hubungan'. Pertama-tama mari kita lihat doktrin pembangunan.
    Hegel percaya bahwa pembangunan yang terjadi pada perubahan yang terjadi di dalam ide. Marx, di sisi lain, mengambil pandangan bahwa perubahan terjadi pada kondisi-kondisi material dan dalam proses sejarah yang nyata. Berbeda dengan dialektika Hegel, doktrin Marx pembangunan disebut dialektika materialis dalam rangka untuk menunjukkan pergeseran dari dominasi ide untuk dominasi kondisi-kondisi material. Sedangkan Hegel telah percaya bahwa prinsip-prinsip pembangunan (kontradiksi, pernyataan, pengingkaran, pengingkaran dari pengingkaran lainnya), diwakili oleh ide-ide yang bertindak dalam sejarah, Marx menmpunyai pandangan yang berlawanan dari prinsip-prinsip perubahan dalam kenyataannya yang terwujud dalam perkembangan sejarah konkret ekonomi produksi dalam masyarakat.Marx telah demikian menempatkan penekanan materialis Hegel yang menentukan apa yang dilihat sebagai sebuah ide.
    Kedua, pada pertanyaan kontradiksi, doktrin Hegel menyatakan bahwa setiap hal yang ada pertemuan tanpa perlawanan yang tidak akan ada perkembangannya dalam sejarah '. Marx, sebaliknya, percaya bahwa konsep kontradiksi Hegel disebut terlalu abstrak karena proses dan pengembangannya hanya dalam hal mistik. Berbeda langsung dengan hal ini, Marx berpikir bahwa hukum kontradiksi historis diwujudkan dalam bentuk struktur kelas yang memaksa masyarakat, dikarenakan hal itu merupakan ungkapan pada hukum kontradiksi (oposisi dan negasi) yang menyatakan tingkatan hubungan ekonomi .
    Ketiga adalah pertanyaan tentang tahap perkembangan. Sementara Hegel percaya bahwa tahap-tahap perkembangan merupakan kemajuan dari tahap yang tak dpt dipahami dan dibedakan ke tingkat eksplisit dan dibedakan lagi, ia tidak pernah melampaui dimensi spekulatif dalam mengandung perkembangan ini, Marx, sebaliknya, melihat tahapan perkembangan yang terjadi di masyarakat dan berpikir bahwa perkembangan historis mereka yang berkaitan dengan produksi ekonomi dan sistem kelas sosial. Dalam hal ini, konfigurasi sejarah Marx tentang masyarakat berturut-turut dan struktur kelas membuat dialektika historis yang sebenarnya.
    Keempat adalah doktrin hubungan. Konsep ini sangat penting dalam pemikiran baik Hegel dan Marx, untuk mengatakan apapun tentang bagaimana menggunakan konsep Marx secara sistematis sebagai alat analisis utama dalam Modal dan karya-karya lainnya. Sementara konsep hubungan yang mewujudkan ajaran filosofis yang kompleks, prinsip dasar yang mendasarinya merupakan hal yang sederhana dan menuju pada pusatnya pemikiran dialektik. Secara sederhana, salah satu pernyataan kunci dari doktrin dialektika adalah keterkaitan web dengan antara beberapa hal. Istilah yang berkaitan, kemudian, adalah merupakan sebuah konsep filosofis yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua keutuhan realitas yang berbeda atau yang bertindak sehubungan dengan satu sama lainnya. Dilihat dari sudut pandang ini, apa yang Marx dan Engels telah pelajari dari Hegel adalah bahwa setiap hubungan dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda: (i) dari hubungan dengan dirinya sendiri, dan (ii) dari hubungan dengan orang lain dan dunia. Baik Hegel dan Marx berbicara tentang hubungan-hubungan dalam hal hubungan subyek-obyek. Hegel, untuk bagiannya, percaya pada realitas berlawanan (subyek-obyek, umum-khusus, kesatuan-perbedaan) dan mengambil pandangan bahwa hanya ketika diambil bersama-sama bisa dipahami pertentangan ini. Hegel menggunakan konsep hubungan, oleh karena itu, sebagai cara untuk menunjukkan bahwa dalam memandang lawan - seperti majikan dan buruh, subyek dan obyek - kita harus memahami dua sisi yang saling berhubungan, karena tanpa kedua belah pihak, persatuan tidak akan pernah ada. Karena, dalam pandangan ini, esensi realitas memiliki dua sisi - subjek dan obyek, bagian dan keseluruhan - semua analisis harus menangkap pengalaman dan realitas masing-masing pihak dalam keterkaitannya untuk membentuk representasi lengkap secara keseluruhan. Mengambil prinsip pembangunan kedalam perhitungan, Hegel percaya bahwa tidak ada proses yang dapat dipahami sepenuhnya oleh dirinya sendiri dikarenakan setiap perkembangan harus membentuk hubungan dalam gerakan dari satu tahap ke tahapan lainnya. Dalam istilah yang berhubungan, oleh karena itu, adalah cara untuk mendapatkan pada hubungan sebab-akibat antara hal yang tersirat dalam pergerakan antara tiap tahapan.
    Ketika diterapkan oleh Marx, konsep hubungan menjadi alat analisis yang luar biasa. Bagi Marx, hubungan masing-masing memiliki dua sisi yang mendasar yang terkait dan hanya merupakan totalitas dari hubungan-hubungan yang membentuk realitas. Seperti Hegel, Marx meneliti hubungan antara kedua sisi yang berhubungan karena ia percaya bahwa sisi merupakan dimensi pengalaman dan realitas yang harus dikeluarkan bila hanya satu sisi diperiksa. Hal ini merupakan suatu yang lebih jelas daripada kritikan Marx tentang Smith dan Ricardo. Dia percaya bahwa mereka gagal melihat hubungan yang mendasar antara kategori-kategori ekonomi seperti modal, produksi tenaga kerja, dan konsumsi. Dia berpikir bahwa konsep-konsep pusat tidak bisa, pada kenyataannya, digunakan untuk menentukan kondisi ekonomi yang tidak terikat - seperti modal dan tenaga kerja, produksi dan konsumsi - tetapi dalam setiap kasus dibuat referensi untuk melihat keterkaitan yang mendasar dan hubungan sosial manusia. Kritikannya pada teori yang melupakan keterkaitan tersebut yang selanjutnya merupakan  dasar dari cara kerjanya.

