|
POLEMIK KEBUDAYAAN MINANGKABAU |
Selasa, 16 November 2010 |
Reno Fernandes
(Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah HMI Cabang Padang)
Polemik mengenai kebudayaan memang hal yang menarik untuk diikuti dan dikaji, karena Polemik ini tentunya akan menempuh perdebatan yang sangat sengit sehingga menghasilkan sebuah kesepakatan yang diharapkan demi kemajuan suatu bangsa. jauh sebelum Indonesia menyatakan kemerdekaannya yakni pada tahun 1930an, Sutan Takdir alisjahbana, Sanusi Pane telah berpolemik membicarakan arah dan masalah kebudayaan di Indonesia.
Diminangkabau, akhir-akhir ini juga terjadi Polemik mengenai kebudayaannya. Hal ini terjadi karena Sebentar lagi Kongres Kebudayaan Minangkabau akan digelar. Sayangnya Kongres Besar yang digagas oleh Gebu Minang terancam batal, karena belum saja kongres ini terjadi sudah terjadi Perdebatan diantara tokoh-tokoh budaya, agama di minagkabau sehingga Kongres yang disingkat dengan nama KKM inipun bisa saja terancam batal ataupun ditunda lagi, hal ini disebabkan berbagai kecaman dan kritikan dari Tokoh ataupun masyarakat sumbar diranah.
Dari sudut Pandang panitia Kongres Kebudayaan Minang tentu apa yang dilakukan adalah itikat baik yang keluar dari pemikirannya menurut Panitian dan penggagas Kongres yang tercantum dalam Term Of Reference tersebut: “Kongres Kebudayaan Minangkabau Pertama ini akan dirintis agar terciptanya suasana baru untuk merenungkan, membahas, serta mengambil keputusan tentang berbagai masalah mendasar yang dihadapi oleh rakyat dan masyarakat Minangkabau, baik yang diKampung maupun yang bertebaran di Rantau di manapun di kawasan Nusantara ini, bahkan di luar negeri sekalipun, sebagai bahagian yang integral dan tak terpisahkan dari Indonesia dan rakyat Indonesia secara keseluruhan, dan berjuang bersama-sama dengan rakyat dan suku-suku bangsa lainnya di Indonesia bagi kemakmuran dan kejayaan bangsa.Dalam Kongres Kebudayaan Minangkabau Pertama itu juga akan dikukuhkan landasan kehidupan sosial budaya serta identitas kultural suku bangsa Minangkabau yang terbuhul dalam ungkapan filosofis: “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS- SBK)”, yang juga jadi landasan hidup bersama bagi suku-suku Melayu lainnya di manapun di Nusantara ini.” Mari kita Inok Manuangkan (Renungkan) adakah yang salah dengan Kongres yang digagas oleh Gebu Minang ini.
Kemudian menurut kelompok yang Kontra terhadap pelaksanaan kongres ini yang penulis baca diberbagai sumber media massa mengeluarkan pendapat untuk menolak kongres tersebut, atas berbagai alasan yang juga masuk akal. Dasar penolakan Kongres Kebudayaan Minangkabau (KKM) dari LKAAM, Dewan Kesenian Sumatera Barat (DKSB), Gerakan Menolak Kongres Kebudayaan Minangkabau (GM-KKM) 2010 adalah berkaitan dengan tujuan, misi, prosedur, etika, konteks, dan implikasi negatif yang akan dialami adat/tatanan masyarakat adat Minangkabau jika KKM dilaksanakan. Menurutnya KKM sudah di-setting sedemikian rupa, dan akan dilakukan sebuah ikrar atas nama seluruh orang Minangkabau, bersepakat akan menjadikan ABS-SBK sebagai landasan moral atau filosofi hidup orang Minangkabau.
