SELAMAT DATANG DIDUNIAKU, MARI BERJUANG UNTUK UMAT DAN BANGSA
PERJUANGAN KOE
Photobucket
Clock
Download Lagu
  • Slank
  • Boomerang
  • Naff
  • Comment
    KEMAJEMUKAN DAN KONFLIK
    Selasa, 16 November 2010

    RENO FERNANDES
    (Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah HMI Cabang Padang)

    Berbagai kelompok sosial yang ada di Indonesia, memiliki karakteristik dan perilaku budaya yang berbeda. Ini salah satu yang menyebabkan bangsa Indonesia menjadi masyarakat yang heterogen atau biasa disebut masyarakat majemuk. Tentu kita sering mendengar bahwa bangsa Indonesia adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari beraneka ragam suku bangsa yang memiliki budaya yang berbeda-beda. Dari catatan yang ada, di Indonesia ini terdapat 656 suku. Pernahkah kita membayangkan betapa banyaknya keanekaragaman yang ada dari masing-masing suku bangsa karena mereka memiliki bahasa, adat istiadat, kepercayaan, organisasi sosial, maupun perilaku budaya yang berbeda-beda. Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik bangsa Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan, sehingga mampu memberikan warna ketenteraman dan kedamaian bagi rakyat Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang mengancam disintegrasi bangsa.
    Namun keanekaragaman juga merupakan hal yang sensitive. Untuk membina keaneragaman tentu membutuhkan usaha yang keras dan ekstra hati-hati karena sebuah keragaman juga berpeluang untuk terjadinya sebuah konflik didalam masyarakat. Seperti baru saja kita mendengar adanya konflik yang menyangkut dengan SARA. Sebagaimana diketahui, telah terjadi konflik antara jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dengan warga Ciketing, Bekasi, soal pendirian rumah ibadah. Kejadian ini telah mengakibatkan dua pemuka agama HKBP mengalami luka tusuk. Kenapa hal ini terjadi dan apakah didalam kehidupan beragama di ajarkan kekerasan?

    Kemajemukan Horizontal dan Vertikal
    Secara sosiologis ada beberapa penyebab terjadinya konflik diantaranya: 1) Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan (2) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. (3) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok (4) Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Namun jika kita analis lebih dalam penyebab sebuah konflik tidaklah hanya disebabkan oleh factor diatas tetapi pada hal mendasar yang memicu terjadinya sebuah Konflik social salah satunya sesuatu yang berkenaan dengan perbedaan secara vertical.
    Kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya ditandai oleh perbedaan-perbedaan “horizontal” (suku, ras, bahasa, adat-istiadat, agama, dan daerah) yang dalam istilah sering disebut dengan Diferensiasi social. Namun kemajemukan juga perbedaan “vertical” / stratifikasi social, Indikasi perbedaan tersebut Nampak dalam tingkat sosial ekonomi, kedudukan politik, tingkat pendidikan, kualitas pekerjaan dan kondisi pemukiman. Realitas kita lihat konflik di Indonesia hari ini seolah-olah terlihat konflik kebudayaan yakni adanya konflik kepercayaan/agama di Indonesia, tetapi jika kita lihat lebih jauh lagi konflik ini tak lepas dari adanya konflik yang disebabkan Perbedaan kepentingan antar individu atau kelompok, yaitu perbedaan ekonomi, politik, sosial dan budaya.
    Perbedaan secara horizontal diterima sebagai warisan yang diketahui kemudian “bukan” sebagai factor utama dalam setiap insiden kerusuhan sosial yang melibatkan antarsuku dan agama. Misalnya suatu suku bangsa, bukan dilahirkan semata-mata untuk memusuhi suku lainnya. Bahkan tidak pernah terungkap dalam doktrin ajaran (agama dan kepercayaan di Indonesia) yang secara absolut mengajarkan atau menanamkan permusuhan terhadap suku bangsa dan agama.
    Sementara itu, dari perbedan-perbedaan vertical, terdapat beberapa hal yang berpotensi sebagai sumber konflik. Antara lain perebutan sumber daya, alat-alat produksi, dan akses ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan kepentingan kekuasaan politik, dan perluasan batas-batas identitas sosial budaya dalam kelompok sukubangsa tertentu (Horowitz, 1997). Semakin tinggi kedudukan politik dan peran dominatif suatu kelompok sukubangsa terhadap kelompok sukubangsa lainnya, akan semakin kuat menimbulkan prasangka yang menjadi sumber ketegangan dan konflik antarkelompok etnik. Jadi sebenarnya tidak ada sebuah konflik yang benar-benar diakibatkan oleh perbedaan tetapi konflik agama, etnis ternyata diakibatkan karena adanya pergesekan dengan perekonomian, dan perbedaan kepentingan yang juga erat kaitannya dengan kekuasaan atau politik.