    Engels dan Dialektika
    Menjelang Engels menulis Anti-Duhring, ia akrab dengan tiga undang-undang Hegel dialektika: (i) hukum transformasi dari kuantitas menjadi kualitas, (ii) hukum interpretasi yang berlawanan, dan (iii)hukum negasi dari sebuah negasi. Sementara Engels percaya bahwa hukum-hukum dialektika itu ilmiah yang valid, ia berbeda dari Hegel sejauh ia diterapkan dialektika untuk masyarakat dan sejarah daripada dunia ide. Engels beralasan bahwa, karena doktrin dialektika berlaku untuk dunia alam dan sosial, bisa secara universal diterapkan pada sejarah dan ini membuat hukum-hukum perkembangan empiris yang valid.
    Hukum pertama dialektika menyatakan bahwa salah satu struktur dapat berubah menjadi yang lain melalui perubahan akumulatif, yang mengarah pada akhirnya untuk pengembangan kualitatif. Dalam dunia alam ini berpindah dari materi dapat ditemukan di tingkat fisik sebuah zat, seperti ketika air berubah menjadi padat atau ketika bentuk cair berubah menjadi gas. Dalam dunia alami satu zat berubah menjadi yang lain ketika terjadi perubahan kualitatif, tetapi hal ini terjadi hanya jika properti baru terakumulasi sampai batas yang cukup bahwa ia menciptakan 'lompatan' ke dalam perubahan struktural. Hukum kedua dari dialektika menyatakan bahwa sifat keberadaan penuh dengan kontradiksi. Engels percaya bahwa terutama beroperasi di dunia materi dan hadir dalam bentuk kontradiksi kelas. Terakhir, ketiga hukum dialektika, pengingkaran dari sebuah pengingkaran, diasumsikan ekspresi dalam dunia material dalam bentuk perlawanan terhadap dominasi ekonomi dan politik dari kelas penguasa. Pengingkaran timbul dari keberadaan yang tersirat dengan sendirinya dan 'berkembang dari unsur-unsur itu sendiri yang mengakhiri keberadaan dan mengubahnya menjadi sebaliknya Its sendiri.