Kita tidak dapat memungkiri Minangkabau sangat terkenal dengan kebiasaan berdebat memecahkan dan berdiskusi bahkan dalam pepatah adat sendiri dibunyikan: Basilang kayu dalam tungku, Disinan api mangko iduik. Pepatah ini dapat kita maknai sebagai kekayaan intelektual minangkabau yang isinya memang sangat banyak orang pintar semuanya tentu memiliki pandangannya masing-masing karena kita memang berbeda, sejangkauan ilmu, sependek wawasan dan serengkuh pengalaman yang kita lalui. Dek Kapalo Samo Babulu Namun Pangana balain-lain.
Polemik Bedampak Positif.
Sedikit terlepas dari Permasalahan yang Nampak dari polemik mengenai Kongres Kebudayaan Minang ini, Penulis juga sering mengkaji-kaji berdiskusi dengan kawan-kawan sejawat, Niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai di Minang. Tidak dapat dipungkiri bahwasanaya Polemik ini ternyata juga berdampak Positif terhadap teguhnya dan bangkitnya kebudayaan Minangkabau. Alasannya ialah dengan banyaknya informasi yang kita dapat di media-massa akhir-akhir ini mengenai polemik KKM, membuat rasa ingin tau kita semakin tinggi terhadap budaya nan luhur ini. Pertanyaan mengenai bagaimana Minangkabau sebenarnya, bagaimana kita menjalankan kebudayaan minang kembali tedengar oleh penulis baik dilapau-lapau ataupun dalam forum-forum diskusi yang dilakukan oleh mahasiswa dan pelajar. Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap budaya ini tidak hanya oleh orang minang saja tetapi orang diluar suku Minangkabau juga menjadi penasaran untuk mengetahui dan mempelajari budaya kita.
Kenapa Di Tolak dulu?
Berangkat dari Defenisi Kongres yakni pertemuan besar para wakil organisasi (politik, sosial, profesi) untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai berbagai masalah.jika Kongres Kebudayaan Minangkabau yang bertujuan agar terciptanya suasana baru untuk merenungkan, membahas, serta mengambil keputusan tentang berbagai masalah mendasar yang dihadapi oleh rakyat dan masyarakat Minangkabau, baik yang dikampung maupun yang bertebaran di Rantau. Jika ini tujuannya buukankah sudah ada itikat baik dari penyelenggara Kongres untuk menyediakan wadah berdiskusi, berdebat di dalam sebuah kegiatan yang dinamai dengan Kongres Kebudayaan Minang. Hal ini menurut Penulis adalah sebuah usaha untuk menuju sebuah perubahan kearah yang lebih baik. Satu hal yang perlu diingat sebuah masalah akan seselai apabila diselesaikan dengan berdiskusi dan diselaikan secara bersama-sama secara jujur dan bertanggung jawab.
Jika adanya sebuah kecurigaan tentang sebuah aktifitas bukan sebaiknya masuk dulu untuk menyelami aktivitas tersebut, lagian KKM juga melibatkan semua element, ya kalau ada hal-hal yang dinilai akan membahayakan minangkabau tentunya akan lebih baik dibicarakan dalam Kongres tersebut?. Hemat Penulis walau apa saja keputusan yang dilahirkan oleh kongres tersebut tidak akan serta merta akan merubah tatanan kehidupan Minangkabau,karena sebuah perubahan tentu ada proses yang harus dilaluinya. Satu lagi peranyaan yang hendaknya kita Inok Manuangkan Bukankah akan lebih baik memulai dari pada tidak berbuat sama sekali. Harapan penulis sebagai anak mudo minangkabau, juga berharap kepada niniak mamak, alim- ulama, cadiak pandai kami, berdebatlah dan bimbing kami yang masih muda dan umur masih setapuak jagung ini kejalan yang lurus, jangan buat kami semakin tidak percaya dan tanpa pedoman., intinya berpolemiklah dengan sehat jangan sampai polemik berakhir dengan basiarak. Yakin Usaha Sampai
|
posted by RENO FERNANDES @ 23.44  |
|
|
|
TENTANG KOE |

Name: RENO FERNANDES
Home: Padang, Sumatera Barat, Indonesia
About Me:
See my complete profile
|
JANTUNG KOE |
 |
KARYA KOE |
|
Archives |
|
Links |
|
Powered by |
 |
|
Posting Komentar