    Pemaknaan Ajaran Agama
    Kemajemukan kehidupan keberagamaan di indonesia adalah kenyataan. Namun demikian umat manusia harus menyadari dan menerima kenyataan ini untuk saling melengkapi dan memperkaya pengalaman kehidupan bagi umat manusia dan bukan sebagai musibah atau malapetaka. Perbedaan hendaknya menjadi rahmat, yaitu merupakan sebuah dinamika yang tercipta saling membutuhkan dan melengkapi sehingga tersusun sebuah bangunan kokoh yang saling menunjang.
    Perbedaan agama sesungguhnya hanya berada pada tataran dogmatis, tetapi pada tingkat esensial atau makna dari substansi ajaran agama masing-masing dapat diangkat berbagai persaman-persamaan yang mendasar karena semua agama mengandung muatan-muatan ajaran: ketuhanan, kemanusiaan (humanity), kasih sayang, persaudaraan dan penghargaan terhadap hak-hak manusia.
    Kehidupan beragama pada hahekatnya tidak hanya berkutat pada substansi ajaran agama masing-masing. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana substansi ajaran agama itu diimplementasikan dalam kehidupan nyata dalam rangka menjawab tantangan jaman. Memenuhi kebutuhan dasar manusia (fisik-biologis) dan juga bagian psikis seperti: kesejahteraan, rasa aman, tentram dalam berinteraksi dengan umat beragama yang lain.
    Konflik  dan  krisis  yang  mencuat  juga sering di asumsikan akibat  kebekuan  tafsir  manusia  atas  agama  dan  ideologi  di kalangan masyatakat modern  telah menjadi  fakta  yang  tidak  terbantahkan dewasa  ini. Di  Indonesia, gerakan  radikalisme  Islam  dan mengerasnya  fanatisme  agama-agama  sebagaimana  dalam  berbagai kasus  kerusuhan  yang bertumpu pada agama mulai dengan dalih jihad atas nama Islam. Hal ini tidak lepas atas tafsir manusia terhadap agama dan ideologi yang mengitarinya. Ada kecemasan bahwa krisis dan konflik yang mencuat akibat  kebekuan agama dan ideologi di kalangan masyarakat modern akan  semakin menjadi  persoalan  yang meluas. Menyikapi munculnya  berbagai  kekerasan  atas nama agama  dan  ideologi  ini, perlu kita bersama-sama memaknai secara benar sebuah ajaran agama.
    Semoga kita sebagai umat beragama dapat memaknai ajaran agama dengan benar dan tidak ada lagi konflik yang berkaitan dengan SARA di Indonesia dan khususnya di Ranah Minang. Yakin Usaha Sampai.
    posted by RENO FERNANDES @ 23.22  
    0 Comments:

    Posting Komentar

    << Home
     
    TENTANG KOE

    Name: RENO FERNANDES
    Home: Padang, Sumatera Barat, Indonesia
    About Me:
    See my complete profile
    JANTUNG KOE
    Photobucket
    KARYA KOE
    Archives
    Links
    Powered by

    BLOGGER

    © RENO FERNANDES Blogger Templates by FUAD NARI