    Penerapan Dialektika Sejarah
    Sejauh ini, dua sila ciri dialektika materialis: pertama, pandangan bahwa ada kecenderungan untuk bentuk sosial untuk masuk ke lain karena kontradiksi ekonomi yang melekat di dalamnya. Kedua, keyakinan bahwa ada kapasitas suatu bentuk sosial yang diberikan untuk diganti dengan yang baru di mana hubungan sebelumnya merupakan bagian sosial masyarakat baru, sehingga menimbulkan suatu perjuangan kelas dari mana suatu formasi baru muncul. Baik Marx dan Engels percaya bahwa prinsip pembangunan, yang diajukan oleh Hegel, menyatakan diri secara langsung dalam bentuk perkembangan sejarah. Sementara Hegel telah percaya bahwa sejarah menunjukkan proses datang menjadi ada, meninggal dunia, dll, titik Marxs dan Engels keberangkatan adalah untuk menunjukkan bagaimana pola pembangunan dioperasikan di tingkat sejarah.
    Menurut Marx, peristiwa sejarah cenderung untuk mengkonfirmasi keberadaan seperti pola. Peristiwa tahun 1789 dan 1848 - yang keduanya ekspresi revolusioner perubahan dan pengembangan - dikonfirmasi kecenderungan tatanan sosial yang sudah ada untuk lulus dari satu bentuk sosial menjadi lain dan menguatkan kepercayaan bahwa, seperti orde lama memberi jalan ke yang baru, kekuatan produksi lama secara bertahap digantikan oleh kekuatan produktif baru. Pada tingkat yang sama realitas sejarah, peristiwa lain, seperti pemberontakan buruh tahun 1831 dan agitasi oleh para pekerja pabrik selama pemberontakan Chartist tahun 1842, menunjuk konsistensi perjuangan kelas antara dua jenis kelompok dalam masyarakat: antara penjual dan pembeli tenaga kerja upah; antara proletariat dan borjuasi, antara kelas pemilik properti dan kelas buruh. Pola pembangunan, Marx pikir, dimungkinkan penafsiran ekonomi sejarah dalam cara yang tidak terlihat sebelumnya. Engels menyatakan hal ini dengan jelas ketika ia menulis: "fakta-fakta yang baru dibuat penting pemeriksaan baru dari semua sejarah masa lalu. Kemudian terlihat bahwa semua sejarah masa lalu, adalah sejarah perjuangan kelas, bahwa kelas-kelas sosial yang saling berperang satu sama lain selalu produk dari hubungan produksi dan pertukaran, dalam kata, dari hubungan ekonomi zaman mereka. Sebagaimana Engels menyatakan, cara telah ditemukan untuk perawatan materialis sejarah di mana kesadaran manusia sebagai penyebab dijelaskan oleh ekonomi yang. Pandangan dialektik sejarah diungkapkan dengan jelas dalam komentar Engels 'pada metode Marx:
    Itu adalah Marx yang pertama kali menemukan hukum besar gerak sejarah, hukum menurut yang semua sejarah perjuangan, apakah mereka melanjutkan di bidang politik, agama, filsafat atau beberapa domain ideologi lain, sebenarnya hanya ekspresi yang lebih atau kurang jelas tentang perjuangan kelas sosial, dan bahwa keberadaan dan dengan demikian tabrakan juga, antara kelas ini pada gilirannya dikondisikan oleh tingkat perkembangan posisi ekonomi mereka, dengan modus produksi dan pertukaran mereka ditentukan oleh itu. Hukum ini, yang memiliki makna yang sama bagi sejarah sebagai hukum transformasi energi untuk ilmu alam - hukum ini memberikan kepadanya di sini kunci untuk pemahaman tentang sejarah Republik Perancis kedua.
    Marx beralasan bahwa masyarakat dan sejarah dapat dipahami sebagai urutan hukum ekonomi yang mencerminkan pola khas dari pembangunan. Pola pembangunan mengambil bentuk sejarah: komunisme primitif, perbudakan, feodalisme, kapitalisme, sosialisme. Perkembangan ini, pada kenyataannya, menunjukkan bahwa suksesi masyarakat dan sistem mereka hubungan sosial yang saling berhubungan dan mengkonfirmasi proses yang mendasari pembangunan dijelaskan oleh dialektika materialis, dan bahwa materi adalah ekspresi dapat ditemukan pada tingkat eksistensi ekonomi.
    Marx dan Engels percaya bahwa teori pembangunan materialis, pada kenyataannya, menyadari pada tingkat sejarah dan sosial dalam keberadaan kelas sosial. Lebih dari prinsip bersejarah lainnya, kelas sosial merupakan penegasan teori dialektika materialis. Ini berarti bahwa Marx dan Engels telah mengembangkan tepat apa hukum Hegel yang kurang ketika mereka memberikan dasar empiris untuk perkembangan sejarah itu sendiri.
    Tapi, dengan cara apa bisa sebuah kelas sosial mengalami transformasi sejarah? Marx berpikir bahwa suatu kelas sosial dapat melampaui batas-batasnya ketika kontradiksi yang ada antara kelas menjadi begitu besar bahwa kelas bawahan datang untuk menyadari bahwa mereka berbagi kondisi umum kemiskinan dan eksploitasi. Hal ini meningkatkan kesadaran mereka terhadap fakta bahwa mereka berbagi kondisi eksternal yang sama dan, dalam hal ini, mereka berubah dari yang 'kelas itu sendiri' ke dalam suatu 'kelas untuk dirinya sendiri'. Untuk Marx, ini berarti bahwa kelas sosial adalah merupakan kelas 'pembawa prinsip transformatif,' dan ini merupakan dasar empiris perubahan sosial historis. Jika ini benar, apa yang menyebabkan kelas untuk bertindak?
    Kita tahu bahwa masyarakat membuat kontradiksi sosial yang bertindak sebagai tahap-tahap peralihan dari transformasi dan pengembangan dan Marx sendiri memandang mekanisme sosial yang menghasilkan kondisi ini. Kontradiksi dengan demikian prinsip-prinsip perubahan sosial. Dalam pengertian ini, suatu kelas sosial adalah prinsip transformatif historis ketika bertindak sebagai kelas untuk dirinya sendiri dan kapan kohesi sosial dipengaruhi oleh kontradiksi yang menciptakan kondisi umum pengalaman. Marx berpikir bahwa kelas-kelas sosial yang mencerminkan kondisi umum dan berpendapat bahwa mereka adalah dasar persatuan dan kesatuan kelas. Setiap tahap sejarah, Marx pikir, dimulai dengan mode produksi, organisasi ekonomi yang menciptakan kondisi spesifik mengarah ke kelas sosial yang dominan atas yang lain. Struktur kelas dalam masyarakat disesuaikan dengan hukum-hukum perkembangan dialektika sejauh satu kelas meniadakan yang lain, yang lain yang ada untuk mempertahankan kesejahteraan ekonomi dari kelas yang ada di atas mereka. Dalam proses pembangunan, kontradiksi dan oposisi, Marx berpikir bahwa negasi yang mempromosikan kohesi dari kelas bawahan. Mereka membentuk kelas yang umumnya berada dalam kondisi kemiskinan dan eksploitasi yang merupakan prinsip pengembangan dan perubahan - negasi dari negasi.  Semua contoh Marx tentang dialektika materialis merupakan sejarah. Dalam kasus pertama, Revolusi Perancis tahun 1789, itu adalah merupakan oposisi oleh satu kelas terhadap dominasi lainnya. Sebagai contoh kedua, Marx menggunakan revolusi Bonaparte kedua yang terjadi pada tahun 1848. Dalam kedua kasus ini Marx mampu menggambar pola sejarah pembentukan yang jelas menunjukkan prinsip-prinsip perubahan dialektika.
    Tulisan Ini Hasil Terjemahan Buku Marrison


    posted by RENO FERNANDES @ 03.53  
    0 Comments:

    Posting Komentar

    << Home
     
    TENTANG KOE

    Name: RENO FERNANDES
    Home: Padang, Sumatera Barat, Indonesia
    About Me:
    See my complete profile
    JANTUNG KOE
    Photobucket
    KARYA KOE
    Archives
    Links
    Powered by

    BLOGGER

    © RENO FERNANDES Blogger Templates by FUAD NARI